INDO SEX ASIA - Om Toto, begitu saya memanggilnya, merupakan seseorang purnawirawan ABRI yang lumayan mempengaruhi, saat ini dia mengelola industri sendiri yang cukup besar. Kanak- kanak mereka, Halmi serta Julia yang seusiaku saat ini terdapat di Amerika semenjak mereka masih berusia 12 tahun. Sebaliknya yang sulung, Sonny kuliah di Jogja.
istri Om Toto sendiri merupakan seseorang pengusaha sukses di bidang export garmen, saya memanggilnya Tante Mirna, perempuan berwajah manis berusia 43 tahun dengan perawakan yang bongsor serta seksi khas ibu- ibu istri pejabat. Semenjak tinggal di rumah megah itu saya kerapkali ditugasi mengantar Tante Mirna, walaupun terdapat 2 sopir individu tetapi Tante Mirna lebih bahagia jika saya yang mengemudikan mobilnya. Lebih nyaman, katanya sekali waktu.
Walaupun keluarga Om Toto kaya raya, tampaknya ikatan antara ia serta istrinya tidak begitu harmonis. Saya kerap mendengar pertengkaran- pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Om Toto, kerapkali dikala saya menyaksikan tv terdengar teriakan mereka dari ruang tengah. Sedikitpun saya tidak ingin hirau atas perihal itu, toh ini bukan urusanku, lagi pula saya kan bukan anggota keluarga mereka. Umumnya mereka bertengkar malam hari dikala keduanya bersama baru kembali kerja. Belum lama apalagi terdengar berita jika Om Toto memiliki sebagian perempuan simpanan.“ Ah buat apa memikirkannya” benakku.
Tunjukan keberuntunganmu dengan bermain PokerQQ Online, Raih uang sebanyak-banyaknya
Sesuatu hari di bulan Oktober, Bi Surti, Siti( para pembantu), Mang Darja serta Om Edi( supir), kembali kampung mengambil jatah liburan mereka bertepatan dikala Lebaran. Sedangkan Om Toto serta Sonny berangkat liburan ke Amrik sembari menjenguk kedua anaknya di situ. Tante Mirna masih padat jadwal menanggulangi bisnisnya yang lagi naik daun, dia lebih kerap tidak kembali, sampai di rumah itu tinggal saya sendiri. Perasaanku begitu merdeka, tidak terdapat yang mengawasi ataupun melarangku buat berbuat apa saja di rumah besar serta elegan itu. Mereka memintaku menunda agenda kembali kampung yang telah jauh hari kurencanakan, saya mengiyakan saja, toh mereka seluruh baik serta ramah padaku.
Malamnya saya duduk di depan tv, tetapi tidak satupun kegiatan Televisi itu menarik perhatianku. Saya termenung sejenak memikirkan apa yang hendak kuperbuat, telah 3 hari 3 malam semenjak keberangkatan Om Toto, Tante Mirna tidak nampak kembali ke rumah. Maklumlah bisnisnya tingkat tingkatan internasional, jadi tidak heran jika bisa jadi saja hari ini dia terdapat di Hongkong, Singapura ataupun di mana saja. Dikala lagi melamun saya melirik ke arah lemari besar di samping pesawat Televisi layar luar biasa lebar itu. Mataku tertuju pada rak piringan VCD yang terdapat di situ. Lekas kubuka sembari memilah film- film bagus. Tetapi yang sangat membuat saya menelan ludah merupakan suatu flm dengan cover depan perempuan telanjang. Tidak kulihat tentu judulnya tetapi langsung kupasang dan…,“ wow!” batinku kegirangan begitu memandang adegannya yang wah. Seseorang lelaki berwajah hispanik lagi menggauli 2 wanita sekalian dengan bermacam- macam style.
Sesaat setelah itu saya telah larut dalam film itu. Penisku telah semenjak tadi membeku semacam batu, malah saking kerasnya terasa sakit, saya sejenak melepas celana panjang serta celana dalam yang kukenakan serta mengubahnya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD. Saya duduk di kursi panjang depan Televisi serta kembali menikmati adegan demi adegan yang terus menjadi membuatku edan. Malah tanganku sendiri meremas- remas batang kemaluanku yang terus menjadi tegang serta keras. Nampak penis besarku hingga menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kental juga telah terasa mengalir dari situ.
Tetapi belum lagi 5 belas menit, sebab sangat asik saya hingga tidak menyangka Tante Mirna telah terletak di luar ruang depan sembari memencet bel. Ah, saya kurang ingat menutup pintu gerbang depan sampai Tante Mirna dapat hingga di sana tanpa sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci. Saya masih memiliki peluang mematikan power off VCD Player itu, serta pastinya sedikit mengendalikan napas yang masih tegang ini supaya sedikit lega.
“ Kalian belum tidur, Di?”, sapanya begitu kubuka pintu depan.
“ Belum, tante”, hidungku mencium bau khas parfum Tante Mirna yang elok.
“ Udah makan?”.“ Hmm…, belum sih, tante telah makan?”, saya berupaya balik bertanya.“ Belum pula tuh, tetapi tante barusan dari rumah sahabat, trus di jalur baru mikirin makan, so tante pesan 2 paket antaran di KFC, kalian ingin?”.“
Ingin dong tante, tetapi mana paketnya, belum tiba kan?”.“ Tuh kan, kalian tentu lagi asik di kamar makanya tidak dengerin jika pengantar makanannya tiba sedikit lebih dini dari tante”.“ ooo”, jawabku****. Tante Mirna lalu masuk kamar, kuperhatikan dia dari balik.
Uhh, bodinya betul- betul buat deg- degan, ataupun bisa jadi sebab aku baru saja nonton BF yah?“ Mari, kita makan..”, ajaknya setelah itu, seketika dia timbul dari kamarnya telah berubah baju dengan suatu daster putih longgar tanpa lengan serta berdada rendah.
“ Ya ampun Tante Mirna”, batinku berteriak tidak yakin, baru kali ini saya mencermati perempuan itu.
Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu menantang pastilah memiliki nafsu intim yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya besar. Buah dadanya nampak menyembul di balik gaun itu, terlebih dikala dia melangkah di sampingku, samar- samar dari sudut mataku nampak BH- nya yang putih.“ Uh.., apa ini gara- gara film itu?”, batinku lagi.
Khayalku mulai kurang ajar, memasukkan bayangan Tante Mirna ke dalam adegan film tadi.“ Hmm..”, Tidak siuman mulutku menghasilkan suara itu.“ Terdapat apa, Di?”, Tante Mirna memandangku dengan alis mengkerut.“ nggg…, tidak apa- apa tante..”, Saya jadi sedikit gugup.
Oh mukanya, mengapa baru saat ini saya melihatnya begitu menawan?“ Eh.., kalian ngelamun yah, ngelamunin siapa sih? Pacar?”, tanyanya.
“ Tidak ah tante”, dadaku berdesir sesaat pemikiran mataku tertuju pada belahan dadanya.
“ My god, gimana rasanya jika tanganku hingga mendarat di permukaan buah dadanya, mengelus, merasakan kelembutan buah dada itu, ooohh”, lamunan itu terus merayap.
“ Heh, ayo…, makanmu lho, Di”.“ Ba…, bbbbbaik tante”, jelas sekali saya nampak gugup.“ Tidak umumnya kalian seperti ini, Di. Ingin cerita tidak sama tante”. My god, ia ingin saya ceritakan apa yang saya lamunkan? Susumu tante, susumu! Pelan- pelan sembari terus melamun sesekali berdialog padanya, kesimpulannya makananku habis pula.
Saya kembali ke kamar serta langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur.
Masih belum lepas pula bayangan badan Tante Mirna.“ Edan! Edan! Mengapa wanita paruh baya itu membuatku edan”, pikirku tidak habis habisnya. Usianya terpaut sangat jauh denganku, saya baru 18 tahun…, 2 puluh 5 tahun dibawahnya.
Ah, kenapa wajib kupikirkan. Saya melangkah ke meja pc di kamarku, berupaya melupakannya.
Sebagian dikala saya telah nampak mulai tenang, perhatianku saat ini pada e- mail yang hendak kukirim pada sahabat netter. Saya memanglah hobi korespondensi via internet.
Tetapi tiba- tiba pintu kamarku diketuk dari luar.“ Di.., Didi.., ini Tante”, terdengar suara tante seksi eh Mirna memanggil.“ Ah..”, saya beranjak bangun dari korsi itu serta membuka pintu,“ Terdapat apa, tante?”.“ Kalian dapat buatin tante kopi?”.“ oo.., dapat tante”.“ Ketahui selera tante toh?“ Iya tante, umumnya pula aku amati Siti”, jawabku pendek serta langsung mengarah ke dapur.
“ Tante tunggu di ruang tengah ya, Di”.“ Baik, tante”. Gelas yang kupegang itu nyaris saja jatuh dikala kulihat apa yang lagi disaksikan Tante Mirna di layar Televisi. Pelan- pelan tanganku meletakkan gelas berisi kopi itu di suatu meja kecil di samping Tante Mirna, kemudian bersiap buat berangkat meninggalkannya.“ Didi..”“ Ya…, tante”.“ Kalian jika habis pasang film semacam ini lain kali masukin lagi ke tempatnya yah”.“
mm…, ma…, ma…, maaf tante…” saya tergagap, terlebih memandang Tante Mirna yang berdialog tanpa memandang ke arahku. Betul- betul saya merasa semacam maling yang tertangkap basah.
“ Di…”, Tante Mirna memanggil, kali ini dia memandangi, saya menundukkan muka, tidak kubayangkan lagi kemolekan badan istri Om Toto itu. Saya betul- betul khawatir.“ Tante tidak bermaksud marah lho, di…”, byarrr hatiku lega lagi.
“ Saat ini jika kalian ingin nonton, ya telah bersama aja di mari, toh telah waktunya kalian belajar tentang ini, supaya tidak kuper”, ajaknya.“ Wooow…”, kepalaku sedini kilat kembali membayangkan badannya. Saya duduk di kursi sebelah tempatnya.
Mataku lebih kerap melirik badan Tante Mirna daripada film itu.“ Kalian kan telah 18 tahun, Di.
Ya tidak terdapat salahnya jika nonton beginian. Lagipula tante kan tidak biasa lho nonton yang beginian sendiri..”. Apa kalimat itu berarti undangan? Ataupun kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Mirna mengangkut sebelah tangannya serta menyandarkan lengannya di kursi itu.
Dari celah gaun di dasar ketiaknya nampak jelas bukit payudaranya yang masih berlapis BH. Ukurannya betul- betul membuatku menelan ludah. Posisi duduknya berganti, kakinya disilangkan sampai daster itu sedikit tersingkap.
Wooow, betis dengan bulu- bulu halus itu. Hmm, Perempuan 40- an itu betul- betul menantang, wajah serta badannya mirip sekali dengan pengusaha Dewi Motik, cuma Tante Mirna nampak sedikit lebih muda, bibirnya lebih sensual serta hidungnya lebih mancung. Saya tidak paham mengapa wanita paruh baya ini begitu nampak memesona di mataku.
Tetapi mungkinkah…? Tidak, ia merupakan istri Om Toto, orang yang belum lama ini sangat memperhatikanku. Saya di mari buat belajar…, atas bayaran mereka..,
ah persetan! Tante Mirna tiba- tiba mematikan VCD Player serta memindahkannya ke suatu Televisi swasta.“ Lho… kok?”.“ Ah tante bosan ngeliatin itu terus, Di…”.“ Tetapi kan..”.“ Telah jika ingin kalian pasang aja sendiri di kamar..”, mukanya masih biasa saja.
“ Eh, ngomong- ngomong, kalian telah nyaris setahun di mari yah?”.“ Iya tante…”.“ Telah memiliki pacar?”, dia beranjak meminum kopi yang kubuatkan untuknya.“ Belum”, mataku melirik ke arah belahan daster itu, tampaknya terdapat celah yang lumayan buat memandang buah dada besarnya.
Tidak siuman penisku mulai berdiri.“ Kalian tidak nyari gitu?”, dia mulai melirik sesekali ke arahku sembari tersenyum.“ Alamaak, senyumnya.., oh singkapan daster bagian dasar itu, uh Tante Mirna.., pahamu”, teriak batinku dikala tangannya tanpa terencana menyingkap belahan gaun di bagian dasar itu.
Terencana ataupun tidak sih?“ Eeh Di. kalian ngeliatin apaan sih?”. Blarrr…, bisa jadi dia ketahui jika saya lagi berkonsentrasi memandang satu persatu bagian badannya,“ Nngggak kok tante tidak ngeliat apa- apa”.“ Lho mata kalian kayaknya mandangin tante terus? Apa terdapat yang salah sama tante, Di?”, ya ampun ia ketahui jika saya lagi asik memandanginya.
“ Eh…, mm…, anu tante…, aa…, aanu…, tante…, tante”, kerongkonganku semacam tercekat.“ Anu apa…, ah kalian ini ada- ada saja, mengapa..”, matanya terus menjadi terencana pada selangkanganku, bangsat saya kurang ingat gunakan celana dalam. Pantas Tante Mirna ketahui jika penisku tegang.
“ Ta…, ta…, tante menawan sekali..”, saya tidak bisa lagi mengendalikan kata- kataku. Serta astaga, bukannya marah, Tante Mirna malah mendekati saya.“ Apa…, tante tidak salah dengar?”, katanya separuh berbisik.“ Bener kok tante..”.“ Tante yang seumur ini kalian bilang menawan, ah dapat aja.
Ataupun kalian ingin suatu dari tante?” dia memegang pundakku, terasa begitu hangat serta duh gusti buah dada yang semenjak tadi kuperhatihan itu saat ini cuma sebagian sentimeter saja dari wajahku.
Apa saya hendak bisa menyentuhnya, come on man! Ia istri Om Toto batinku mengatakan. Tangannya masih terletak di pundakku sebelah kiri, saya masih tidak bergeming. Tertunduk malu tanpa dapat mengatur pikiranku yang berkecamuk.
Harum semerbak parfumnya terus menjadi menggoda nafsuku buat berbuat suatu. Kuberanikan mataku melirik lebih jelas ke arah belahan kain daster berbunga itu.
Wow…, sepintas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali saya menelan ludah.“ Kalian belum jawab persoalan tante lho, Di. Ataupun kalian ingin tante jawab sendiri persoalan ini?”.“ Tidak kok tante, sss.., sss…, aku jujur jika tante memanglah menawan, eh.., mm…, menarik”.“ Kalian belum sempat tahu wanita yah”.“ Belum, tante”.“ Jika tante kasih pelajaran gimana?”. Ini ia yang saya tunggu, ah persetan ia istri Om Toto.
Anggap saja ini pembalasan Tante Mirna padanya. Serta juga…, oh saya mau lekas merasakan badan perempuan.“ Iktikad tante…, apa?”, lanjutku bertanya, pemikiran kami berjumpa sejenak tetapi saya lekas alihkan.
“ Kalian kan belum sempat pacaran nih, gimana jika kalian tante ajarin triknya nikmati wanita…”.“ Ta…, tetapi tante”, saya masih ragu.“ Kalian khawatir sama Om Toto? Tenang…, yang terdapat di rumah ini cuman kita, lho”.“ This is excellent!”, teriakku dalam hati.
Pucuk dicinta ulam juga datang. Batinku terus berteriak tetapi badanku semacam tidak bisa kugerakkan. Sebagian dikala kami berdua terdiam.“ Coba mari tangan kalian”, saya membagikan tanganku padanya, my goodness tangan lembut itu memegang telapak tanganku yang kasarnya memohon ampun.
“ Warnanya kalian memanglah belum sempat nyentuh wanita, Di. Tante ketahui kalian baru beranjak anak muda serta tante ngerti tentang itu”, Mengatakan begitu sembari mengelus punggung tanganku, saya merinding dibuatnya, sedangkan di dasar, penisku yang semenjak tadi telah tegang itu mulai menghasilkan cairan sampai menampakkan titik basah pas di permukaan celana pendek itu.
“ Tante ngerti kalian terangsang sama film itu. Tetapi tante perhatiin belum lama ini kalian kerap diam- diam memandangi badan tante, benar kan?”, dia semacam menyergapku dalam suatu perangkap, tangannya terus mengelus punggung telapak tanganku.
Saya betul- betul merasa semacam maling yang tertangkap basah, tidak sepatah kata lagi yang dapat kuucapkan.“ Kalian kepingin pegang dada tante kan?”. Daarrr! Dadaku semacam pecah…, mukaku mulai memerah. Saya hingga kurang ingat di dasar situ adik kecilku mulai melembek turun.
Dengan seluruh sisa tenaga saya beranikan diri membalas pemikirannya, memforsir diriku menjajaki senyum Tante Mirna. Dan…, astaga…, Tante Mirna menuntun telapak tanganku ke arah payudaranya yang menggelembung besar itu.
“ Ta…, ta…, tante…, ooohh”, suara itu keluar begitu saja, serta Tante Mirna cuma memandang tingkahku sembari tersenyum. Adikku bangun lagi serta langsung semacam mau meloncat keluar dari celana dalamku. Istri Om Toto itu melotot ke arah selangkanganku.
“ Waaww…, besar sekali memiliki kalian Di?”, serunya kemudian sedini kilat tangannya menggenggam kemaluanku setelah itu mengelus- elusnya. Secara reflek tanganku yang sebelumnya malu- malu serta terlebih dahulu terletak di permukaan buah dadanya bergerak meremas dengan sangat kokoh hingga memunculkan desah dari mulutnya.
“ aahh…, milimeter remas sayang ooohh”. Masih tidak yakin hendak seluruh itu, saya membalikkan tubuh ke arahnya serta mulai menggerakkan tangan kiriku.
Saya terus menjadi berani, kupandangi wajah istri Om Toto itu dengan seksama.“ Teruskan, Di…, buka pakaian tante”, permpuan itu mengangguk pelan. Matanya berbinar dikala memandang kemaluanku tersembul dari celah celana pendek itu.
Kancing dasternya kulepas satu persatu, bagian dadanya terbuka lebar. Masih dengan tangan gemetar saya mencapai kedua buah dada yang berlapis BH putih itu. Lambat- laun saya mulai meremasnya dengan lembut, kedua telapak tanganku kususupkan melewati BH- nya.
“ mm…, tante..”, saya menggumam merasakan kelembutan buah dada besar Tante Mirna yang sepanjang sebulan terakhir ini cuma jadi impianku saja. Jari jemariku terasa begitu aman, membelai lembut daging kenyal itu, saya memilin puting susunya yang begitu lembutnya.
Akupun terus menjadi berani, BH- nya kutarik ke atas serta wooww…, kedua buah dada itu membuat mataku betul- betul jelalatan.
“ Mm…, kalian telah mulai pintar, Di. Tante ingin kalian..”, Belum lagi kalimat Tante Mirna habis saya telah memusatkan mulutku ke puncak bukit kembarnya serta“ cruppp…”, sedotanku langsung terdengar begitu bibirku mendarat di permukaan puting susunya.
“ Aahh…, Didi, ooohh…, sedooot teruuus aahh”, tangannya terus menjadi mengeraskan genggamannya pada batang penisku, celana pendek itu semenjak tadi dipelorotnya ke dasar.
Sesekali kulirik ke atas sembari terus menikmati puting buah dadanya satu persatu, Tante Mirna nampak tenang sembari tersenyum memandang tingkahku yang semacam monyet kecil menetek pada induknya.
Jelas Tante Mirna telah berpengalaman sekali. Batang penisku tidak lagi cuma diremasnya, dia mulai mengocok- ngocoknya. Sebelah lagi tangannya menekan- nekan kepalaku ke arah dadanya.
“ Buka baju dahulu, Di” dia menarik pakaian kaos yang kukenakan, saya melepas gigitanku pada puting buah dadanya, kemudian celanaku di lepaskannya. Dia sejenak berdiri serta melepas gaun dasternya, saat ini saya bisa memandang badan Tante Mirna yang bahenol itu dengan jelas.
Buah dada besar itu bergelantungan sangat menantang. Serta bukit di antara kedua pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu- bulu halus nampak merambat keluar dari arah selangkangan itu. Dengan kasar tanganku menjamah CD- nya, langsung kutarik hingga lepas.
“ Eeeiiit…, ponakan tante telah mulai bandel yah”, katanya centil terus menjadi membangkitkan nafsuku.“ Aku tidak tahan ngeliat badan tante”, dengusanku masih terdengar terus menjadi keras.“ Kita jalani di kamar ayo..”, ajaknya sembari menarik tanganku yang sebelumnya telah mendarat di permukaan selangkangannya.
“ Shitt!” makiku dalam hati, baru saja saya ingin merasakan lembutnya bukit di selangkangannya yang mulai basah itu. Tante Mirna langsung merebahkan tubuh di tempat tidur itu. Tetapi mataku sejenak tertuju pada gambar Om Toto dengan pakaian kehormatan militernya.
“ Ta…, tetapi tante”“ Tetapi apa, ah kalian, Di” Tante Mirna melotot.“ Tante kan istri Om Toto”.“ Yang bilang tante istri kalian siapa?”, saya sedikit kendor mencermatinya.“ Aku khawatir tante, malu sama Om Toto”.“ Emangnya di mari terdapat kamera yang dapat dilihat dari LA? Didi, Didi.., Kalian tidak harus sebut nama bangsat itu lagi deh!”, intonasi suaranya meninggi.
“ Trus gimana dong tante?”, saya tambah tidak paham.“ Sudahlah Di, kalian jalani saja, kalian telah lama kan menginginkan ini?” saya tidak dapat menanggapi, sedangkan mataku kembali memandang selangkangan Tante Mirna yang saat ini terbuka lebar.
Hmm, persetan dari mana ia ketahui saya telah menantikan ini, itu urusan balik. Saya langsung menindihnya, dadaku melekat pada kedua buah buah dada itu, kelembutan buah dada yang tadinya cuma terdapat dalam khayalan itu saat ini melekat ketat di dadaku. Bibir kamipun saat ini berjumpa, Tante Mirna menyedot lidahku dengan lembut.
Uhh, nikmatnya, tanganku menyusup di antara dada kami, meraba- raba serta meremas kedua belahan susunya yang besar itu.“ mm…, ooohh…, tante Mirna…, aahh”, kegelian bercampur nikmat dikala Tante Mirna memadukan kecupannya di leherku sembari menggesekkan selangkangannya yang basah itu pada penisku.“ Kalian ingin sedot susu tante lagi?”, tangannya meremas sendiri buah dada itu, saya tidak menjawabnya, bibirku merayap ke arah dadanya, bertumpu pada tangan yang kutekuk sembari berupaya mencapai susunya dengan bibirku.
Lidahku mulai bekerja liar menjelajahi bukit kenyal itu senti demi senti.“ Hmm…, pintar kalian Di, ooohh..” Desahan Tante Mirna mulai terdengar, walaupun serak- serak tertahan nikmatnya jilatanku pada putingnya yang lancip.
“ Saat ini kalian ke dasar lagi sayang..”. Saya yang telah terbawa nafsu berat itu bagi saja, lidahku merambat kilat ke arah pahanya, Tante Mirna membukanya lebar serta semerbak aroma selangkangannya terus menjadi mengundang birahiku, saya jadi terus menjadi edan. Kusibak bulu- bulu halus serta rimbun yang menutupi wilayah vaginanya.
Uhh, liang Miss V itu nampak telah becek serta kayaknya berdenyut, saya ingat apa yang wajib kulakukan, tidak percuma saya kerap diam- diam nonton VCD porno. Lidahku menjulur kemudian menjilati Miss V Tante Mirna.
“ Ooouuuhh…, kalian kilat sekali belajar, Di. Hmm, enaknya jilatan lidah kamu…, ooohh ini sayang”, dia menunjuk suatu daging yang mirip biji kacang di bagian atas kemaluannya, saya menyedotnya keras, lidah serta bibirku mengaduk- aduk isi liang vaginanya.
“ ooohh, yaahh…, enaak, Di, pintar kalian Di…, ooohh”, Tante Mirna mulai menjerit kecil merasakan sedotanku pada biji kacang yang belum lama kutahu bernama clitoris.
Terdapat dekat 7 menit lebih saya bermain di wilayah itu hingga kurasakan seketika dia menjepit kepalaku dengan keras di antara pangkal pahanya, saya hampir- hampir tidak bisa bernafas.“ Aahh…, tante tidak kuaat aahh, Didiii”, teriaknya panjang bersamaan badannya yang mengencang, tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya yang semenjak tadi bergoyang- goyang, dari liang vaginanya mengucur cairan kental yang langsung bercampur air liur dalam mulutku.“ Uffff…, Di, kalian pintar bener.
Kerap nonton yah?” dia memandangku centil.“ Makasih Di, sepanjang ini tante tidak sempat mengalaminya…, makasih sayang. Saat ini beri tante peluang rehat sebentar saja”, dia kemudian mengecupku serta beranjak ke arah kamar mandi. Saya tidak ketahui wajib melaksanakan apa, senjataku masih tegang serta keras, cuma pernah menemukan sentuhan tangan Tante Mirna.
Batinku kian tidak tabah mau kilat menumpahkan air maniku ke dalam vaginanya. Masih jelas bayangan badan telanjang Tante Mirna sebagian menit yang lalu…., ahh saya meloncat bangun serta mengarah ke kamar mandi. Kulihat Tante Mirna lagi mengguyur badannya di dasar shower.“ Tante…”.“ Hmm, kalian telah tidak tabah ya?” dia mengambil handuk serta mendekatiku. Tangannya langsung mencapai batang penisku yang masih tegang.
“ Woooww…, tante baru siuman jika kalian memiliki segede ini, Di…, ooohhmm”, dia berjongkok di hadapanku. Saya menyandarkan badan di bilik kamar mandi itu serta sedini kilat Tante Mirna memasukkan penis itu ke mulutnya.“ Ohh…, nikmat Tante Mirna ooohh…, ooohh…, ahh”, geli bercampur nikmat membuatku semacam melayang. Baru kali ini punyaku masuk ke dalam alatnya wanita, ternyata…, ahh…, lezatnya separuh mati. Penisku nampak terus menjadi tegang, mulut mungil Tante Mirna nyaris tidak bisa lagi menampungnya. Sedangkan tanganku turut bergerak meremas- remas payudaranya.
“ uuuhh… memiliki kalian ini lho, Di…., tante jadi nafsu lagi nih, ayo kita lanjutin lagi”, tangannya menarikku kembali ke tempat tidur, Tante Mirna semacam memandang suatu yang begitu luar biasa. Wanita separuh baya itu langsung merebahkan diri serta membuka kedua pahanya ke arah bertentangan, mataku lagi- lagi melotot ke arah belahan vaginanya. mm…, kusempatkan menjilatinya semenit kemudian dengan tergesa- gesa saya tindih badannya.“ Heh…, tabah dong, Di. Jika kalian gelagapan ini dapat kilat keluar nantinya”.“ Keluar apa, Tante?”.“ Nanti kalian ketahui sendiri, deh” tangannya mencapai penisku di antara pahanya, kakinya ditekuk sampai badanku terjepit antara lain. Pelan sekali bunda jari serta telunjuknya melekatkan kepala penisku di bibir kemaluannya.
“ Saat ini kalian tekan pelan- pelan sayang…, Ahhooowww, yang pelan sayang oh memiliki kalian segede kuda ketahui!”, liriknya centil dikala merasakan penisku yang baru separuh masuk itu.“ Begini tante?”, dengan hati- hati kugerakkan lagi, pelan sekali, rasanya semacam merambah lubang yang sangat kecil.“ Tarik dahulu sedikit, Di…, yah tekan lagi. Pelan- pelan…, yaahh masuk sayang ooohh besarnya memiliki kamu…, ooohh”.“ Tante suka?”.“ Suka sayang ooohh, saat ini kalian goyangin…, mm…, yak gitu terus tarik, aahh…, pelan sayang Miss V tante rasanya…, ooouuuhh ingin robek, mmhh…, yaahh tekan lagi sayang…,
ooohh…, hhmm…, enaakkk…, ooohh”.“ Jika sakit bilang aku yah tante?”, kusempatkan mengendalikan gerakan, tampaknya Tante Mirna telah dapat menikmatinya, matanya memejam.“ Hmm…, ooohh..”, Tante Mirna saat ini menjajaki gerakanku. Pinggulnya semacam berdansa ke kiri kanan. Liang vaginanya meningkat licin saja.
Penisku makin lama makin mudah, kupercepat goyanganku sampai terdengar bunyi selangkangannya yang becek berjumpa pangkal pahaku. Plak.., plak.., plak.., plak.., aduh nikmatnya wanita separuh baya ini. Mataku merem melek memandangi wajah keibuan Tante Mirna yang masih saja menghasilkan senyuman. Nafsuku terus menjadi jalang, gerakanku yang sebelumnya santai saat ini tidak lagi berirama. Buah dadanya nampak bergoyang ke situ ke ayo, mengundang bibirku beraksi.“ ooohh sayang kalian buas sekali. hmm…, tante suka yang begini, ooohh…, genjot terus milimeter”.“ Uuhh tante nikmat tante…, milimeter tante menawan sekali ooohh..”.“ Kalian bahagia sekali susu tante yah? ooohh sedooot teruuus susu tanteee aahh…, panjang sekali peler kalian ooohh, Didiii…, aahh”.
Jeritannya terus menjadi keras serta panjang, denyutan vaginanya terus menjadi terasa menjepit batang penisku yang terus menjadi terasa keras serta tegang.“ Di..?”, dengusannya turun naik.“ Yah uuuhh terdapat apa tante…”.“ Kalian bener- bener hebat sayang…, ooowwww…, uuuhh.., tan.., tante.., ingin keluar hampiiirr…, aahh…”, gerakan pinggulnya yang liar itu terus menjadi tidak karuan, tidak terasa telah 5 belas menit kami berkutat.“ ooohh memanglah enaak tante, ooohh…, Tante Mirna. Tante Mirna, ooohh…, tante, ooohh…, nikmat sekali tante, ooohh..” saya apalagi tidak paham apa iktikad kata“ keluar” itu. Saya cuma hirau pada diriku, kenikmatan yang baru awal kali kurasakan seumur hidup.
Tidak kuhiraukan badan Tante Mirna yang mengencang keras, kuku- kuku tangannya mencengkeram punggungku, pahanya menjepit keras pinggangku yang lagi asik turun naik itu,“ aahh…, Di.., diii…, tante ke…luaarrr laagiii…, aahh”, Miss V Tante Mirna terasa berdenyut keras sekali, semacam memijit batangan penisku serta uuhh dia menggigit pundakku hingga kemerahan. Kepala penisku semacam tersiram cairan hangat di dalam liang rahimnya.
Sesaat setelah itu dia lemas lagi.“ Tante letih? Maaf tante jika aku keterlaluan..”.“ mm…, tidak begitu Di, yang ini namanya tante orgasme, bukan kalian yang salah kok, malah kalian hebat sekali…, ah, ntar kalian ketahui sendiri deh…, kalian tunggu semenit aja yah, uuuhh hebat”. Saya tidak ketahui wajib bilang apa, penisku masih menancap di liang kemaluan Tante Mirna.“ Kalian peluk tante dong, milimeter”.“ Ahh tante, aku boleh lanjutin tidak sih?”.“ Boleh, asal kalian jangan goyang dahulu, tunggu hingga tante bangkit lagi, sebentaar aja. Mainin susu tante saja ya?”.“ Baik tante…”. Kau tidak tabah mau cepat- cepat merasakan nikmatnya“ keluar” semacam Tante Mirna. Dia masih diam saja sembari memandangiku yang padat jadwal sendiri dengan puting susu itu.
Sebagian dikala setelah itu kurasakan liang vaginanya kembali bereaksi, pinggulnya dia gerakkan.“ Di..”.“ Ya tante?”.“ Saat ini tante ingin puasin kalian, kasih tante yang di atas ya, sayang…, mmhh, pintar”. Posisi kami berputar. Saat ini Tante Mirna menunggangi tubuhku. Lama- lama tangannya kembali menuntun batang penisku yang masih tegang itu merambah liang kenikmatannya, serta uuuhh terasa lebih masuk. Tante Mirna mulai bergoyang lama- lama, payudaranya nampak lebih besar serta terus menjadi menantang dalam posisi ini.
Tante Mirna berjongkok di atas pinggangku menaik- turunkan pantatnya, nampak jelas gimana penisku keluar masuk liang vaginanya yang nampak penuh sesak, hingga bibir kemaluan itu nampak sangat kencang.“ ooohh enaak tante…, oooh Tante Mirna…, oooh Tante Mirna…, ooo tante…, hmm, enaak sekali…, ooohh..” kedua buah buah dada itu semacam berayun keras menjajaki irama turun menaiknya badan Tante Mirna.“ Remeees susu tante sayang, ooohh…, yaahh.., pintar kamu…, ooohh…, tante tidak yakin kalian dapat semacam ini, ooohh…, pintar kalian Didi ooohh…, ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang”, Tante Mirna mencapai bantal yang terdapat di samping kirinya serta memberikannya padaku.
“ Iktikad tante biar aku bisa…, crup.., crup..”, mulutku menerkam puting panyudaranya.“ Yaahh sedot susu tante lagi sayang…, milimeter.., yak begitu teruuus yang kiri sayang ooohh”. Tante Mirna menundukkan tubuh supaya kedua buah dadanya terjangkau mulutku. Decak becek pertemuan pangkal paha kami terus menjadi terdengar semacam tetesan air, liang vaginanya terus menjadi licin saja. Entah telah berapa puluh cc cairan kelamin Tante Mirna yang meluber membasahi bilik vaginanya.
Seketika saya teringat adegan filn porno yang tadi kulihat,“ yap…, doggie gaya!” batinku berteriak kegirangan, tiba- tiba saya menahan goyangan Tante Mirna yang tengah asik.“ Huuuhh…, ooohh terdapat apa sayang?”, nafasnya tersenggal.“ Aku ingin gunakan style yang terdapat di film, tante”.“ Style yang mana, yah…, terdapat banyak tuh?”.“ Yang dari balik trus tante nungging”.“ Hmm…, tante ngerti…, boleh”, katanya pendek kemudian membebaskan gigitan vaginanya pada penisku.
“ Yang ini iktikad kalian”, Tante Mirna menungging pas di depanku yang masih terduduk.“ Iya tante..” Hmm lezatnya, pantat Tante Mirna yang besar serta belahan bibir vaginanya yang memerah, saya langsung mengambil posisi serta tanpa permisi lagi menyusupkan penisku dari balik. Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku mencapai buah dada besarnya.“ oohh…, nggg…, yang ini hebaat Di…, ooohh, genjot yang keras sayang, ooohh…, tambah keras lagi…, uuuhh..”.“ ooohh tante…, taannn.. teee…, ooohh…, nikmat tante Mirna..”. Kepalanya menggeleng keras ke situ ke ayo, saya rasa Tante Mirna lagi berupaya menikmati style ini dengan semaksimal bisa jadi.
Teriakannya juga kian ngawur.“ ooohh…, jangan lambat- laun lagi sayang tante ingin keluar lagi oooh..” saya menghentikan gerakan serta mencabut penisku.“ Baik tante sekarang…, milimeter, coba tante tiduran menghadap ke samping, kita selesaikan dengan style ini”.“ Goodness! Kalian telah mulai pintar sayang mmhh”, Tante Mirna mengecup bibirku. Perintahku juga diturutinya, dia semacam ketahui apa yang saya mau. Dia menghempaskan tubuhnya kembali serta tiduran menghadap ke samping, sebelah kakinya terangkat serta mengangkang, saya lekas menempatkan pinggangku di antara lain.
Buah penisku bersiap lagi.“ aahh tante…, uuuhh…, nikmat sekali, ooohh…, tante saat ini Tante Mirna, ooohh…, aku tidak tahan tanteee…, enaak…, ooohh”.“ Tante pula Didi…, Didi…, Didi sayaanggg, ooohh…, keluaar samaan sayaang oooh” kami berdua berteriak panjang, badanku terasa bergetar, terdapat sebentuk tenaga yang maha dahsyat berjalan kilat lewat tubuhku menuju ke dasar perut serta,“ Craat…, cratt…, craatt…, crattt”, entah berapa kali penisku menyemburkan cairan kental ke dalam rahim Tante Mirna yang nampak pula hadapi perihal yang sama, selangkangan kami silih menggenjot keras.
Tangan Tante Mirna meremas sprei serta menariknya keras, bibirnya dia gigit sendiri. Matanya terpejam semacam merasakan suatu yang sangat hebat. Sebagian menit sehabis itu kami berdua terkapar lemas, Tante Mirna memelukku erat, sesekali dia mencium mesra. Tanganku tampaknya masih bahagia membelai lembut buah dada Tante Mirna. Kupintir- pintir putingnya yang saat ini mulai lembek. Mataku memandangi wajah manis wanita paruh baya itu, walaupun usianya telah berkepala 4 tetapi saya masih sangat bernafsu melihatnya. Mukanya masih menampakkan kecantikan serta keanggunannya.
Walaupun nampak kerutan kecil di leher perempuan itu tapi…, aah, persetan dengan itu seluruh, Tante Mirna merupakan perempuan awal yang menghadirkan saya pada kenikmatan intim. Apalagi dibandingkan Devi, Rani, Shinta serta sahabat sekelasku yang lain, wanita paruh baya ini jauh lebih menarik.“ Tante tidak nyangka kalian dapat sekuat ini, Di..”.“ Hmm…”.“ Betul ini baru yang awal kali kalian jalani?”.“ Iya tante..”.“ Tidak sempat sama pacar kalian?”.“ Tidak memiliki tante…”.“ Yang bener aja ah”.“ Iya bener, tidak bohong kok, tante…, tante tidak kapok kan ngajarin aku yang beginian?”.
Ya ampuuun..” Dia mencubit centil,“ masa sih tante ingin ngelepasin kalian yang hebat ini, ketahui tidak Di, suami tante tidak terdapat apa- apanya dibandingkan kalian..”.“ Iktikad tante?”.“ Om Totomu itu jika main sangat lama 3 menit…, lha kalian? Tante telah keluar sebagian kali kalian belum pula, apa tidak hebat namanya”.“ Ngaak ketahui deh tante, bisa jadi sebab baru awal ini sih…”.“ Tetapi bagi tante kalian emang memiliki bakat alam, lho? Buktinya baru awal begini saja kalian telah sekuat itu, terlebih jika telah pengalaman nanti…, tentu tante kalian buat KO…, lebih dari yang tadi”.
“ Terima kasih tante..”.“ Buat?”.“ Buat yang tadi..”.“ Tante yang terima kasih sama kamu…, kalian yang awal membuat tante merasa semacam ini”.“ Aku tidak ngerti…”.“ Di.., 2 puluh tahun lebih telah umur perkimpoian tante dengan Om Toto. Tidak sempat sedetikpun tante menikmati ikatan tubuh yang sehebat ini. Suami tante merupakan jenis lelaki egois yang mengasyikkan dirinya saja.
Tante betul- betul sudah dilecehkannya. Belum lama tante berupaya memberontak, warnanya ia telah mulai bosan dengan badan tante serta semacam rekannya yang lain sesama pejabat, dia menaruh sebagian perempuan buat melampiaskan nafsu seksnya. Tante ketahui seluruh itu serta tante tidak butuh cerita lebih panjang lebar sebab tentu kalian telah kerap mendengar pertengkaran tante”, Suaranya tiba- tiba sungguh- sungguh, tanganku memeluk badannya yang masih telanjang. Terdapat sebersit rasa simpati mendengar ceritanya yang polos itu, betapa bodohnya lelaki bernama Om Toto.
Wanita secantik serta senikmat ini di perkenankan merana.“ Kriiing…, kriiing…, kriiing”, saya terhenyak kaget.“ Celaka..! Pasti…, mmungkin?, tante…, gimana nih?”.“ pssstt..” Dia melekatkan telunjukknya di bibirku kemudian tangan tante Mirna mengangkut gagang telfon yang terletak di samping tempat tidur. Dia terduduk, masih tanpa busana, panorama alam asik untukku yang terdapat pas di belakangnya.“ Celaka, jangan- jangan…, Om Toto ketahui.., Ah tidak munkin mereka telah hingga di LA..”, batinku merasa takut.“ Halooo…, eh Son?”, saya tambah takut.“ Udah nyampe kamu..?”.“ ooo…, mereka telah di…”, hatiku agak lega mencermatinya.“ Lia sama adik kalian gimana?”, nyatanya Sonny menelfon dari Amerika. Cuma memberitahu mamanya jika mereka telah hingga. Nampak sekali ikatan Om Toto serta istrinya lagi renggang, tidak kudengar mereka berdialog. Cuma Sonny serta Julia.“ Kalian nanti jika balik ke mari membawa oleh- oleh lho?”, tanganku iseng meraba punggungnya yang halus lembut.
Tante Mirna melirik bandel sembari terus berdialog.“ Apa aja yang berarti terdapat buat Mama…, eh!” dia merasa geli dikala saya mencium pinggangnya, saya memeluknya dari arah balik, tanganku meraba permukaan buah dada itu serta sedikit memijit.“ Ah nggak…, terdapat nyamuk di kaki Mama…, hmm, trus pacar kalian gimana, kirain jadi ngajak doi ke sana”, kepalaku saat ini bersandar di atas pahanya, mataku lagi- lagi melirik buah dada itu, tanganku juga,“ ahh…, aduh nyamuknya banyak saat ini yah, ooo Mama kan belum tutup jendela…, hmm..” mata Tante Mirna terpejam begitu tanganku memegang permukaan buah dadanya, merayap lama- lama menyusuri kelembutan bukit indah itu mengarah puncak serta,” milimeter a..” saya memintir putingnya yang coklat kemerahan itu.
“ Mama lagi baca ini lho postingan masakan khas Amerika latin kayaknya nikmat ya?” telapak tanganku mulai lagi, meremasnya satu persatu,“ Hmm”, Tante Mirna warnanya pintar pula membuat alibi pada anaknya. Sembari terus berdialog di telepon dengan sebelah tangannya dia mencapai penisku yang mulai tegang lagi. Saya nyaris saja kurang ingat jika dia lagi on line, nyaris saja saya mendesah. Untung Tante Mirna kilat menutup mulutku dengan tangannya. Hampir saja“ Eh, kakakmu gimana prestasinya”, jari telunjuk Tante Mirna mengurut pas di leher dasar kepala penisku, terus menjadi tegang saja, shitt…, saya tidak dapat bersuara.
Saya tidak tahan serta beranjak turun dari tempat tidur itu serta langsung berjongkok pas di depan pahanya di pinggiran spring bed, mengungkap sejoli paha montok serta putih itu ke arah bertentangan.“ mmhh…, aahh…, oh tidak, Mama hanya sedikit kedinginan…, uuuhh” lidahku langsung mendarat di permukaan segitiga terlarang itu.“ ssshh yaa…, enakkk..”, Tante Mirna sedikit keceplosan.“ Ini…, nih, Mama tadi dibawain fried chicken sama tante Maurin” dia beralasan lagi. Lidahku makin mengganas, kelentit sebesar biji kacang itu terencana kusentuh.“ milimeter fuuuhh…, Mama ngantuk nih…, ingin bobo dahulu, letih dari kerja tadi, yah?“ Udahan dahulu ya sayang…, esok Mama yang telfon kalian…, daah”, diletakkannya gagang telepon itu kemudian Tante Mirna mematikan sistem sambungannya.
“ Lho kok dimatiin teleponnya tante?”.“ Tante tidak ingin diganggu siapapun malam ini, malam ini tante memiliki kalian, sayang. Tante hendak layani kalian hingga kita berdua tidak kokoh lagi. Kalian boleh jalani apa saja. Puaskan diri kalian sayang aahh”, saya tidak mempedulikan kata- katanya, lidahku padat jadwal di wilayah selangkangannya. Malam itu betul- betul surga untuk kami, game demi game dengan seluruh berbagai style kami jalani. Di karpet, di bathtub, apalagi di ruang tengah serta di meja kerja Om Toto hingga dekat jam 3 dini hari. Kami bersama bernafsu, saya tidak ingat lagi berapa kali kami melaksanakannya.
Seingatku disetiap akhir game, kami senantiasa berteriak panjang. Betul- betul malam yang penuh kenikmatan. Saya terbangun dekat jam 11 siang, badanku masih terasa sedikit pegal. Tante Mirna telah tidak terdapat di sampingku.“ Tante..?” pangilku separuh berteriak, tidak terdapat jawaban dari istri Om Toto yang tadi malam suntuk kutiduri itu. Saya beranjak dari tempat tidur serta memasang celana pendek, sprei serta bantal- bantal di atas tempat tidur itu berhamburan, di banyak tempat terdapat bintik- bintik sisa cairan kelamin kami berdua. Saya keluar kamar serta menciptakan secarik kertas berisi tulisan tangan Tante Mirna, nyatanya dia wajib ke tempat kerjanya sebab terdapat kontrak yang wajib dikerjakan.
“ Hmm…, sementara itu jika main baru bangun tidur pastilah nikmat sekali”, pikiranku ngeres lagi. Saya kembali ke kamar Tante Mirna yang berhamburan oleh kami tadi malam, kemudian dengan cekatan saya melepas seluruh sprei serta selimut penuh bercak itu. Kumasukkan ke mesin mencuci. 3 puluh menit setelah itu kamar serta ruang kerja Om Toto kubuat apik kembali. Siap buat kami gunakan main lagi.“ Fuck..! Saya kurang ingat sekolah…, ampuuun gimana nih”, Sejenak saya berpikir serta lekas kutelepon Tante Mirna di kantornya.“ Halo PT. Chandra Asri International, Selamat pagi”, suara operator.“ Ya Pagi.., Bu Mirna terdapat?”.“ Dari siap, pak?”.“ Bilang dari Sonny, anaknya..”.“ Oh Mas sonny”.“ Huh dasar sok akrab”, umpatku dalam hati.
“ Halo Son, sorry Mama tidak nelpon kalian pagi ini…, Mama telat bangunnya” saya diam saja.“ Halo…, halo…, Son.., Sonny”.“ Aku, Tante. Didi bukan Mas Sonny…”.“ Eh kalian sayang…, gimana? ingin lagi? Tabah ya, tungguin tante..”.“ Bukan begitu tante.., tetapi aku jadi telat bangun…, tidak dapat masuk sekolah”.“ Oooh mudah.., ntar tante yang telepon Pak Yogi, kepala sekolah kalian itu…, tante bilang kalian sakit yah?”.“ Tidak ah tante, ntar jadi sakit beneran..”.“ Tetapi emang benar kan kalian sakit…, sakit.., sakit anu! Nah lo!”.“ aah, tante…, tetapi bener nih tante tolong sekolah aku di telepon yah?”.“ Iya…, iya.., eh Di.., kalian kepingin lagi tidak..”.“ Tante centil”.“ Tidak ingin? Awas lho Tante cari orang lain..”.“ Ah Tante, ya ingin dong…, tadi malam nikmat yah, tante..”.“ Kalian hebat!”.“ Tante juga…., nanti kembali jam berapa?”.“ Tunggu aja…, telah makan kalian?”.“ Belum, tante telah?”.“ Sudah…, milimeter, jika gitu kalian tunggu aja di rumah, tante pesan catering buat kamu…, supaya nanti kalian kokoh lagi”.“ Tante dapat aja…, makasih tante..”.“ Bersama, sayang…, hingga nanti ya, daahh”.“ Daah, tante”. Tidak hingga 10 menit seseorang delivery service tiba bawa santapan.
“ Ini dari, Bu Mirna, Mas talong ditandatangan. Payment- nya telah sama Bu Mirna”.“ Makasih, mang..”.“ Bersama, permisi..”. Saya langsung membawanya ke dalam serta menyantapnya di depan pesawat Televisi, sembari melanjutkan nonton film porno, buat menaikkan pengalaman. Santapan kiriman Tante Mirna memanglah seluruh berprotein besar. Saya ketahui benar artinya. Belum lagi minuman tenaga yang pula dipesannya untukku. Warnanya istri Om Toto itu betul- betul menikmati game seks kami tadi malam, eh saya pula lho…, kan baru awal. Sembari terus makan serta melihat film itu saya membayangkan badan serta wajah Tante Mirna bermain bersamaku. Penisku terasa pegal- pegal dibuatnya. Huh…, saya mematikan Televisi serta mengarah kamarku.“ Lebih baik tidur serta mempersiapkan tenaga…”, saya bergumam sendiri dalam kamar. Sembari membaca novel pelajaran kesukaan, saya berupaya melupakan pikiran- pikiran tadi. Lama- kelamaan akupun tertidur. Jam menampilkan jam 12. 45.
Sore harinya saya terbangun oleh kecupan bibir Tante Mirna yang nyatanya telah terdapat di sampingku.“ Huuuaah…, jam berapa saat ini tante?”.“ Hmm.., jam 5, tante dari tadi pula telah tidur di mari, sayang kalian tidur sangat lelap. Tante pernah tidur kurang lebih 2 jam semenjak tante kembali tadi, gimana, kalian telah pulih..”.“ Telah dong tante, 4 jam lebih tidur masa sih tidak seger..”, kami silih berciuman mesra,“ crup…, crup”, lidah kami bermain di mulutnya.“ Eh…, tante ingin jajanan dahulu ah…, sembari minum teh, yuuk di halaman. Tadi tante pesan di Dunkin…, terdapat donat kesukaan kalian”, dia bangun serta ngeloyor keluar kamar.“ Uh.., Tante Mirna..”, gumamku pelan memandang bahenolnya badan saat ini terbungkus terusan sutra transparan tanpa lengan. Bayangan CD serta BH- nya nampak jelas.
Saya masih bahagia bermalas- malasan di tempat tidur itu, pikiranku rasanya tidak sempat dapat lepas dari bayangan badannya. Sebagian dikala saja penisku telah nampak tegang serta berdiri, dasar pendatang baru! Semenjak kerap tegang memandang badan Tante Mirna sebulan belum lama ini, saya memanglah tidak sering mengenakan celana dalam kala di rumah supaya penisku dapat lebih bebas jika berdiri semacam ini.“ Hmm, tante Mirna…, aahh” desahku sembari menggenggam sendiri penisku, aneh…, saya membayangkan orang yang telah jelas dapat kutiduri dikala itu pula, tidak tahulah…, rasanya saya edan! Tanganku mengocok- ngocok sendiri sampai saat ini penis besar serta panjang itu betul- betul tegak serta nampak perkasa sekali. Saya terus membayangkan gimana tadi malam kepala penis ini menembus serta melesak keluar masuk Miss V Tante Mirna.
Kutengok ke situ ke ayo.“ Tante..”, panggilku.“ Di dapur, sayang”, sahutnya separuh berteriak, saya bergegas ke sana, kulihat dia lagi menghangatkan donat di microwave. Dan…, uuuhh, badan yang tadi malam kunikmati itu, dari arah belakang…, bayangan BH serta celana dalam putih di balik gaun sutranya yang tipis membuatku berulang kali menelan ludah.“ uuuhh tante…, sayang”, tidak mampu lagi rasanya saya menahan birahiku, kupeluk dia dari balik, sendok yang terdapat di tangannya terjatuh, penisku yang telah tegang kutempelkan erat di belahan pantatnya.“ Aduuuhh…, Didi bandel kalian ah..” dia melirikku dengan pemikiran menggoda. Saya terus menjadi berani, tangan kananku mencapai buah dada Tante Mirna dari celah gaun di dasar ketiaknya. Kemudian tangan kiriku merayap dari arah dasar, paha yang halus putih lembut itu terus ke arah gundukan kemaluannya yang masih berlapis celana dalam.
Telunjuk serta jari tengahku langsung memencet, mengusap- usap serta mencubit kecil bibir kemaluannya.“ Ehhmm…, nnggg…, aahh…, nakaal, Didi”.“ Tante…, tante, aku tidak tahan ngeliat tante…, aku bayangin badan tante terus dari tadi pagi” Tangan kiriku menarik ujung celana dalam itu turun, dia mengangkut kakinya satu persatu serta terlepaslah celana dalamnya yang putih. Kutarik cup BH- nya ke atas sampai tangan kananku saat ini leluasa mengelus serta meremas buah dadanya. Dengan gerak kilat kulorotkan pula celana dalam yang kupakai kemudian bergegas tangan kiriku menyingkap gaun sutranya ke atas. Kudorong badan Tante Mirna hingga dia menunduk serta terlihaylah dengan jelas celah vaginanya yang masih nampak tertutup rapat. Saya berjongkok pas di belakangnya.“ Idiiihh, Didi.
Tante ingin diapain nih..”, katanya centil. Lidahku menjulur ke arah vaginanya. Aroma wilayah kemaluan itu merebak ke hidungku, terus menjadi membuatku tidak tabah dan…,“ huuuhh…, srup.., srup.., srup”, sekali terkam bibir Miss V sebelah dasar itu telah tersedot habis dalam mulutku.“ aahh.., Didi…, enaakkk..”, jerit wanita separuh baya itu, tangannya berpegang di pinggiran meja dapur.“ aawwww…, geliii”, kugigit pantatnya. Uuh, bongkahan pantat inilah yang sangat mengundang birahiku dikala melihatnya buat awal kali. Lembut serta putih, besar menggelembung serta montok. 5 menit setelah itu saya berdiri lagi sehabis puas membasahi bibir vaginanya dengan lidahku. Kedua tanganku menahan gerakan pinggulnya dari balik, gaun itu masih tersingkap ke atas, tertahan jari- jari tanganku yang mencengkeram pinggulnya.
Serta hmm, kuhunjamkan penis besar serta tegang itu pas dari arah balik,“ Sreeep…, Bleeesss”, langsung menggenjot keluar masuk Miss V Tante Mirna.“ aahh…, Didi…, enaak…, huuuhh tante bahagia yang ini ooohh..”“ Lezat kan tante…, hmm…, ooohh…, agak tegak tante supaya susunya…, yaakkk oooh enaakk”.“ Yaahh…, tusuk yang keras…, hmm…, tante tidak sempat ini sebelumnya…, ooohh enaakk pintarnya kalian sayaang…, ooohh enaak…, terus…, terus yah tarik dorong keeeraass…, aahh…, kalian yang awal giniin tante, Di…, ooohh…, ssshh..”, cuma dekat 3 menit dia bertahan serta,“ Hooohh…, tante…, mauuu…, keluar…, sekarang…, ooh hh…, saat ini Di, aahh…”. Vaginanya menjepit keras, tubuhnya tegang dengan kepala yang bergoyang keras ke kiri serta ke kanan.
Saya tidak mempedulikannya, memanglah sejenak kuberi dia waktu menarik napas panjang. Saya membiarkan penisku yang masih tegang itu menancap di dalam. Dia masih menungging keletihan.“ Balik tante..”, Pintaku sembari membebaskan gigitan di kemaluannya.” Terlebih, sayang…, ya ampun tante tidak kokoh.., aahh”. Saya mencapai suatu sofa. dia mengira saya hendak menyuruhnya duduk,“ Eiih bukan tante, saat ini tante nyender di bilik, Kaki kiri tante naik di sofa ini..”.“ Ampuuun, Didi…, tante ingin diapain sayang..”, dia bagi saja. Wooow! Kudapatkan posisi itu, selangkangan itu siap dimasuki dari depan sembari berdiri, posisi ini yang membuatku bernafsu.“ Saat ini tante…, yaahh..”, saya menusukkan penisku dari arah depannya, penisku masuk dengan mudah. Tanganku meremas kedua susunya sebaliknya mulut kami silih mengecup.
“ mmhh…, hhmm..”, dia berupaya menahan kenikmatan itu tetapi mulutnya tertutup erat oleh bibirku. Hmm, di samping kanan kami terdapat kaca seukuran badan. Nampak pantatku menghantam keras ke arah selangkangannya. Penisku nampak jelas keluar masuk vaginanya. Payudaranya yang tergencet dada serta tanganku terus menjadi membuatku bernafsu.“ Cek.., cek.., cek”, gemercik suara kemaluan kami yang bermain di dasar situ. Kulepaskan kecupanku sehabis nampak isyarat dia menikmatinya.“ uuuhh hebaat…,, kalian sayang…, aduuuh mati tante…, aahh enaak mati saya Di, ooohh…, mari keluarin sayang…, aahh tante capeeekkk…, telah ingin hingga lagi niiih aahh..” mukanya nampak tegang lagi, pipinya semacam biasa, merah, selaku ciri dia lekas hendak orgasme lagi. Kupaksakan diriku mencapai klimaks itu bertepatan dengannya. Saya rasanya sukses, lama- lama tetapi tentu kami setelah itu silih mendekap erat sembari silih berteriak keras.
“ aahh…, tante keluaar..”.“ Aku pula tante huuhh…, nikmat.., nikmat…, ooohh…, Tante Mirna…, aahh”, serta penisku,“ Crat.., crat.., crat.., seeer”, menyemprotkan cairannya dekat 5 6 kali di dalam liang Miss V Tante Mirna yang pula nampak menikmati orgasmenya buat kedua kali.“ Huuuhh…, capeeekk…, sayang” dia membebaskan pelukannya serta penisku yang masih menancap itu. Hmm, kulihat terdapat cairan yang mengalir di pahanya bagian dalam, terdapat yang menetes di lantai.“ Ingin di lap tante?”, saya menawarkan tissue.“ Tidak sayang…, tante bahagia, kok. Tante bahagia…, yang mengalir itu mani kalian serta cairan kelamin tante sendiri. Tante mau menikmatinya..”, dia mengatakan begitu sembari memberiku suatu ciuman.“ Hmm.., Tante Mirna..”, Kuperbaiki letak BH serta rambutnya yang acak- acakan, setelah itu dia kembali mempersiapkan jajanan yang pernah terhenti oleh ulah nakalku. Saya kembali ke kamar serta keluar lagi sehabis menggunakan pakaian kaos.
Tante Mirna sudah menunggu di halaman balik rumahnya yang sangat luas, kira- kira dekat 25 acre. Kami duduk santai berdua sembari bercanda menikmati atmosfer di pinggiran suatu danau buatan. Sesekali kami berciuman mesra semacam pengantin baru yang lagi haus kemesraan. Jadilah 2 minggu kepergian keluarga Om Toto itu surga dunia bagiku serta Tante Mirna. Kami melaksanakannya tiap hari, rata- rata 4 hingga 5 kali satu hari!
POKER | CAPSA SUSUN | GAME ADU-Q | BANDAR-Q | BANDAR POKER | SAKONG ONLINE | DOMINO
0 Komentar