Ticker

6/recent/ticker-posts

Pengalaman Dengan Teman Kantor Yang Bahenol



INDO SEX ASIA -  Telah kurang lebih setahun saya bekerja pada suatu industri yang bergerak dalam negosiasi pembelian tanah yang hendak dijadikan tempat usaha. Di industri itu saya pula memilki jabatan yang tidak rendah sebab saya senantiasa yang disuruh berangkat menyurvey, menawar, serta membenarkan jika lahan yang hendak terbuat usaha itu betul- betul strategis.

Saya pula kerap berjumpa dengan klien yang memohon dorongan industri kami ataupun yang bekerja sama dengan industri kami. Saya memperoleh keyakinan oleh industri sehabis saya sukses memenangkan tender yang sangat besar sekali, dari itu saya jadi orang keyakinan bosku.

Disaat saya menyurvey suatu lahan saya senantiasa ditemani oleh seseorang sahabat kantorku yang ditugaskan oleh kantor buat menemaniku. Namanya Bu Rena, orangnya tidak begitu menawan, tetapi senyumannya sangatlah manis sekali. Ia berumur dekat 35 tahunan, ia pula telah memiliki suami serta memiliki 2 orang anak. Tetapi badan Bu Rena ini masih sangat ramping sekali, payudaranya cukup besar dekat 34B serta pantatnya yang ranum menghiasi panorama alam badan Bu Rena dibalik kerudung yang senantiasa menutupi mukanya. Telah lama saya bekerja bersama Bu Rena, jadi saya mengenali gimana watak Bu Rena. Sehingga kami dengan tidak segan lagi kala silih bercanda.


Tunjukan keberuntunganmu dengan bermain PokerQQ Online, Raih uang sebanyak-banyaknya



Tidak hanya ditemani Bu Rena saya, dikala menyurvey saya pula senantiasa diantar oleh sopir pribadiku yang pula telah lama bekerja denganku. dibalik kerudung Bu Rena pernah saya menebak- nebak tentang gairah Seks Bu Rena ini, apalagi saya pula pernah menanyakan pada Bu Rena dikala kami keluar menyurvey. Ia cuma tersenyum dengan pertanyaanku yang menjurus soal ikatan Seks.

Saya jadi ketahui jika Bu Rena ini pula sesungguhnya gak baik- baik banget, saya pula dapat mendapatkannya, tetapi ia menutupinya dengan berkerudung dikala dikantor. Saya pula kerap menggodanya dikala terletak dikantor tetapi tidak didepan sahabat kantor, tetapi kala nampak hening, serta Bu Rena senantiasa cuma membalas godaanku dengan senyuman yang sangat khas dari raut mukanya.

Waktu itu hari sabtu saya mengambil cuti sebab saya mau rehat dirumah, menenangkan benak dari seluruh urusan yang terdapat dikantor. Tetapi tidak cocok dengan harapanku, dekat jam 10 siang saya ditelpon oleh atasanku serta saya ditugaskan buat menyurvey suatu lahan dengan suatu klien dari industri.

Dengan tidak dapat menolak saya juga menyanggupinya. Serta saya memohon jika Bu Rena diantar kerumahku. Lekas saya bergegas tata- tata, mempersiapkan seluruh suatu yang saya perlukan. Serta separuh jam setelah itu Bu Rena hingga kerumahku dengan diantar sopir industri. Saya mempersilahkannya masuk dirumahku dahulu sembari menunggu bersiap. Istriku dengan Bu Rena pula telah tahu sebab saya telah cerita tentang Bu Rena jadi istriku gak permasalahan.





Sehabis saya berakhir, saya mencari sopirku, serta sehabis saya panggil istriku yang menanggapi, jika sopirku pagi tadi ijin buat mengantar istrinya kerumah sakit. Jadi terpaksalah saya menyetir mobil sendiri. Serta saya langsung berpamitan dengan istriku. Saya serta Bu Rena kemudian masuk mobil serta kami juga langsung meninggalkan rumah.

Percakapan kami di ekspedisi mengarah posisi, cuma menyangkut masalah- masalah bisnis yang terdapat kaitannya dengan Bu Rena. Tidak terdapat suatu yang menyimpang. Apalagi sehabis datang di posisi yang 25 kilometer dari pusat kota, saya tidak berpikir yang aneh- aneh. Apalagi saya gusar pula kala owner tanah itu tidak terdapat di tempat, wajib dijemput dahulu oleh keponakannya yang lekas meluncur di atas motornya.

Kami duduk saja di dalam mobil yang diparkir menghadap ke kebun tidak terpelihara, yang rencananya hendak dijadikan perumahan oleh kenalanku yang seseorang pengembang. Atmosfer sepi sekali. Sebab kami terletak di depan kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang berkembang tidak dirawat sedikit juga.

Tetapi atmosfer yang sepi itu…entah kenapa…tiba- tiba saja membuatku iseng…memegang tangan Bu Rena sembari mengatakan,

“ Dapat 2 jam kita wajib menunggu di mari, Bu.”

“ Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,

“ Tabah aja ya Pak…. di dalam bisnis memanglah suka terdapat ujiannya.” Saya terdiam.

Tetapi tanganku tidak diam. Saya mulai meremas tangan perempuan 30 tahunan itu, yang kian lama terasa kian hangat. Ia apalagi membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti…….. ah….. pikiranku mulai melayang- layang tidak menentu. Bisa jadi di mana- mana pula lelaki itu sama semacam saya. Dikasih sejengkal ingin sedepa.

Remas- remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan abg lagi. Masa lumayan dengan remas- remasan tangan? Sesaat setelah itu, lengan kiriku telah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berupaya membuka jalur supaya tangan kiriku dapat menyelusup ke dalam bajunya yang sangat tertutup serta bertangan panjang. Bu Rena diam saja. Serta kesimpulannya saya sukses memegang payudaranya.

Tetapi ia menepiskan tanganku sembari mengatakan,

“ Duduknya di balik saja Pak…di mari khawatir dilihat orang…” O, senangnya hatiku.

Sebab perkataannya itu mengisyaratkan kalau ia pula ingin!

“ Mengapa tiba- tiba jadi begini Pak?” tanya perempuan berjilbab itu kala kami telah duduk di jok balik, pada dikala tanganku sukses menyelinap ke pakaian tangan panjangnya serta ke balik BH nya.

“ Gak tau mengapa ya?” sahutku sembari meremas payudaranya yang terasa masih kencang, bisa jadi sebab giat merawatnya.

“ Tetapi Pak…uuuuhhhh….. jika aku jadi horny gimana nih?” perempuan itu terpejam- pejam sembari meremas- remas lututku yang masih berpakaian lengkap.

“ Kita jalani saja…asal Bu Rena gak keberatan….” tanganku kian berani, sukses menyelinap ke balik rok panjangnya, kemudian menyelundup ke balik celana dalamnya.

Tanganku telah memegang bulu kemaluannya yang terasa rimbun sekali. Setelah itu menyeruak ke bibir kemaluannya…bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa telah membasah serta hangat.

“ Masa di mobil?” protesnya,

“ kata orang mobil jangan dipakai gituan, dapat buat sial…”

“ Emang siapa yang ingin ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Rena yang terasa hangat serta berlendir…

Perempuan itu memelukku erat- erat sembari berbisik,

“ Duh Pak…saya jadi kepengen nih…. kita cari penginapan aja dahulu ayo. Bilangin aja sama orang- orang di mari jika kita ingin tiba lagi esok.”

“ Iya sayang,” bisikku,

“ Saat ini ini mempunyai dirimu lebih berarti daripada ketemuan dengan owner tanah itu…”

“ Ya telah dahulu dong,” Bu Rena menarik tanganku yang lagi mempermainkan kemaluannya,

“ Nanti jika aku gak dapat nahan di mari kan berabe. Nanti aja di penginapan aku kasih semuanya…” Saya ketawa kecil.

Kemudian pindah duduk ke balik setir lagi. Tidak lama setelah itu mobilku telah meluncur di jalur raya. Persetan dengan owner tanah itu. Saat ini ini yang terutama merupakan badan Bu Rena, yang jelas telah siap diapakan saja. Dengan gampang kudapatkan hotel kecil di luar kota, cocok dengan kemauan Bu Rena, sebab jika di dalam kota khawatir kepergok oleh orang- orang yang kami tahu.

Soalnya saya memiliki istri, Bu Rena juga memiliki suami. Hotel itu hanya hotel simpel. Tetapi cukup, kamar mandinya gunakan shower air panas. Tidak gunakan AC, sebab udaranya lumayan dingin, rasanya tidak butuh gunakan AC di mari. Yang berarti merupakan perempuan berjilbab itu…yang saat ini lagi terletak di dalam kamar mandi, bisa jadi lagi cuci- cuci dulu…sementara saya telah tidak sabaran menunggunya.

Kala dia timbul di ambang pintu kamar mandi, saya terpana dibuatnya. Rambutnya yang tidak ditutupi apa- apa lagi, nampak tergerai lepas…. panjang rimbun serta ikal. Jujur…ia nampak jauh lebih seksi, terlebih jika mengingat kalau dia 5 tahun lebih muda daripada istriku. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih lembut itu nampak jelas di mataku.

Saya bangkit menyambutnya dengan dekapan hangat,

“ Bu Rena jika gak pake hijab malah nampak lebih cantik…. muuuahhhhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.

Dia memegang pergelangan tanganku sembari tersenyum manis. Serta kuraih pinggangnya, hingga terletak di atas tempat tidur yang cukup besar. Kemudian kami bergumul mesra di atas tempat tidur itu. Bu Rena tidak pasif. Berulang kali ia memagut bibirku. Saya juga dengan tidak tabah menyingkapkan pakaian lengan panjangnya.

Dan…ah…rupanya tidak terdapat apa- apa lagi di balik pakaian lengan panjang itu tidak hanya badan Bu Rena yang begitu lembut. Payudaranya tidak sebesar buah dada istriku. Tetapi nampak indah di mataku. Tidak ubahnya buah dada seseorang wanita belasan tahun. Serta kala pandanganku melayang ke dasar perutnya…tampak sebentuk kemaluan perempuan yang berambut tebal, sangat lebat…. Saya juga mulai beraksi. Mencelucupi lehernya yang hangat, sedangkan tanganku mulai mengelus bulu kemaluan yang rimbun keriting itu.

Bu Rena juga tidak tinggal diam, mulai membebaskan kancing kemejaku satu persatu, kemudian menanggalkan kemejaku. Buat memudahkan, saya juga menanggalkan celana panjang serta celana dalamku. Sehingga batang kemaluanku yang telah tegak kencang ini tidak tertutup apa- apa lagi.

Bu Rena melotot waktu memandang batang kemaluanku yang telah tidak tertutup apa- apa lagi ini.

“ Iiiih…punya Ayah kok panjang gede gitu…. mmm…. sang bunda tentu senantiasa puas ya…” desisnya.

“ Emang memiliki suami Bu Rena semacam apa?” tanyaku.

“ Jauh lebih pendek serta kecil,” bisik Bu Rena sembari merangkulku dengan ketat, semacam gemas.

Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, kemudian turun…mencelucupi puting payudaranya. Kusedot- sedot semacam anak kecil lagi menetek, sembari mengelus- eluskan ujung lidahku di putting buah dada yang terasa kian membeku ini. Sedangkan tanganku tidak cuma diam. Jemariku mulai mengelus bibir kemaluan perempuan itu, apalagi mulai memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.

Bu Rena sendiri tidak hanya berdiam diri. Tangannya mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus- elus puncak penisku, sehingga saya kian bernapsu. Tetapi saya terencana mau melaksanakan pemanasan sepanjang bisa jadi, biar meninggalkan kesan yang indah di setelah itu hari. Hingga sehabis puas menyelomoti puting buah dada perempuan itu, bibirku turun ke arah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat.

Kemudian turun ke dasar perutnya.

“ Pa jangan ke sana ah…malu…” Bu Rena berupaya menarik kepalaku supaya naik lagi ke atas.

Tetapi saya apalagi mulai menciumi kemaluanya yang berbulu rimbun itu. Kemudian jemariku menyibakkan bulu kemaluan perempuan itu, mengangakan bibirnya serta mulai menjilatinya dengan gerakan dari dasar ke atas….

“ Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok lezat sekali Pak…..” Bu Rena mulai menceracau tidak menentu.

Lebih- lebih kala saya mulai memusatkan jilatanku di clitorisnya, terkadang menghisap- hisapnya sembari menggerak- gerakkan ujung lidahku.

“ Oooh Pak…oooh…. Pak…. iiiih…. aku udah ingin keluar nih…. duuuhhhhhh” celotehnya membuatku buru- buru memusatkan batang kemaluanku ke belahan memeknya yang telah basah.

Serta kudesakkan sekaligus…. blessss….. agak gampang membenam ke dalam liang surgawi yang telah banyak lendirnya itu.“ Aduuuduuuhhhh…sudah masuk Paaakk….. oooohhhh….” Bu Rena menyambutku dengan dekapan erat, apalagi sembari menciumi bibirku sembari menggerak- gerakkan pantatnya,“ Sa…saya gak dapat nahan lagi…

langsung ingin keluar Paaak…tadi sih sangat dienakin…oooh…” Kemudian terasa badan perempuan itu mengejang serta mengelojot semacam sekarat. Warnanya ia tidak dapat menahan lagi. Ia telah orgasme…. terasa liang kemaluannya berkedut- kedut, kemudian jadi becek.“ Barusan kan baru orgasme awal,” bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu Rena.

Sebagian dikala setelah itu perempuan itu merem melek lagi, apalagi kian gencar menggoyang- goyang pinggulnya, sehingga batang kemaluanku serasa dibesot- besot oleh liang surgawi Bu Rena. Saya ketahui goyangan pantatnya itu bukan semata- mata mau membagikan kepuasan untukku, tetapi pula mencari kepuasan untuknya sendiri. Sebab pergesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi kian keras, kelentitnya juga berulang kali terserang gesekan penisku.






“ Adduuuh, duuuh…. Pak…kok lezat sekali sih Pak….. aaah…saya dapat ketagihan nanti Pak…..” celotehnya dengan nafas tersengal- sengal.“ Saya pula dapat ketagihan,” sahutku separuh berbisik di telinganya, sembari merasakan enaknya gesekan bilik liang kemaluannya,“ memekmu lezat sekali, sayang….. duuuuh…. betul- betul lezat sekaliii….” Saya memanglah tidak kelewatan.

Entah mengapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Bisa jadi ini yang diucap SII( Selingkuh Itu Indah). Sementara itu posisi kami hanya posisi klasik.

Goyangan pantat Bu Rena pula konvensional saja. Tetapi enaknya luar biasa. Dalam tempo pendek saja keringatku mulai bercucuran. Bu Rena juga nampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku.

Sejoli kakinya dinaikan serta ditekuk, kemudian melingkari pinggangku, sedangkan rengekan- rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya.

“ Ooooh…. oooh…hhhh…. aaaaahhhhh…oooh…aaaaah…. aduuuh Paaak…. lezat Pak…. duuuuh…. mmmmhhhhh aku ingin keluar lagi nih Paaak….”“ Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sembari mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Rena.

“ I…iya Pak…. bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sembari mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk- liuk kilat serta membuat batang kemaluanku semacam dipelintir oleh bilik liang kemaluan perempuan yang licin serta hangat itu.

Hingga pada sesuatu saat…kuremas- remas buah dada perempuan itu, mataku terpejam, napasku tertahan…batang kemaluanku membenam sedalam- dalamnya…. kemudian kami semacam orang- orang kesurupan…. bersama berkelojotan di puncak kenikmatan yang tiada taranya….. Air maniku terasa menyemprot- nyemprot di dalam liang memek Bu Rena. Liang yang terasa berkedut- kedut. Kemudian kami bersama terkapar, dengan keringat bercucuran.

“ Ini yang awal kalinya aku digauli oleh lelaki yang bukan suami saya…” kata Bu Rena sembari membiarkan batang kemaluanku senantiasa menancap di dalam memeknya. Kujawab dengan ciuman hangat di bibirnya yang sensual,“ Sama…saya pula baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan perempuan yang bukan istri aku.

Terimakasih sayang…mulai dikala ini Bu Rena jadi istri rahasiaku…”“ Serta Ayah jadi suami kedua saya…. iiih…kenapa tadi kok lezat sekali ya Pak?”“ Bisa jadi jika dengan pendamping kita sendiri telah sangat biasa, tidak terdapat yang aneh lagi.

Tetapi barusan dilepas di dalam…nggak apa- apa?”“ Tidak apa- apa,” sahutnya dengan senyum manis, mata bulat beningnya juga bergoyang- goyang manja,“ Aku kan turut KB semenjak kelahiran anak kedua…”“ Asik dong, jadi aman….”“ Aku tentu ketagihan Pak…. soalnya memiliki Ayah panjang gede gitu…..” Perkata Bu Rena itu membuat napsuku bangkit lagi.

Serta batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam memeknya, terasa membeku lagi. Hingga kucoba menggerak- gerakkannya…ternyata memanglah dapat dipakai“ bertempur” lagi. Batang kemaluanku telah mondar mandir lagi di dalam liang Miss V Bu Rena yang masih banyak lendirnya tetapi tidak sangat becek, apalagi lebih menyenangkan sebab saya dapat mengentot dengan gerakan yang sangat bebas tanpa kehabisan nikmatnya sedikit juga. Apalagi kala saya menggulingkan diri ke dasar, dengan aktifnya Bu Rena action dari atas tubuhku.

Separuh duduk dia menaik turunkan pinggulnya, sehingga saya lumayan berdiam diri, cuma sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, biar dapat masuk sedalam- dalamnya. Posisi di dasar ini membuatku bebas meremas- remas buah dada Bu Rena yang bergelantungan di atas wajahku. Terkadang kuremas- remas pula pantatnya yang cukup besar serta padat. Tetapi bisa jadi posisi ini sangat lezat buat Bu Rena, sebab moncong penisku menyundul- nyundul dasar liang vaginanya. Serta itu buatnya kilat orgasme. Cuma sebagian menit dia dapat bertahan dengan posisi ini. Tidak lama setelah itu dia memeluk leherku kuat- kuat, semacam hendak meremukkannya.

Kemudian terdengar erangan nikmatnya,

“ Aaaahhhh…. aku keluar lagi Paaaak…..” Setelah itu dia ambruk di dalam dekapanku.

Tetapi saya seakan tidak hirau kalau Bu Rena telah orgasme lagi. Perlu sebagian dikala buat memulihkan vitalitasnya kembali. Tidak butuh vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku lagi enak- enaknya mengenjot memek sahabat bisnisku ini. Kemudian saya menggulingkan tubuhnya sembari kupeluk erat- erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam memeknya yang telah orgasme berulang kalinya. Bu Rena memejamkan matanya waktu saya mulai mengentotnya lagi dengan posisi klasik, ia di dasar saya di atas.

Tetapi sebagian dikala setelah itu dia mulai aktif lagi. Mendekapku erat- erat sembari menggoyang- goyangkan pinggulnya dengan gerakan meliuk- liuk….. Saya juga kian ganas mengentotnya. Tetapi dia tidak ingin kalah ganas. Gerakan pantatnya kian lama kian dominan.

Membuatku berdengus- dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.

“ Oooh…enak banget Paaak…. sa…saya ingin keluar lagi…. kita barengin lagi Pak…ta…tadi pula lezat sekali….” celotehnya sehabis batang kemaluanku lumayan lama mengentot liang memeknya.

Saya sepakat. Kuenjot batang kemaluanku dengan kecepatan besar, maju- mundur, maju- mundur…. hingga kesimpulannya kami bersama berkelojotan lagi Silih cengkram, silih lumat…. seakan mau silih meremukkan…. serta kesimpulannya air maniku menyemprot- nyemprot lagi di puncak kenikmatanku, diiringi dengan rintihan lirih Bu Rena yang lagi menggapai orgasme pula.

“ Kita kok dapat seketika begini ya?” cetus bu Rena waktu telah menggunakan pakaiannya lagi.

“ Iya…dari rumah aja gak terdapat renana…. tetapi tadi tiba- tiba terdapat keinginan…untunglah bunda gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, setelah itu kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.

Perempuan itu tersenyum. Memeluk pinggangku sembari mengatakan lama- lama,

“ Kita wajib berterimakasih pada owner tanah itu, ya Pak. Gara- gara ia gak terdapat di tempat, kita jadi terdapat kegiatan tiba- tiba begini.” Saya mengangguk dengan senyum.

Sedangkan hatiku mengatakan,

“ Gara- gara sopirku gak masuk pula, saya jadi memiliki cerita semacam ini. Jika terdapat ia, saya pasti takkan sebebas ini.”

Sore itu kami kembali ke rumah tiap- tiap, dengan perasaan baru. Apalagi malamnya, kala istriku telah tertidur pulas, saya masih pernah smsan dengan bu Rena. Salah satu smsnya berbunyi:

“ Puas banget…punya aku sampe terasa semacam jebol…. memiliki ayah kegedean sih…kapan kita ketemuan lagi?” Kujawab pendek,

“ Kapan juga saya siap..” Satu cerita indah sudah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tidak bisa jadi kulupakan.




Posting Komentar

0 Komentar