INDOSEXASIA - Iwan, seseorang bujangan berusia 28 tahun yang dikala ini lagi kebimbangan. Alasannya, panggilan pekerjaan dari suatu industri dimana ia melamar begitu tiba- tiba. Ia bimbang gimana wajib mencari tempat tinggal sedini ini. Industri dimana ia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu sepanjang 4 hari, dimana ia wajib melaksanakan uji wawancara.
Kesimpulannya ia memforsir berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana ia wajib tinggal. Dengan bekal yang lumayan malah berlebih bisa jadi, sampailah ia di penginapan dimana industri yang ia lamar terletak di kota itu pula.
Telah 2 hari ini ia tinggal di penginapan itu, sepanjang ini ia telah mepersiapkan seluruh suatu yang diperlukan guna kelancaran dalam uji wawancara nanti. Hingga pada kesimpulannya, ia membaca di pesan berita, kalau disana tertulis menerima kos- kosan ataupun tempat tinggal yang permanen. Setelah itu dengan bergegas ia menghadiri alamat tersebut. Hingga pada kesimpulannya, sampailah ia di depan pintu rumah yang diartikan itu.
MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI
Lama- lama Iwan mengetuk pintu, tidak lama setelah itu terdengar suara kunci terbuka diiringi dengan seseorang perempuan tua yang timbul.
“ Iya, terdapat butuh apa, Pak..?”
“ Oh, begini.., tadi aku membaca pesan berita, disana tertulis kalau di rumah ini sediakan kamar buat tempat tinggal.” sahut Iwan mendadak.
“ Oh, ya, memanglah benar, silakan masuk Pak, supaya aku memanggil nyonya dahulu,” perempuan tua itu mempersilakan Iwan masuk.
“ Hektometer.., baik, terima kasih.”
Sejenak setelah itu Iwan telah duduk di sofa ruang tamu.
Nampak sekali kondisi ruang tamu yang sejuk serta asri. Iwan mencermati sembari melamun. Seketika Iwan diguncang oleh suara perempuan yang masuk ke ruang tamu.
“ Selamat siang, terdapat yang butuh aku bantu..?”
Terhenyak Iwan dibuatnya, di depan ia saat ini berdiri seseorang perempuan yang boleh dikatakan belum sangat tua, usianya dekat 40 tahunan, menawan, anggun serta berwibawa.
“ Oh.., eh.. selamat siang,” Iwan tergagap setelah itu ia melanjutkan,“ Begini Bu..”
“ Panggil aku Bu Mira..,” tukas perempuan itu menyahut.“ Hektometer.., o ya, Bu Mira, tadi aku membaca pesan berita yang tertulis kalau disini terdapat kamar buat disewakan.”“ Oh, ya. Hektometer.., siapa nama kamu..?”“ Iwan Bu,” sahut Iwan mendadak.
“
Memanglah benar disini terdapat kamar disewakan, butuh dikenal oleh Nak Iwan kalau di rumah ini cuma terdapat 3 orang, ialah, aku, anak aku yang masih SMA serta pembantu perempuan yang tadi bicara sama Nak Iwan, kami memanglah sediakan satu kamar kosong buat disewakan, tidak hanya supaya kamar itu tidak kotor pula rumah ini supaya tambah ramai penghuninya.
” dengan pendek Bu Mira menarangkan seluruhnya.“ Hektometer, suami Bunda..?” tanya Iwan pendek.“ Oh ya, aku serta suami aku telah berpisah satu tahun yang kemudian,” jawab Bu Mira pendek.
“ Ooo, begitu ya, buat permasalahan biayanya, berapa sewanya..?” tanya Iwan setelah itu.“ Hektometer, begini, Nak Iwan ingin mengambil berapa bulan, bayaran sewa sebulannya 7 ratus ribu rupiah,” jawab Bu Mira menerangkan.“ Baiklah Bu Mira, aku hendak mengambil sewa buat 6 bulan,” kata Iwan.“ Oke, tunggu sebentar, Bunda hendak mengambil kuitansinya.
” Kesimpulannya sehabis mengemasi beberapa barang di penginapan, tinggallah Iwan disana dengan Bu Mira, Ida anak Bu Mira serta Bik Sumi pembantu Bu Mira. Telah satu bulan ini Iwan tinggal sembari menunggu panggilan berikutnya.
Serta telah satu bulan ini pula Iwan memiliki kemauan yang aneh terhadap Bu Mira. Perempuan yang anggun, menawan serta berwibawa yang lumayan lama hidup sendirian. Iwan tidak bisa membayangkan gimana bisa jadi perempuan yang masih nampak muda dari segi fisiknya itu bisa betah hidup sendirian.
Gimana Bu Mira menyalurkan hasrat seksualnya. Mau sekali Iwan bercinta dengan Bu Mira.
Terlebih kerap Iwan memandang Bu Mira mengenakan daster tipis yang menunjukkan lekuk- lekuk badan Bu Mira yang masih nampak kencang serta indah. Mau sekali Iwan menyentuhnya.
“ Saya wajib dapat mendapatkannya..!” gumam Iwan sesuatu dikala.“ Aku wajib mencari metode,” gumamnya lagi.
Hingga pada sesuatu dikala setelah itu, ialah pada dikala malam Minggu, rumah nampak hening, maklum saja, Ida anak Bu Mira tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung sepanjang 2 hari, katanya terdapat anaknya yang sakit.
Tinggallah Iwan serta Bu Mira sendirian di rumah. Tetapi Iwan telah mempersiapkan metode gimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Mira. Lama Iwan di kamar, jam menampilkan jam 8 malam, ia memandang Bu Mira menyaksikan Televisi di ruang tengah sendirian.
Kesimpulannya sehabis mantap, Iwan juga keluar dari kamarnya mengarah ke ruang tengah.“ Selamat malam, Bu, boleh aku temani..?” sejenak Iwan berbasa- basi.“ Oh, silakan Nak Iwan..,” mempersilakan Bu Mira kepada Iwan.“ Ngomong- ngomong, tidak keluar nih Nak Iwan, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Mira setelah itu.
“ Ah, tidak Bu, lagian keluar kemana, umumnya pula malam Minggu di rumah saja,” jawab Iwan sekenanya. Lama mereka berdua terdiam sembari menikmati kegiatan Televisi.“ Oh, ya, Bu, boleh aku buatkan minum..?” tanya Iwan seketika.“ Lho, tidak harus Nak Iwan, kok repot- repot..,”“ Ah, tidak apa- apa, sekali- kali aku yang buatkan minuman buat Bunda, masak Bunda serta Bik Sumi saja yang senantiasa membuatkan minuman buat aku.
”“ Hektometer.., boleh jika begitu, Bunda mau minum teh saja,” kata Bu Mira sembari tersenyum.“ Baiklah Bu, jika begitu tunggu sebentar.” lekas Iwan bergegas ke dapur. Tidak lama setelah itu Iwan telah kembali sembari bawa nampan berisi 2 teh serta sedikit santapan kecil di piring.
“ Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”“ Terima kasih, Nak Iwan.” Kesimpulannya sehabis sekian lama terdiam lagi, nampak Bu Mira telah mulai mengantuk, tidak lama setelah itu Bu Mira telah tertidur di sofa dengan kondisi mengenakan daster tipis yang menunjukkan lekuk- lekuk badan serta payudaranya yang indah.
Tersenyum Iwan melihatnya.“ Kesimpulannya saya sukses, nyatanya obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi betul- betul ampuh, obat ini hendak bekerja buat sebagian dikala setelah itu,” gumam Iwan penuh kemenangan.“ Beruntung sekali tadi Bu Mira ingin kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu bisa kucampur dengan teh yang diminum Bu Mira,” gumamnya sekali lagi.
Sejenak Iwan mencermati Bu Mira, badan yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun.
Mencuat gejolak kelelakian Iwan yang wajar tatkala memandang badan indah yang tergolek lemah itu. Diremas- remasnya dengan lembut buah dada yang montok itu bergantian kanan kiri sembari tangan yang satunya bergerilnya memegang paha hingga ke ujung paha.
Terdengar desahan lama- lama dari mulut Bu Mira, otomatis Iwan menarik kedua tangannya.“ Kenapa wajib gugup, Bu Mira telah terbawa- bawa obat tidur itu hingga sebagian dikala nanti,” gumam Iwan dalam hati.
Kesimpulannya tanpa pikir panjang lagi, Iwan setelah itu membopong badan Bu Mira merambah kamar Iwan sendiri. Digeletakkan dengan lama- lama badan yang indah di atas tempat tidur, sesaat setelah itu Iwan telah mengunci kamar, kemudian menghasilkan tali yang memanglah terencana ia simpan siang tadi di laci mejanya.
Tidak lama setelah itu Iwan telah mengikat kedua tangan Bu Mira di atas tempat tidur. Memandang kondisi badan Bu Mira yang telentang itu, tidak tabah Iwan buat melampiaskan hasratnya terhadap Bu Mira.
“ Malam ini saya hendak menikmati badanmu yang indah itu Bu Mira,” kata Iwan dalam hati. Satu- persatu Iwan membebaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Mira. Lambat- laun, mulai dari daster, BH, setelah itu celana dalam, hingga kesimpulannya sehabis seluruh terlepas, Iwan menyingkirkannya ke lantai.
Nampak sekali saat ini Bu Mira telah dalam kondisi polos, telanjang bundar tanpa sehelai benang juga yang menutupi badannya. Diamati oleh Iwan mulai dari wajah yang menawan, buah dada yang montok menyembul indah, perut yang ramping, serta terakhir paha yang lembut serta putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.
Sesaat setelah itu Iwan telah menciumi badan Bu Mira mulai dari kaki, pelan- pelan naik ke paha, setelah itu bersinambung ke perut serta terakhir ciuman Iwan mendarat di buah dada Bu Mira.
Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Mira, tetapi Iwan tidak memperdulikannya.
Diciumi serta diremas- remas kedua buah dada yang indah itu dengan mulut serta kedua tangan Iwan. Puting merah jambu yang menonjol indah itu pula tidak lepas dari serangan- serangan Iwan.
Dikulum- kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan serta gairah birahi yang telah memuncak.
Sehabis puas Iwan melaksanakan itu seluruh, lambat- laun ia bangkit dari tempat tidur.
Satu- persatu Iwan melepas baju yang menempel di tubuhnya, kesimpulannya kondisi Iwan telah tidak beda dengan kondisi Bu Mira, telanjang bundar, polos, tanpa terdapat sehelai benang juga yang menutupi badannya.
Nampak kemaluan Iwan yang telah menegang hebat siap dihunjamkan ke dalam Miss V Bu Mira. Tersenyum Iwan memandang rudalnya yang panjang serta besar, bangga sekali ia memiliki rudal dengan wujud begitu.
Lambat- laun Iwan kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih badan Bu Mira yang telanjang itu, setelah itu ia memegang rudalnya serta pelan- pelan memasukkannya ke dalam Miss V Bu Mira.
Iwan merasakan Miss V yang masih rapat sebab telah setahun tidak sempat tersentuh oleh pria.
Kesimpulannya sehabis sekian lama, rudal Iwan telah masuk seluruhnya ke dalam Miss V Bu Mira. Kala Iwan menghunjamkan rudalnya ke dalam Miss V Bu Mira hingga masuk seluruh, terdengar rintihan kecil Bu Mira,“ Ah.., ah.., ah..!” Tetapi Iwan tidak menghiraukannya, ia kemudian menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan tertib, pelan- pelan tetapi tentu.
“ Slep.., slep.., slep..,” terdengar tiap kali kala Iwan melaksanakan aktivitasnya itu, diiringi dengan bunyi tempat tidur yang berderit- derit.“ Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Iwan meringik kecil, sembari tangannya terus meremas- remas kedua buah dada Bu Mira yang montok itu.
Lama Iwan melaksanakan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya serta rapatnya Miss V Bu Mira.
Kesimpulannya Iwan merasakan badannya mengejang hebat, merapatkan rudalnya terus menjadi dalam ke Miss V Bu Mira.“ Ser.., ser.., ser..,” Iwan merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam Miss V Bu Mira.
“ Oh.. ah.. oh.. Bu Mira.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Iwan.
Sehabis itu Iwan merasakan badannya yang letih sekali, setelah itu ia membaringkan badannya di samping badan Bu Mira dengan posisi memeluk badan Bu Mira yang sudah dinikmatinya itu.
Lama Iwan dalam posisi itu hingga pada kesimpulannya ia diguncang oleh gerakan badan Bu Mira yang telah mulai sadar. Secara reflek, Iwan bangkit dari tempat tidurnya mengarah ke arah saklar lampu serta mematikannya.
Tertegun Iwan berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang telah dalam kondisi hitam gulita itu. Sesaat setelah itu terdengar suara Bu Mira.“ Oh, dimana saya, kenapa hitam sekali..?” Sebentar setelah itu atmosfer jadi sepi.
“ Serta, kenapa tanganku diikat, serta, oh.., tubuhku pula telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjalin..?” terdengar suara Bu Mira pelan serta serak. Atmosfer sepi agak lama. Iwan tidak ketahui apa yang wajib dikerjakannya.
Ia diam saja. Terdengar lagi suara Bu Mira meringik,“ Oh.., tolonglah saya..! Apa yang terjalin padaku, kenapa saya dapat dalam kondisi begini, siapa yang melaksanakan ini terhadapku..?” keluh Bu Mira.
Kesimpulannya mencuat kejantanan dalam diri Iwan, bagaimanapun sehabis apa yang ia jalani terhadap Bu Mira, Iwan wajib berterus cerah mengatakannya seluruhnya.
“ Ini aku..,” gumam Iwan lirih.“ Siapa, kamukah Yodi..? Kenapa kalian kembali lagi padaku..?” sahut Bu Mira agak keras.“ Bukan, ini aku Bu.., Iwan..,” Iwan berterus cerah.“ Iwan..!” kaget Bu Mira mencermatinya.
“ Apa yang kalian jalani pada Bunda, Iwan..? Bicaralah..! Kenapa Bunda kalian perlakukan semacam ini..?” tanya Bu Mira setelah itu.
Setelah itu Iwan menceritakan mulai dari dini hingga akhir, gimana mula- mula ia tertarik pada Bu Mira, hingga pada keheranannya gimana pula Bu Mira bisa hidup sendiri sepanjang setahun tanpa terdapat pria yang bisa memuaskan hasrat birahi Bu Mira.
Pula tidak kurang ingat Iwan menggambarkan seluruh yang ia jalani terhadap Bu Mira sepanjang Bu Mira tidak siuman sebab pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Mira mendengar seluruh perkataan Iwan.
Lama mereka terdiam, tetapi terdengar Bu Mira bicara lagi.
“ Iwan.., Iwan.., Bunda memanglah menginginkan pria yang dapat memuaskan hasrat birahi Bunda, tetapi bukan begini triknya, kenapa kalian tidak berterus- terang pada Bunda semenjak dahulu, kalaupun kalian berterus cerah memohon kepada Bunda, tentu Bunda hendak memberikannya kepadamu, sebab Bunda pula merasakan gimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa pria.
”“ Terus cerah aku malu Bu, aku malu jika Bunda menolak aku.”“ Tetapi paling tidak kan, berterus cerah itu lebih sopan serta terhormat daripada wajib memperlakukan Bunda semacam ini.
”“ Aku ketahui Bu, aku salah, aku siap menerima sanksi apapun, aku siap diusir dari rumah ini ataupun apa saja.”“ Oh, tidak Iwan, bagaimanapun kalian sudah melaksanakannya seluruh terhadap Bunda.
Saat ini Bunda tidak lagi terbawa- bawa oleh obat tidur itu lagi, Bunda mau kalian melaksanakannya lagi terhadap Bunda apa yang kalian perbuat tadi, Bunda pula menginginkannya Iwan tidak cuma kalian saja.
”“ Benar Bu..?” tanya Iwan kaget.“ Benar Iwan, saat ini nyalakanlah lampunya, supaya Bunda dapat melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Mira setelah itu.
Tanpa pikir panjang lagi, Iwan lekas menyalakan lampu yang semenjak tadi padam. Saat ini terlihatlah kedua badan mereka yang bersama polos, serta telanjang bundar dengan posisi Bu Mira terikat tangannya.
“ Oh Iwan, badanmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah badan Bunda, Bunda menginginkannya Iwan..! Bunda mau kalian memuaskan hasrat birahi Bunda yang sepanjang ini Bunda pendam, Bunda mau malam ini Bunda betul- betul terpuaskan.
” Lama- lama Iwan mendekati Bu Mira, dicermati wajah yang tambah menawan itu sebab memanglah keadaan Bu Mira yang telah tersadar, beda dengan tadi kala Bu Mira masih tidak sadarkan diri.
Diusap- usapnya dengan lembut badan Bu Mira yang polos serta indah itu, mulai dari paha, perut, hingga buah dada.
Terdengar suara Bu Mira menggelinjang keenakan.“ Terus.., Iwan.., ah.. terus..!” nampak badan Bu Mira bergerak- gerak dengan lembut menjajaki sentuhan tangan Iwan.
“ Tetapi, Iwan, Bunda tidak mau dalam kondisi begini, Bunda mau kalian melepas tali pengikat tangan Bunda, supaya Bunda dapat memegang badanmu pula..!” pinta Bunda Mira memelas.“ Baiklah Bu.” Sedetik setelah itu Iwan telah membebaskan jalinan tali di tangan Bu Mira.
Sehabis itu Iwan duduk di pinggir tempat tidur sembari kedua tangannya terus mengusap- usap serta meremas- remas perut serta buah dada Bu Mira.“ Nah, begini kan lezat..,” kata Bu Mira. Sesaat setelah itu ubah tangan Bu Mira yang meremas- remas serta menarik maju mundur kemaluan Iwan, tidak lama setelah itu kemaluan Iwan yang diremas- remas oleh Bu Mira mulai menegang serta membeku.
Betul- betul hebat sang Iwan ini, dimana tadi kemaluannya telah terpakai saat ini membeku lagi. Betul- betul hyper ia.“ Oh.., Iwan, kemaluanmu begitu keras serta kencang, begitu panjang serta besar, mau Bunda memasukkannya ke dalam Miss V Bunda.” kata Bu Mira lirih sembari terus mempermainkan kemaluan Iwan yang telah membengkak itu.
Diperlakukan sedemikian rupa, Iwan cuma bisa mendesah- desah menahan keenakan.“ Bu Mira, oh Bu Mira, terus Bu Mira..!” pinta Iwan memelas. Terus menjadi hebat game seks yang mereka jalani berdua, terus menjadi hot, terdengar desahan- desahan serta rintihan- rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.
“ Oh Iwan, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Bunda..! Bunda telah tidak tahan lagi, bunda telah tidak tabah lagi..” desis Bu Mira memelas serta meminta.
Sesaat setelah itu Iwan telah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih badan Bu Mira yang telanjang itu, sembari terus menciumi serta meremas- remas buah dada Bu Mira yang indah itu.
“ Oh, ah, oh, ah.., Iwan oh..!” tidak terdapat kata yang lain yang bisa diucapkan Bu Mira yang tidak hanya merintih serta mendesah- desah, begitu pula dengan Iwan yang cuma bisa mendesis serta mendesah, sembari menggosok- gosokkan kemaluannya di atas permukaan Miss V Bu Mira.
Reflek Bu Mira memeluk erat- erat badan Iwan sembari sesekali mengusap- usap punggung Iwan.
Hingga sesuatu kala, tangan Bu Mira memegang kemaluan Iwan serta memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan serta tentu Iwan mulai memasukkan kemaluannya ke dalam Miss V Bu Mira, sembari kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Mira supaya melemas serta tidak merapat, kemudian menjepit kedua kaki Bu Mira dengan kedua kakinya buat terus telentang.
Kesimpulannya sehabis sekian lama berupaya, sebab memanglah tadi Iwan telah memasukkan kemaluannya ke dalam Miss V Bu Mira, saat ini agak mudah Iwan menembusnya, Iwan telah sukses memasukkan segala batang kemaluannya ke dalam Miss V Bu Mira.
Setelah itu dengan reflek Iwan menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru- menerus sembari menghunjamkan kemaluannya ke dalam Miss V Bu Mira.“ Slep.., slep.., slep..,” terdengar kala Iwan melaksanakan aktivitasnya itu.
Nampak badan Bu Mira bergerak menggelinjang keenakan sembari terus menggoyang- goyangkan pantatnya menjajaki irama gerakan pantat Iwan.“ Ah.., ah.., oh.. Iwan.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan menyudahi Iwan, oh.., oh..!” terdengar rintihan serta desahan napas Bu Mira yang keenakan.
Lama Iwan melaksanakan aktivitasnya itu, menarik serta memasukkan kemaluannya selalu ke dalam Miss V Bu Mira. Sembari mulutnya terus menciumi serta mengulum kedua puting buah dada Bu Mira.
“ Oh.., ah.. Bu Mira, oh.., kalian memanglah menawan Bu Mira, hendak kulakukan apa saja buat dapat memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Iwan keenakan.“ Oh.., Iwan.., bahagiakanlah Bunda malam ini serta seterusnya, oh Iwan.., Bunda telah tidak tahan lagi, oh.., ah..!” Terus menjadi kilat gerakan Iwan menarik serta memasukkan kemaluannya ke dalam Miss V Bu Mira, terus menjadi hebat pula goyangan pantat Bu Mira menjajaki irama game Iwan, sembari badannya terus menggelinjang bergerak- gerak tidak beraturan.
Terus menjadi panas game seks mereka berdua, hingga kesimpulannya Bu Mira merintih,“ Oh.., ah.., Iwan.., Bunda telah tidak tahan lagi, Bunda telah tidak kokoh lagi, Bunda ingin keluar, oh Iwan.., kalian memanglah perkasa..!”“ Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Bunda..! Puaskan hasrat Bunda hingga ke puncaknya..!” desis Iwan menimpali.
“ Ayo kita keluarkan bersama- sama Bu Mira..! Oh, saya pula telah tidak tahan lagi,” desis Iwan setelah itu.
Sehabis mengatakan begitu, Iwan menaikkan genjotannya terhadap Bu Mira, selalu tanpa henti, terus menjadi kilat, terus menjadi panas, nampak sekali kedua badan yang basah oleh keringat serta telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi badan Iwan menindih badan Bu Mira.
Hingga kesimpulannya Iwan merasakan badannya mengejang hebat, begitu pula dengan badan Bu Mira. Keduanya silih merapatkan badannya tiap- tiap lebih dalam, seakan- akan tidak terdapat yang memisahkannya.
“ Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Iwan mengalir ke dalam Miss V Bu Mira, begitu nikmat seakan- akan semacam terbang ke langit ke 7, begitu pula dengan badan Bu Mira seakan- akan melayang- layang tanpa henti di hawa menikmati kepuasan yang diberikan oleh Iwan.
Hingga kesimpulannya mereka berdua menyudahi sebab merasa keletihan yang amat sangat sehabis bercinta begitu hebat. Sejenak setelah itu, masih dengan posisi yang silih menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Mira.“ Iwan, terima kasih atas apa yang sudah kau bagikan pada Bunda..,” kata Bu Mira sembari tangannya mengelus- elus rambut Iwan.
“ Bersama Bu, saya pula puas sebab telah membuat Bunda sukses memuaskan hasrat birahi Bunda,” sahut Iwan dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Mira. Atmosfer yang begitu mesra
.“ Sepanjang disini, mulai malam ini serta seterusnya, Bunda mau kalian senantiasa berikan kepuasan birahi Bunda..!” pinta Bunda Mira.
“ Aku berjanji Bu, aku hendak senantiasa membagikan yang terbaik untuk Bunda..,” kata Iwan setelah itu.“ Ah, kalian dapat saja Wan,” tersungging senyum di bibir Bu Mira.“ Tetapi, ngomong- ngomong gimana dengan Ida serta Bik Sumi..?” tanya Iwan.“ Lho, kita kan dapat mencari waktu yang pas.
Dikala Ida berangkat sekolah pula dapat, serta Bik Sumi di dapur. Di dikala keduanya tidur juga kita dapat melaksanakannya. Pokoknya tiap dikala serta tiap waktu..!” jawab Bu Mira manja sembari tangannya mengusap- usap punggung Iwan.
Sejenak Iwan memandang wajah Bu Mira, sesaat setelah itu keduanya bersama tertawa kecil. Kesimpulannya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan telah. Sembari dengan kondisi yang masih telanjang serta posisi silih merangkul mesra, mereka kesimpulannya tertidur keletihan.

HAWAIPOKER | AGENPOKER | BANDARQ | DOMINO99 | JUDI POKER | BANDAR POKER | CAPSASUSUN | JUDI ONLINE | POKER | CEME | AGEN JUDI ONLINE | SAKONG | QQ | AGEN DOMINO
0 Komentar