Ticker

6/recent/ticker-posts

Nafsu Seorang Wanita Karir Sukses



INDOSEXASIA -  Aku merupakan seseorang laki- laki yang berumur 23 tahun serta aku baru saja berakhir kontrakku dengan salah satu industri pelayaran luar negara. Saat ini aku merupakan pengangguran karena aku tidak memiliki rencana buat kembali berlayar sehabis 2 tahun lamanya.


Seluruh yang aku ceritakan dibawah ini merupakan nyata. Memanglah cerita ini sangat bertele- tele apabila dibanding dengan cerita- cerita yang sempat aku baca di Rumah Seks, tetapi inilah cerita yang mau aku ceritakan untuk pembaca pula penggemar cerita sex


Cerita ini berawal dari seringnya aku berangkat bolak- balik ke rumah sakit buat melindungi papa aku di rumah sakit swasta di wilayah Jatinegara, Jakarta Timur.


MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI>> HAWAIPOKER <<


Pada hari Minggu siang bertepatan pada 5 November 2000, aku turun ke dasar tempat merokok di rumah sakit tersebut, tetapi di dikala aku menikmati rokokku itu, di dekat tempat dudukku terdapat seseorang perempuan separuh baya yang kira- kira berusia 30 tahun.


Dia nampak padat jadwal sekali menelepon sana- sini dengan handphone- nya buat mencari jasa derek mobil buat mobilnya. Entah sebab aku merasa tersendat ataupun terdapat kemauan buat menolong perempuan itu, kesimpulannya aku beranikan diri buat menawarkan jasa aku karena siapa ketahui kerusakannya masih sepele.


Sehabis mengumpulkan seluruh keberanian buat menawarkan jasa aku kesimpulannya meluncur pula dari mulutku buat menolong ia.






“ Eee.. maaf Tante, kalo aku boleh tau, mobil tante rusak?” tanya aku dengan ragu- ragu.


“ Iya Dik”, jawabnya pendek sembari senantiasa menghubungi seorang dengan handphone- nya.


“ Eee.. kalo boleh tau, Tante.. mobil Tante apa merk- nya?” tanya aku lagi.


“ Honda, Honda Maestro”, jawabnya serta kali ini ia memandang aku.


“ Kalo boleh, aku coba bantu Tante buat benerin mobilnya Tante, karena siapa tau aku dapat, Tante!” kata aku menawarkan pertolongan.


“ Eee.. boleh- boleh.. Mari ke mobil aku ayo”, pintanya.


Sehabis itu kita berdua jalur meninggalkan tempat itu buat mengarah ke mobil perempuan itu, yang nyatanya tidak jauh dari tempat merokok. Sehabis aku dibukakan pintu, aku coba starter mobilnya tetapi hasilnya nihil.


Dengan permasalahan semacam ini, aku katakan pada perempuan itu kalau terdapat mungkin kalau ini permasalahan dinamonya serta aku sarankan buat mendesak mobilnya karena tidak terdapat permasalahan sehingga ia dapat datang di rumahnya ataupun bengkel saat sebelum kesorean serta tidak butuh memanggil jasa derek mobil sebab biayanya yang mahal.


Serta kayaknya ia berpikir sejenak serta ia sepakat dengan anjuran aku, sampai kesimpulannya aku memanggil salah satu satpam yang aku temui buat memohon pertolongannya buat mendesak mobil.


Agh, kesimpulannya mobil perempuan itu nyala pula serta semacam dugaanku kalau perkaranya cuma permasalahan dinamo.


Dengan posisi perempuan itu di dalam mobil serta aku di luar sembari mencermati ia buat meninggalkan aku, seketika ia memanggil aku dengan membuka kaca jendelanya serta mengucapkan terima kasih kepada aku sembari membagikan duit 2 lembar seratus ribu tetapi aku tolak karena pertolonganku merupakan dari hati nuraniku bukan buat memohon balasan tetapi ia senantiasa memforsir aku serta kesimpulannya aku ambil satu saja serta satunya lagi senantiasa di tangannya sembari mengucapkan kalau itu saja telah lebih dari lumayan.


Kesimpulannya ia mengalah sebab aku senantiasa bertahan buat tidak mengambil sisanya tetapi ia membuka tasnya serta mengambil kartu namanya serta diberikan buat aku sembari menitip pesan kalau jika terdapat suatu ataupun aku lagi senggang dimohon menghubungi ia, serta aku terima kartu namanya.


Saat sebelum berangkat, ia menanyakan nama aku sembari menyodorkan tangannya serta aku jawab kalau nama aku Willi serta ia berkata kalau namanya Lucy. Serta kesimpulannya dia berangkat dengan mobilnya serta aku senantiasa berdiri memandang mobilnya sampai lenyap ditelan suatu tikungan ke kanan.


2 hari sehabis peristiwa itu, papa aku wafat serta aku padat jadwal menuntaskan seluruh urusan yang berkaitan dengan papa aku mulai dari rumah sakit, rumah duka, dikremasi sampai jadinya Akte Kematian.


Sehabis seluruhnya berakhir serta aku kembali pada kehidupanku yang cuma menghabiskan hari demi hari aku dengan jalan- jalan dengan sahabat aku ke situ ke ayo.


Sampai pada sesuatu hari di bulan Desember 2000, aku teringat kembali dengan perempuan yang aku tahu di rumah sakit serta aku cari kartu namanya serta kesimpulannya ketemu. Kesimpulannya aku mendatangi Handphone- nya meski di kartu nama itu terdapat no telepon rumah serta kantornya.


“ Halloo?!” terdengar jawaban seseorang perempuan dari situ.“ Dengan Lucy- nya terdapat? ini Willi”, jawab aku lengkap.


Sejenak terdiam serta terdengar,“ Iya ini Lucy sendiri serta aku ingat kalo kalian yang nolong aku waktu aku di rumah sakit itu khan?” tanyanya yang terkesan menduga.“ Iya.. ini aku Willi yang waktu itu”, jawab aku.“ Eee.. gimana saat ini kalian, Will?” tanyanya.


“ Lagi senggang nich”, jawab aku.“ Kayaknya buat saat ini ini aku tidak dapat lambat- laun ditelepon.. gimana jika malam ini kita ketemu, aku ingin traktir kalian makan malem, apa dapat?” sambungnya.


“ Iya dapat. Aku tidak terdapat kegiatan”, jawabku pendek.“ Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant Tony’ s Romas deket Ratu Plaza aja jam 7 malam ini, Oke? kalian tau khan?” jawabnya menarangkan.


“ Iya aku tau, Oke dech sampe nanti”, jawabku. Semacam janjiku dengan Lucy, aku tiba ke Restaurant Tony’ s Romas serta aku datang 10 menit lebih dini. Serta seleksi tempat duduk yang kira- kira aku dapat amati jika terdapat orang yang tiba.


Pas jam 19. 00, Lucy tiba, serta aku sangat terpana dengan pakaiannya yang begitu seksi. Ia menggunakan pakaian terusan corak merah dengan strip corak biru dengan model tali yang menggantung pada lehernya sehingga nampak dengan jelas punggungnya serta berarti ia tidak mengenakan BH serta rambutnya yang sejauh bahu ia ikat ke atas lagi rambut depannya terbuat poni rata dengan alis matanya tetapi dengan tekukan ke atas.


Dadanya yang cukup besar serta bundar seakan- akan ingin keluar dari pakaian yang ia gunakan. Wow, aku begitu terpana dengan apa yang aku amati, tetapi aku tidak sangat terpana karena aku wajib memberitahu kalau aku terdapat. Aku mengangkut tangan mengisyaratkan siapa ketahui ia memandang.


Nyatanya terdapat seseorang waiter yang memandang serta kayaknya ia ketahui kalau aku memanggil Lucy, serta waiter itu juga berkata suatu pada Lucy kemudian menunjuk pada arahku.“ Hi.. udah lama?” katanya membuka pembicaraan sembari duduk serta merapikan pakaian terusannya sejauh mata kaki.“ Belum”, jawabku pendek.


“ Eee.. kalian udah pesen? kalo belum, kalian ingin pesen apa?” tanya ia.“ Belum, aku belum pesen apa- apa”, jawabku sembari membuka novel menu. Sehabis kita berdua memesan santapan, serta sembari menunggu santapan kami berbincang- bincang sana- sini serta kesimpulannya ia menanyakan kalau kenapa aku terdapat di rumah sakit dikala itu, serta aku jelaskan serta aku katakan pula kalau papa aku telah wafat serta ia nampak kaget serta memohon maaf jika ia membuat aku pilu.


Kegiatan makan malam aku bersama Lucy berlangsung mudah serta kita berdua ingin kembali, ia memforsir mengantar aku kembali karena tidak hanya hemat bayaran lagipula nyatanya rumah Lucy searah dengan aku, ia tinggal di wilayah Kelapa Gading serta aku yang menyetir dengan ijin ia terlebih dulu.


Dalam ekspedisi, tanpa aku tanya, ia berkata kalau ia telah cerai dengan suaminya semenjak anaknya berumur 6 bulan dengan alibi mantan suaminya itu memiliki simpanan.


Dikala ia menggambarkan itu, aku tidak ketahui apa yang wajib aku jalani karena rasanya jika diterus- teruskan bisa jadi hendak membuat ia pilu dengan pengalaman pahitnya. Sampai pada kesimpulannya berkata kalau hendaknya tidak butuh diteruskan karena bisa jadi hendak membuat ia ingat dengan masa lalunya itu tetapi ia berkata kalau ia mau aku ketahui dengan siapa yang ia tahu( artinya ia sendiri).


Dari ceritanya, bisa aku simpulkan kalau ia perempuan karier yang cukup bagus dengan kariernya. Sehabis ia berakhir menggambarkan seluruhnya, kita terdiam sejenak serta cuma tembang- tembang Ebiet Gram Ade yang kita dengar. Tetapi dengan seketika serta membuat aku kaget, Lucy mendekatkan kepalanya serta menyandar diantara bahu serta ujung jok mobil.


Dikala itu aku tidak ketahui wajib gimana, jadi aku diam saja. Tetapi yang menaikkan kurang konsentrasinya aku dengan jalur merupakan, tiap aku mengubah persneling, lengan aku bersentuhan dengan dadanya yang cukup besar serta ini tidak mengganti metode ia duduk, ia senantiasa dengan letaknya.


Tiap kali bersentuhan aku memohon maaf padanya serta hati dan kemaluanku tegang. Rasanya aku teramat salah tingkah karena tidak hanya menggangu benak aku, aku juga menikmati apa yang terjalin.


Hingga pada kesimpulannya Lucy membongkar kesepian pada dikala itu dengan berkata,“ Will, kalian telah sempat bercinta?” Wah, rasanya semacam disambar geledek dengar persoalan Lucy. Sehabis terdiam sebentar sebab kaget, aku jawab pertanyaannya itu dengan jujur kalau aku telah sempat bercinta serta aku jelaskan pula kalau itu dengan pacar aku.


Kemudian ia bilang,“ Eee.. kayaknya kalian saat ini telah terangsang ya dengan posisiku seperti ini ini?” sembari tangan kirinya dengan kilat meraba wilayah kemaluan aku.


Aku betul- betul terhenyak dengan perilaku Lucy serta aku perkenankan tangan kirinya meraba- raba dengan halusnya kemaluan aku dari celana panjang aku karena tidak hanya inilah yang yang mau, aku juga lagi- lagi dalam posisi susah. Aku tidak ketahui berapa lama ia meraba- raba kemaluan aku sampai pada kesimpulannya ia membuka reitsleting celana aku serta kian berani sehingga saat ini ia meraba- rabanya di celana dalam aku.


Sembari meraba- raba ia bilang( dengan nada bandel serta manja),“ Will, memiliki kalian ini besar ya?! panjang lagi.. serta kayaknya udah pengen maen nich.” Tetapi aku tidak berikan jawaban karena tidak hanya aku tidak ketahui wajib menanggapi apa, aku merasa lagi terbang.


Serta aku juga tidak ketahui tentu berapa lama ia meraba- raba kemaluan aku dari atas celana dalam aku. Sampai pada kesimpulannya dengan seketika kepalanya semacam terjatuh ke wilayah kemaluan aku serta ia menjilat- jilat celana dalam aku dengan tangan kirinya yang senantiasa meraba- raba rambut kemaluan aku yang bisa jadi sebagian keluar dari celana dalam.





Aku percaya kalau celana dalam aku telah basah dengan air liurnya karena rasanya telah agak lama ia jilati. Tidak berapa lama sehabis aku berpikir semacam ini, ia membuka celana dalam aku serta langsung menelan seluruh kemaluan aku.


Wah, rasanya betul- betul nikmat serta aku betul- betul wajib membagi 2 benak aku antara kenikmatan yang lagi aku rasakan pula jalanan. Sebab aku juga terangsang dengan kuluman Lucy, dengan berani aku memegang dadanya serta meremas- remas kecil.


Meski aku tidak memandang, tetapi aku bisa membayangkan gimana rasanya apabila aku menghisapnya. Wah, susah dikatakan. Sampai pada saatnya, aku berkata pada Lucy kalau aku rasa aku hendak klimaks, tetapi buru- buru ia menghentikan kulumannya serta mengambil posisi duduk wajar. Serta ia bilang kalau ia juga telah terangsang serta mau berhubungan seks.


Ia mengajak aku menginap di salah satu hotel. Saat sebelum mengiyakan ajakan Lucy, aku katakan kalau aku wajib memberitahu sama orang rumah kalau aku tidak kembali supaya mereka tidak butuh menunggu aku. Sehabis seluruhnya telah beres, kesimpulannya mobil yang kita tumpangi aku arahkan ke wilayah Sunter, karena aku ketahui kalau di sana terdapat hotel, meski aku belum sempat menginap di sana.


Kesimpulannya kami datang di hotel yang aku iktikad serta aku beserta Lucy masuk serta mengurus urusan- urusan di Front Office di hotel itu, serta sehabis seluruh berakhir dengan bayaran yang ditanggung Lucy, kami juga diantar ke kamar yang telah diseleksi dengan Bellboy.


Sehabis mengecek sana- sini dalam kamar, kesimpulannya Bellboy memohon ijin buat keluar sehabis menghidupkan Televisi dengan Channel MTV. Serta sehabis terdengar suara pintu kamar kami ditutup oleh Bellboy, aku serta Lucy dengan kilat silih berpelukan serta berciuman sembari berdiri sebab bersama telah tidak dapat menahan gairah seks tiap- tiap.


Lucy memanglah nampak telah terangsang berat serta pandai berciuman karena aku bisa merasakan game lidahnya yang sangat Hot. Sembari bermain lidah, tangan Lucy serta tangan aku silih meraba- raba bagian terlarang satu sama lain.


Tangan kiri aku senantiasa memegang bagian balik kepala Lucy lagi tangan kanan aku mengelus- elus bagian punggung Lucy yang terbuka serta lembut putih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekukan dasar payudaranya. Sesekali tercium olehku aroma parfum yang ia pakai. Sebaliknya tangan kiri Lucy menelusup ke bagian balik celana aku lagi tangan kanannya merabanya dari depan mulai dari kemaluan aku sampai ke wilayah pusar.


Lama- kelamaan, tangan aku membuka sebagian pakaian bagian dadanya sehingga aku bisa memegang dengan jelas wujud payudaranya. Aku rasakan kalau besar buah dada Lucy terasa mantap dengan posisi jemari aku semacam ingin mengambil payudaranya itu. Aku usap, elus serta mainkan puting susunya yang terasa kian lama kian agak keras.


Dengan senantiasa sembari berciuman, memainkan lidah serta silih menggigit bibir dasar ataupun atas satu sama yang lain. Sebaliknya tangan Lucy lagi berupaya membuka celana aku dengan membuka reitsleting celana serta berupaya membuka ikat pinggang aku.


Sehabis celana aku bisa dibuka oleh Lucy, dengan sigap ia mengambil kemaluanku yang telah tegang dari balik celana dalamku kemudian memaju- mundurkan tangannya sembari senantiasa menggenggam kemaluanku. Sembari meraba- raba serta senantiasa memainkan puting susunya, tangan aku yang lain berupaya buat membuka kancing yang terletak di leher balik Lucy.


Serta kesimpulannya aku bisa membuka kancing itu meski sedikit susah karena cuma dengan satu tangan. Begitu pakaian terusannya bisa aku buka, dengan otomatis pakaian terusan itu turun ke lantai sehingga buah dada Lucy saat ini telah tidak tertutupi suatu apa juga.


Dengan turunnya pakaian terusannya ke lantai, aku hentikan ciuman bibir dengan Lucy serta aku langsung mencium bagian dada kiri serta kanan Lucy yang begitu ranum serta kencang seakan- akan masih dalam perkembangan.


Dalam tiap hisapanku ataupun game lidahku pada puting susunya, Lucy mendesah kenikmatan,“ Uuuh.. aaghh.. enakk..” dengan sesekali meningkatkannya dengan nama aku serta diiringi denga napas yang memburu. Sebaliknya tangannya dengan bergantian senantiasa memegang kemaluan aku serta mengocoknya.


Sehabis aku agak puas dengan payudaranya, jilatan, hisapan serta kecupan kecil aku menuju ke dasar serta kian ke dasar dengan senantiasa diiringi desahan Lucy yang aku rasa telah terangsang sebab kenikmatan. Tetapi tangan aku senantiasa meraba dan mengelus- elus payudaranya. Sampai pada kesimpulannya tangan Lucy membebaskan kemaluan aku sebab posisi kami yang tidak membolehkan.


Jilatan serta kecupan kecil pada bagian dasar dada Lucy kian liar dengan kian tidak bisa mengendalikan diri aku sendiri dengan gairah seks yang meluap- luap serta dengan sesekali aku membuka mata aku serta memandang bagian badan Lucy yang putih bersih dan lembut serta lembut. Aku juga bisa merasakan detak jantungnya yang kian kencang.


Sembari senantiasa menjilati serta berikan kecupan kecil, tangan aku dua- duanya meraba- raba bagian kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalam yang ia pakai. Sehabis aku meraba- raba dengan halus seluruh wilayah kemaluannya dan bagian pantat Lucy, baru aku tahu kalau ia menggunakan celana dalam dengan model tali yang mana lekukan pada wilayah lubang analnya berbentuk tali serta melingkari pinggangnya juga berbentuk tali yang diikat pada bagian pinggang kiri.


Serta ini menaikkan gairah seks aku yang membludak. Sehabis dengan gampang bisa aku buka celana dalamnya, jilatan pula kecupan kecil, aku lanjutkan pada wilayah kemaluannya sampai aku bisa merasakan kalau aku lagi terletak di sebagian cm di atas liang kewanitaannya.


Wilayah yang ditumbuhi oleh rambut- rambut yang tidak sangat rimbun serta terkesan dirawat apik. Serta aku senantiasa menikmati dengan kian mendesahnya Lucy dengan apa yang aku jalani pada badannya. Tangan aku juga mulai memainkan kemaluannya yang basah, aku meraba kemaluannya dengan jari telunjuk ataupun jari tengah aku dengan sesekali aku masukkan ke dalam kemaluan Lucy.


Lagi jempol aku, aku naik turunkan di wilayah antara kemaluannya dengan rambut kemaluannya. Aku kian menikmati seluruh ini dengan memegang ujung lidah aku pada kemaluannya bagian atas. Tercium pula bau khas dari kemaluan Lucy.


“ Ughh, Will.. sayaang.. kalian pintar sekali, sayang..” rintih Lucy kala aku menghisap- hisap klitorisnya serta sesekali menjilatnya.“ Teruus.. terus.. sayang.. agh.. ahh..” rintihnya sembari memegang kepala aku dengan kedua tangannya serta seakan- akan menekan wajah aku ke dalam kemaluannya.


Waktu itu, aku agak susah bernafas dengan posisi semacam ini, tetapi aku senantiasa menjilati serta memainkan klitorisnya. Agak lama aku memainkan klitorisnya serta sesekali memasukkan satu ataupun 2 jari aku ke dalam kemaluan Lucy. Mulanya yang telah basah, saat ini sampai kering serta saat ini agak lembab dengan bercampurnya air liur aku.


Bisa jadi sebab aku yang sangat menikmati yang lagi aku jalani ataupun bisa jadi sebab ia telah terangsang, dengan seketika dari dalam kemaluan Lucy menyembur cairan hangat yang belum sempat aku temui tadinya.


Dengan menyemburnya cairan itu dari dalam kemaluan Lucy, kian didorongnya kepala aku ke arah kemaluan Lucy serta kali itu aku merasa susah sekali bernafas tetapi peristiwa itu tidak berlangsung lama karena sehabis itu, Lucy membebaskan kepala aku sehingga aku bisa bernafas kembali. Tetapi aku senantiasa menjilati serta menghisapnya yang terasa agak lengket serta sedikit bau amis.


Tidak berapa lama sehabis cairan itu menyembur, Lucy mengangkut kepala aku, yang artinya supaya aku berdiri. Aku juga berdiri serta wajah aku dekat dengan mukanya. Serta Lucy menciumi bibir aku dengan masih terdapatnya sisa cairan yang melekat di bibir serta lidah aku.


Ganas sekali ia menciumi aku yang diiringi dengan game lidah serta terengah- engah nafasnya. Sehabis puas berciuman, Lucy menghentikannya serta berkata,“ Will, saat ini gantian.. aku yang ingin menikmati badan kalian.” Saat sebelum aba- aba ataupun jawaban dari aku, Lucy langsung membuka kaos aku dari dasar serta menelusupkan satu tangannya ke atas ke bagian dada aku.


Sembari mengelus- elus dada aku, ia bilang kalau dada aku luas, tidak semacam suaminya yang seolah- olah memiliki buah dada. Lucy juga berkata kalau perut aku tidak gendut, semacam peminum minuman keras.


Sehabis aku membuka kaos aku sendiri, dengan lekas Lucy mengawali kecupan kecil di wilayah dada aku serta sesekali menjilatinya, sebaliknya tangannya mengarah pada kemaluan aku serta semacam semula, ia memaju- mundurkan kemaluan aku.


“ Aaah.. aah.. lezat, Luc”, desahku kenikmatan sebab tidak hanya dijilati ataupun dikecup, kemaluanku juga dikocok- kocok dengan pelan- pelan tetapi tentu. Semacam halnya yang aku jalani pada badan Lucy, Lucy juga menjilati, mengecup serta menghirup seluruh bagian depan tubuhku serta kian lama kian ke dasar sampai kesimpulannya pada kemaluanku.


Pada dikala di kemaluanku, Lucy langsung mengulumnya seakan- akan ingin menelan seluruh kemaluanku yang kira- kira panjangnya 16- 18 cm.“ Aaagghh.. aah.. eenak, Luc!” desahku agak keras tidak dapat menahan rasa nikmat yang aku rasakan begitu Lucy memainkan lidahnya di bagian lubang kemaluanku.


Tidak dapat aku ungkapkan kenikmatannya serta aku betul- betul menikmati apa yang aku rasakan.


Lama sekali Lucy menghirup, menjilat, mengulum serta memainkan kemaluan aku, ia juga menjilati lubang anal aku. Sampai pada kesimpulannya terlintas dalam benak aku buat menuntaskan pemanasan ini serta mengawali berhubungan seks.


Semacam halnya yang Lucy jalani pada aku dengan mengangkut kepala aku dari kemaluannya, begitu pula yang aku jalani buat menghentikan kulumannya pada kemaluan aku.


Aku angkat kepalanya serta aku dekatkan mukanya kepada aku kemudian menciumnya dengan kecupan- kecupan sesekali menciumnya dengan sedikit memainkan lidah. Aku juga menuntun Lucy buat berbaring di kasur dengan posisi telentang.


Sehabis aku beri ciuman serta sedikit kecupan kecil pada bibirnya, aku memegang kemaluan aku serta memusatkan pada liang senggamanya. Kedua kakinya yang sudah dibuka olehnya membuat aku lebih gampang buat memasukkan kemaluan aku.


Sembari memasukkan kemaluan aku, aku amati raut wajah Lucy. Ia nampak mengejamkan kedua matanya sembari mendesah,“ Ooohh.. eemhh..” kemudian menahan napas sejenak, sebaliknya kedua tangannya memegang kedua pantat aku kemudian mencekeramnya agak keras.


Sembari mengeluarmasukkan kemaluan aku ke kemaluan Lucy, aku menekuk kedua kakinya dengan kedua tangan aku sehingga telapak kaki serta tulang keringnya terangkat.


“ Uuughh.. esshh.. aahh.. eenak.. sayang..” desah Lucy sembari memejamkan matanya. Aku juga mendesah kenikmatan dengan keluar masuknya kemaluan aku di dalam kemaluan Lucy.


“ Aaahh.. eessh.. Luss.. eenak..” Kira- kira kami melaksanakan posisi itu sepanjang 5 menit, kemudian aku angkat kedua kakinya sehingga menghimpit kepalaku serta senantiasa mengeluar masukkan kemaluanku.


Serta aku tidak ketahui berapa lama aku serta Lucy melaksanakan posisi ini sampai kesimpulannya Lucy menarik aku buat mendekatkan kepala aku dengan kepalanya, kemudian ia mendekap punggung aku dengan erat apalagi aku merasa sangat keras.


Serta mendesah panjang,“ Eeenghh.. eesshh.. eenakk..” Kemudian Lucy menghentikan sebentar serta menghasilkan kemaluan aku dari kemaluannya. Dia kemudian menungging serta aku ketahui artinya serta tanpa disuruh olehnya, aku memusatkan kemaluan aku buat kembali menghujam kemaluan Lucy.


Sembari memegang kedua belah pantatnya bagian atas, aku senantiasa mengeluar masukkan kemaluan aku serta sesekali aku memandang respon Lucy yang mengangkut sedikit kepalanya ke atas serta sesekali mengibaskan rambutnya sembari mendesah- desah kenikmatan,“ Aaaghh.. eesshh.. terus sayang..” Rasanya lama sekali melaksanakan ikatan seks, sampai aku merasa sedikit keletihan begitu pula Lucy, sampai aku putuskan buat memesatkan gerakanku.


Kian kupercepat kemaluanku di dalam kemaluan Lucy. Dengan kian kupercepat gerakanku, kian terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan aku dengan kemaluannya yang sudah diulasi oleh cairan dari kemaluan Lucy.


Aku juga sesekali memegang payudaranya dengan kadangkala meremasnya karena aku rasa payudaranya hendak naik turun serta menggantung sebab letaknya.“ Aaakhh.. enakk!” desah Lucy sedikit teriak.“ Luc.. aku ingin keluar nich.. eesshh..” desahku pada Lucy.“ Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..” jawabnya sembari mendesah.


Sampai kesimpulannya aku merasa kalau aku hendak menggapai puncak, aku agak menunduk menjajaki posisi Lucy yang menungging serta aku pegang kedua buah dadanya sembari sedikit meremas keduanya.“ Uuugghh.. aaggh.. eenak Luss” teriakku agak keras dengan bersamaannya mani aku yang keluar serta menyembur di dalam kemaluan Lucy.


Sehabis aku berdiam sejenak sehabis ejakulasi, aku keluarkan kemaluan aku serta aku tuntun badan Lucy buat membalik sehingga kami bisa berpelukan. Sembari silih memeluk, Lucy berkata kalau aku hebat serta dengan ijin aku, ia mau menggambarkan ini pada temannya.


Waktu itu, aku katakan kalau tidak terdapat permasalahan andai ia mau menggambarkan ini pada temannya karena( waktu itu) aku pikir, Lucy tidak hendak mengenalkan temannya itu pada aku. Kami juga sepi sejenak sembari senantiasa silih berpelukan serta badan masih dalam kondisi telanjang bundar serta aku juga masih bisa mencium bau parfum yang Lucy pakai.


Dalam keheningan itu, terdengar dengan samar- samar lagu When You Said Nothing At All yang dibawakan oleh Ronan Keating dari pesawat Televisi yang terdapat. Kami juga secara bertepatan tersentak serta mau memandang. Kemudian kami silih meregangkan dekapan kami, serta Lucy mengambil remote Televisi yang terletak di atas meja dekatnya kemudian menaikkan volume suaranya.


Sehabis itu, Lucy mengajak aku buat berpelukan lagi, silih mendekap lagi sembari menikmati lagu Ronan Keating tersebut. Aku amati jam tangan, jam membuktikan jam 12. 45 dini hari.


Serta kami juga tertidur sampai kita berdua bangun bersama- sama dekat jam 07. 00 pagi, sebab terdapat seberkas cahaya matahari. Sehabis mandi, kesimpulannya kita setuju buat keluar dari hotel tersebut serta Lucy membawakan aku kembali sampai di depan rumah, sehabis itu ia hendak kembali ke rumahnya cuma buat mengubah baju serta diteruskan ke kantor.


Di dekat rumah, Lucy berkata kalau ia sangat puas serta mau mengulang kembali apa yang terjalin tadi malam serta ia menghasilkan beberapa duit yang aku kira lumayan banyak buat aku. Katanya dikala itu,“ Will.. ini buat kalian.. siapa tau dapat bantu- bantu kalian jika kalian pengen beli suatu..”


tetapi belum berakhir penjelasannya, aku jawab kalau aku tidak ingin menerima duit sesen juga dari ia karena apa- apa yang aku jalani merupakan sebab atas dasar suka sama suka serta aku juga berkata kalau aku hendak merasa sangat terhina jika ia senantiasa memforsir aku buat menerima duit itu.


Kesimpulannya ia mengalah serta kita terdiam sejenak serta ia mengambil handphone- nya serta berkata kalau itu merupakan pemberian dari ia bukan balasan atas yang aku jalani, ia juga menarangkan supaya ia bisa menghubungi sayaSetelah aku pikir- pikir sembari ia senantiasa berharap supaya aku menerima itu, kesimpulannya aku ingin pula sebab aku pikir hp ini tidak hendak selamanya, aku bisa mengembalikannya sesuatu dikala nanti.


Sehabis datang di rumah, aku juga meminta diri serta pernah memegang tangannya kalau apa yang ia rasakan antara aku serta ia, bisa jadi yang aku rasakan pada dikala itu. Hari itu Lucy menelepon aku 2 kali melalui handphone- nya, yang awal berkata kalau ia telah datang di rumah serta yang kedua merupakan ia telah terletak di kantor.


Semenjak itu, Lucy tidak sempat menghubungi aku lagi. Sebelumnya aku pikir kalau ia padat jadwal, serta aku juga siuman dengan posisi aku. Sampai kesimpulannya aku dihubungi seseorang perempuan melalui hp pemberian Lucy. Perempuan itu berkata kalau Lucy sempat cerita seluruhnya tentang ikatan aku dengan Lucy mulai dari mula sampai akhir, serta perempuan ini berkata kalau ia mau berkata suatu pada aku serta mau ketemu dengan aku.


Sampai pada kesimpulannya aku sepakat buat berjumpa bertepatan pada 8 Desember di sesuatu Mall. Dalam pertemuan tersebut, perempuan itu yang seumur dengan Lucy yang mengaku bagaikan temannya serta mengaku bernama Julliet ini berkata kalau terdapat pesan dari Lucy buat berkata yang sesungguhnya pada aku kalau Lucy sudah bersuami serta telah 1. 5 tahun belum dikarunia anak.


Ia berkata kalau suaminyalah yang tidak sanggup berproduksi karena Lucy secara diam- diam telah periksakan dirinya tanpa sepengatauan suaminya, serta pesan Lucy yang terakhir merupakan ia mengantarkan permintaan maaf sebesar- besarnya buat aku karena Lucy tidak mau berjumpa dengan aku lagi.


Julliet ini juga berkata kalau dia mau melaksanakan perihal yang sama semacam Lucy tetapi bukan dengan tujuan buat mempunyai anak karena dia berkata kalau dia serta suaminya tanpa permasalahan dalam memproduksi anak.


Yang jadi permasalahan merupakan suaminya yang sehabis berakhir ikatan seks, dia senantiasa langsung meninggalkan Julliet tidur.“ Jadi, andai Lucy berbadan dua, terdapat mungkin kalau itu merupakan benih aku”, pikirku.


Serta di akhir cerita tentang pengalaman aku ini, aku mau mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya kepada editor web Mister Sange yang sudah memasukkan cerita aku ini, serta waktu yang sudah disediakan buat membaca cerita ini. Serta untuk rekan- rekan pencinta web Mister Sange yang mau berkenalan dengan aku, silakan mendatangi aku. 

 




Posting Komentar

0 Komentar