INDOSEXASIA - Saya seseorang pria yg dilahirkan di kota Minggu baru di provinsi sumatera, kota yg panas sebab terletak di dataran rendah. Tidak hanya besar badan seukuran orang- orang bule, kata kawanku wajahku cukup. Mereka bilang Saya gelap manis. Bagaikan pria, bokep, Saya pula bangga sebab kala SMA dahulu Saya banyak mempunyai kawan- kawan perempuan.
Meski Saya sendiri tidak terdapat yg tertarik satupun di antara mereka. Mengenang ketika- ketika dahulu Saya kasertag tersenyum sendiri, sebab walaupun bagaimanapun kenangan merupakan suatu yang berharga dalam diri kita. Terlebih kenangan manis
Saya mahasiswa semester akhir di salah satu akademi besar swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Tetapi para pembaca, hingga kala ini juga Saya masih belom dapat menuntaskan studiku cuma gara- gara satu mata kuliah saja yg belom lulus, ialah mata kuliah yg berhubugan dengan hitung berhitung. Meski telah kuambil sepanjang 4 semester, tetapi hasilnya belom lulus pula. Buat mata kuliah yg lain Saya dapat menyelesaikannya, tetapi buat mata kuliah yg satu ini Saya betul- betul merasa kesusahan.
“ Coba saja dirimu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata kawanku Aldo kala kita berdua lagi duduk- duduk dalam kamar kost.
“ Telah, Di. Tetapi dia pula lepas tangan dgn masalahku ini. Kata dia ini didetetapkan oleh dirimu sendiri.
” Kata Saya sembari menghirup rokok dalam- dalam.“ Benar pula apa yg dikatakan dia, Gi, seluruh didetetapkan dari dirimu sendiri.
” sahut Aldo sembari termangu, tangannya padat jadwal memainkan korek api di depannya. Lama kita padat jadwal tenggelam dalam benak kita tiap- tiap, hingga kesimpulannya Aldo mengatakan,
“ Ini saja, Gi, dirimu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, bisa jadi dia ingin menolong.” kata Aldo.
Mendengar perkataan Aldo, mendadak Saya langsung teringat dgn dosen mata kuliah yg menyebalkan itu. Namanya Bunda Maria, usianya kira- kira 35 tahun.
Orangnya cukup menawan, pula seksi, tetapi banyak kawanku begitu pula Saya berkata Bunda Maria merupakan dosen killer, banyak kawanku yang terbuat sebal olehnya. Maklum saja Bunda Maria belom berkeluarga alias masih sendiri, perempuan yg masih sendiri gampang tersinggung dan sensitif.
“ Waduh, Di, gimana dapat, ia dosen killer di kampus kita..,” Kata Saya bingung.“ Iya sih, tetapi walaupun bagaimanapun dirimu wajib berterus cerah menimpa kesulitanmu, bicaralah baik- baik, masa dia tidak ingin menolong..,” kata Aldo berikan anjuran.
Saya terdiam sejenak, bermacam pertimbangan timbul di kepala Saya. Dikejar- kejar kala, pesan orang tua, dosen perempuan yg killer. Kesimpulannya Saya mengatakan,“ Baiklah Di, hendak kucoba, esok Saya hendak menghadap dia di kampus.
”“ Nah begitu dong, seluruh suatu wajib dicoba dahulu,” sahut Aldo sembari menepuk- nepuk pundakku. Siang itu Saya telah duduk di kantin kampus dgn segelas es teh di depanku dan sebatang rokok yg menyala di tanganku.
Sebelom berjumpa Bunda Maria Saya terencana bersantai dahulu, sebab bagaimanapun nanti Saya hendak gugup menghadapinya, Saya hendak menenangkan diri dahulu sebagian kala.
Tanpa Saya sadari, seketika Aldo telah berdiri di belakangku sembari menepuk pundakku, mendadak Saya kaget dibuatnya.“ Mari Chris, saat ini ketikanya Bu Maria kulihat tadi lagi mengarah ke ruangannya, mumpung saat ini tidak mengajar, temuilah dia..!” bisik Aldo di telingaku.
“ Oke- oke..,” Kata Saya pendek sembari berdiri, menghabiskan sisa es teh terakhir, kubuang rokok yg tersisa sedikit, kuambil permen dalam saku Saya, kutarik dalam- dalam nafasku.
Saya langsung melangkahkan kaki.“ Jika begitu Saya duluan ya, Chris. Hingga ketemu di kost,” sahut Aldo sembari meninggalkanku.
Saya cuma dapat melambaikan tangan saja, sebab pikiranku masih berkecamuk bingung, gimana Saya wajib menghadapai Bunda Maria, dosen killer yg masih sendiri itu.
Lama- lama Saya berjalan menyusupi lorong kampus, atmosfer sangat lengang kala itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yang meliburkan diri, lagipula jika saja Saya tidak hadapi permasalahan ini lebih baik Saya tidur- tiduran saja di kamar kost, ngobrol dengan kawan.
Cuma sebab permasalahan ini Saya wajib bersusah- susah menemui Bu Maria, buat dapat membantuku dalam permasalahan ini. Kulihat pintu di ujung lorong.
Memanglah ruangan Bu Maria terletak di pojok ruangan, sehingga tidak terdapat orang melalui simpang siur di depan ruangannya. Nampak sekali kondisi yg hening. Pikirku,“ Bisa jadi saja perempuan yang belom bersuami inginnya menyendiri saja.
” Lambat- laun kuketuk pintu, mendadak setelah itu terdengar suara dari dalam,“ Masuk..!” Saya langsung masuk, kulihat Bu Maria lagi duduk di balik mejanya sembari membuka- buka map. Kututup pintu pelan- pelan.
Kulihat Bu Maria memandangku sembari tersenyum, sesaat Saya tidak menyangka dia tersenyum ramah padaku. Sedikit demi sedikit Saya mulai dapat merasa tenang, meski masih terdapat sedikit rasa gugup di hatiku.
“ Silakan duduk, apa yg dapat Bunda bantu..?” Bu Maria langsung mempersilakan Saya duduk, Mendadak Saya terpesona oleh kecantikannya. Gimana bisa jadi dosen yang begitu menawan dan anggun dapat memperoleh julukan dosen killer.
Kutarik sofa pelan- pelan, setelah itu Saya duduk.“ Oke, Chris, terdapat apa ke mari, terdapat yg dapat Bunda bantu..?” sekali lagi Bu Maria menanyakan perihal itu kepada Saya dgn senyumnya yg masih mengembang.
Lambat- laun kuceritakan masalahku kepada Bu Maria, mulai dari kemauan orangtua yg mau Saya agak kilat menuntaskan studiku, hingga ke mata kuliah yang kala ini Saya belom dapat menyelesaikannya.
Kulihat Bu Maria dengan tekun mencermati cerita Saya sembari sesekali tersenyum kepada Saya. Memandang kondisi yang demikian Saya meningkat semangat menceritakan, hingga pada kesimpulannya dengan otomatis Saya mengatakan,“ Apa saja hendak kulakukan Bu Maria, buat dapat menuntaskan mata kuliah ini.
Bisa jadi sesuatu kala menolong Bunda mensterilkan rumah, contohnya cuci piring, mengepel, ataupun yah, katakanlah cuci pakaian juga Saya hendak melaksanakannya demi supaya mata kuliah ini dapat saya selesaikan. Saya mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Bunda pada saya.
” Mendengar kejujuran dan perkataanku yg polos itu, kulihat Bu Maria tertawa kecil sembari berdiri menghampiriku, tawa kecil yg nampak misterius, dimana Saya tidak dapat paham apa artinya.
“ Apa saja Chris..?” kata Bu Maria seolah menegaskan perkataanku tadi yg secara otomatis keluar dari mulutku tadi dgn nada bertanya.“ Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan otomatis.
Mendadak setelah itu tanpa kusadari Bu Maria telah berdiri di belakangku, kala itu Saya masih duduk di sofa sembari termenung. Sejenak Bu Maria memegang pundakku sembari berbisik di telingaku.
“ Apa saja kan Chris..?” Saya mengangguk sembari menunduk, Kala itu saya belom menyadari apa yg hendak terjalin. Seketika saja dari arah balik, Bu Maria telah menghujani pipiku dengan ciuman- ciuman lembut, sebelom pernah Saya tersadar apa yang hendak terjalin.
Bu Maria seketika saja telah duduk di pangkuanku, merangkul kepala saya, setelah itu melumatkan bibirnya ke bibirku.
Kala itu Saya tidak ketahui apa yg wajib kulakukan, mendadak kedua tangan Bu Maria memegang kedua tanganku, setelah itu meremas- remaskan ke buah dadanya yang telah mulai menegang. Saya tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya.
“ Bu, haruskah kita..” Sebelom Saya menuntaskan ucapanku, telunjuk Bu Maria telah melekat di bibirku, seolah menyuruhku buat diam.
“ Sudahlah chris, inilah yg Bunda mau..” Sehabis mengatakan begitu, kembali Bu Maria melumat bibirku dengan lembut, sembari membimbing kedua tanganku buat senantiasa meremas- remas buah dadanya yang montok sebab telah menegang.
Kesimpulannya mencuat hasrat kelelakianku yg wajar, seolah terhipnotis oleh respon Bu Maria yg menggairahkan dan perkataannya yang begitu pasrah, kita berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu- gebu dan panas.
Saya membalas melumat bibirnya yang indah merekah sembari kedua tanganku terus meremas- remas kedua buah dadanya yang masih tertutup oleh pakaian itu tanpa wajib dibimbing lagi.
Tangan Bu Maria turun ke dasar perutku, setelah itu mengusap- usap kemaluanku yang telah menegang hebat. Dilanjutkan setelah itu satu- persatu kancing- kancing bajuku dibuka oleh Bu Maria, secara reflek pula Saya mulai membuka satu- persatu kancing pakaian Bu Maria sembari terus bibirku melumat bibirnya.
Sehabis dapat membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang telah terlepas, gairah kita terus menjadi memuncak, kulihat kedua buah dada Bu Maria yang mengenakan BH itu menegang, buah dadanya menyembul indah di antara BH- nya.
Kuciumi kedua buah dada itu, kulumat belahannya, buah dada yang putih dan indah. Kudengar suara Bu Maria yang mendesah- desah merasakan kenikmatan yang kuberikan.
Kedua tangan Bu Maria mengelus- elus dada Saya yg bidang. Lama Saya menciumi dan melumat kedua buah dadanya dengan kedua tanganku yang sesekali meremas- remas dan mengusap- usap buah dada dan perutnya.
Kesimpulannya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, sehabis lepas kubuang BH ke samping. Kala itu Saya betul- betul dapat memandang dengan utuh kedua buah dada yang lembut, putih dan menegang hebat, menonjol serasi di dadanya.
Kulumat putingnya dengan mulutku sembari tanganku meremas- remas buah dadanya yg lain. Puting yang menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan napas Bu Maria yg terus menjadi menggebu- gebu.
Oh.., oh.., Chriss. teruskan.., teruskan..!” desah Bu Maria dengan pasrah dan memelas. Memandang keadaan semacam itu, kejantananku terus menjadi memuncak.
Dengan penuh gairah yang mengebu- gebu, kedua puting Bu Maria kukulum bergantian sembari kedua tanganku mengusap- usap punggungnya, kedua puting yang menonjol pas di wajahku. Buah dada yang menegang keras.
Lama Saya melaksanakannya, hingga kesimpulannya sembari berbisik Bu Maria mengatakan.“ Angkat Saya ke atas meja Chris.., mari angkat Saya..!” Otomatis kubopong badan Bu Maria ke arah meja, kududukkan, setelah itu dengan reflek Saya menghilangkan beberapa barang di atas meja.
Map, novel, pulpen, kertas- kertas, seluruh kujatuhkan ke lantai dengan kilat, untung lantainya mengenakan karpet, sehingga suara yg ditimbulkan tidak terkemudian keras.
Masih dalam kondisi duduk di atas meja dan Saya berdiri di depannya, tangan Bu Maria langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, setelah itu membuka celana Saya dan menjatuhkannya ke dasar. Serta- merta Saya lekas membuka celana dalamku, dan melemparkannya ke samping.
Kulihat Bu Maria tersenyum dan mengatakan lirih,“ Oh.. Chris.., betapa jantannya dirimu.. kemaluanmu begitu panjang dan besar.. Oh.. Chriss, Saya telah tidak tahan lagi mau merasakannya.
” Saya tersenyum pula, kuperhatikan badan Bu Maria yang separuh bugil itu. Setelah itu sembari kurebahkan badannya di atas meja dengan posisi Saya berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan rok yang tersibak sehingga nampak pahanya yang putih lembut, kuciumi buah dadanya,
kulumat putingnya dengan penuh gairah, sembari tanganku bergerilya di antara pahanya. Saya memanglah menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan badan kita yang berkeringat sebab gairah yang mencuat di antara Saya dan Bu Maria.
Kutelusuri badan Bu Maria yang separuh bugil dan telentang itu mulai dari perut, setelah itu kedua buah dadanya yang montok, setelah itu leher.
Kudengar desahan- desahan dan rintihan- rintihan pasrah dari mulut Bu Maria. Hingga kala Bu Maria menyuruhku buat membuka roknya, lambat- laun kubuka kancing pengait rok Bu Maria, kubuka restletingnya, setelah itu kuturunkan roknya, kesimpulannya kujatuhkan ke dasar.
Sehabis itu kubuka dan kuturunkan pula celana dalamnya. Mendadak hasrat kelelakianku terus menjadi menggebu- gebu demi memandang badan Bu Maria yang telah bugil bundar, badan yang indah dan seksi, dengan gundukan daging di antara pahanya yang ditutupi oleh rambut yang begitu lebat.
Terdengar Bu Maria mengatakan pasrah,“ Ayolah Chris.., apa yg kau tunggu..? Bunda telah tidak tahan lagi.” Kurasakan tangan Bu Maria menggenggam kemaluanku, menariknya buat lebih mendekat di antara pahanya. Saya menjajaki keinginan Bu Maria yang telah memuncak itu, lama- lama tetapi tentu kumasukkan kemaluanku yang telah menegang keras seperti kepunyaan kuda perkasa itu ke dalam kemaluan Bu Maria.
Kurasakan kepunyaan Bu Maria yang masih agak kecil. Kesimpulannya sehabis sedikit bersusah payah, segala batang kemaluanku amblas ke dalam kemaluan Bu Maria.
Terdengar Bu Maria merintih dan mendesah, Oh.., oh.., Chris.. terus Chris.. jangan dilepaskan, Saya mohon..!” Tanpa pikir panjang lagi diiringi hasratku yang telah menggebu- gebu, kugerakkan kedua pantatku maju- mundur dengan posisi Bu Maria yang telentang di atas meja dan Saya berdiri di antara kedua pahanya.
Mula- mula tertib, seirama dengan goyangan- goyangan pantat Bu Maria.
Kerap kudengar rintihan- rintihan dan desahan Bu Maria sebab menahan kenikmatan yang amat sangat. Begitu pula Saya, kuciumi dan kulumat kedua buah dada Bu Maria dengan mulutku.
Kurasakan kedua tangan Bu Maria meremas- remas rambutku sembari sesekali merintih,“ Oh.. oh.. Chris jangan lepaskan Chris kumohon..!” Mendengar rintihan Bu Maria, gairahku terus menjadi memuncak, goyanganku meningkat ganas, kugerakkan kedua pantatku maju- mundur terus menjadi kilat.
Terdengar lagi suara Bu Maria merintih,“ Oh.. Chris.. dirimu memanglah perkasa.., kau memanglah jantan.. ChrissAku mulai keluar.. oh..!”“ Ayolah Bu.., ayolah kita menggapai puncak bersama- sama, Saya pula telah tidak tahan lagi,” keluhku.
Sehabis mengatakan begitu, kurasakan tubuhku dan badan Bu Maria mengejang, seakan- akan terbang ke langit 7, kurasakan cairan kenikmatan yang keluar dari kemaluanku, terus menjadi kurapatkan kemaluanku ke kemaluan Bu Maria.
Terdengar keluhan dan rintihan panjang dari mulut Bu Maria, kurasakan pula dada Saya digigit oleh Bu Maria, seakan- akan nmenahan kenikmatan yang amat sangat.
“ Oh.. chriss.. oh.. oh.. oh..” Sehabis kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam kemaluan Bu Maria, kurasakan tubuhku yang sangat keletihan, kutelungkupkan tubuhku di atas badan Bu Maria dengan masih dalam kondisi bugil, agak lama Saya telungkup di atasnya.
Sehabis kurasakan kelelahanku mulai menurun, Saya langsung bangkit dan mengatakan,“ Bu, apakah yang telah kita jalani tadi..? Kembali Bu Maria memotong pembicaraanku,“ Sudahlah chris yg tadi itu biarlah terjalin sebab kita bersama menginginkannya, saat ini pulanglah dan ini alamat Bunda, Bunda mau cerita banyak kepadamu, dirimu ingin kan..?” Sehabis mengatakan begitu, Bu Maria langsung menyodorkan kartu namanya kepada Saya.
Kuterima kartu nama yg berisi alamat itu. Sejenak saya melamun, kembali Saya dikagetkan oleh suara Bu Maria,“ Christian, pulanglah, gunakan kembali pakaianmu..!” Tanpa basa- basi lagi, Saya langsung menggunakan pakaianku, setelah itu membuka pintu dan keluar ruangan.
Dengan gontai Saya berjalan keluar kampus sembari pikiranku berkecamuk dengan peristiwa yang baru saja terjalin antara Saya dengan Bu Maria.
Saya sudah bermain cinta dengan dosen killer itu. Gimana itu dapat terjalin, seluruh itu diluar kehendakku. Kesimpulannya walaupun bagaimanapun nanti malam Saya wajib ke rumah Bu Maria.
Rumah itu begitu kecil tetapi asri dengan tumbuhan dan bunga di taman depan yang tertata apik, serasi sekali keasertanya. Langsung kupencet bel di pintu, tidak lama setelah itu Bu Maria sendiri yang membukakan pintu, kulihat Bu Maria tersenyum dan mempersilakan Saya masuk ke dalam rumahnya. Kuketahui nyatanya Bu Maria hidup sendirian di rumah ini.
Sehabis duduk, setelah itu kita juga mengobrol. Sehabis sekian lama mengobrol, kesimpulannya kuketahui kalau Bu Maria sepanjang ini banyak dikecewakan oleh pria yang dicintainya. Seluruh pria itu cuma menginginkan badannya saja bukan cintanya. Sehabis bosan, pria itu meninggalkan Bu Maria.
Setelah itu dengan jujur pula ia memohon Saya sepanjang masih menuntaskan riset, Saya dimintanya buat jadi kawan sekalian pacarnya.
Kesimpulannya Saya mulai menyadari kalau posisiku tidak beda dengan gigolo.
Kudengar Bu Maria mengatakan,“ Sepanjang dirimu masih belom wisuda, tetaplah jadi kawan dan pacar Bunda. Apa juga permintaanmu kupenuhi, duit, nilai mata kuliahmu supaya lulus, seluruh hendak Bunda memenuhi, paham kan chris.?” Tidak hanya memandang kesendirian Bu Maria tanpa terdapat pria yang dapat memuaskan hasratnya, Saya juga pula memikirkan kelulusan nilai mata kuliahku.
Kesimpulannya Saya juga bersedia menerima tawarannya. Kesimpulannya malam itu pula Saya dan Bu Maria kembali melaksanakan apa yang kita jalani siang tadi di ruangan Bu Maria, di kampus.
Tetapi kelainannya kali ini Saya tidak canggung lagi melayani Bu Maria dalam bercinta.







0 Komentar