Ticker

6/recent/ticker-posts

Bercinta Dengan Guru Praktik Sekolah




INDOSEXASIA - Waktu itu saya masih kelas 2, di salah satu SMA Negara di Bandung. Saya tercantum salah satu siswa dengan segudang aktivitas. Dari mulai aktif di OSIS, musik, berolahraga, hingga aktif dalam perihal berganti- ganti pacar.


Tetapi satu perihal yang belum sempat kulakukan dikala itu ikatan kelamin. Kerap kali saya berkhayal lagi berhubungan tubuh dengan salah satu perempuan yang sempat jadi pacarku. Tetapi saya tidak memiliki keberanian buat memohon, mengajak maupun melaksanakan itu.

\

MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI

>> HAWAIPOKER <<


Bisa jadi sebab cerita sahabatku yang terpaksa menikah sebab sudah menghamili pacarnya serta saat ini hidupnya sirna lebur. Itu bisa jadi yang buat kutakut, separuh mati. Tetapi saya menggemari rasa khawatir itu, bukankah rasa khawatir itu yang dapat menjauhkan saya dari perbuatan dosa.


Pada sesuatu dikala, tiba gerombolan guru praktek dari IKIP Bandung yang hendak mengambil alih guru kami buat sebagian minggu. Salah satu dari guru praktek itu bernama Rany. Ia orangnya menawan, ah bukan… bukan cantik… tetapi ia sempurna. Hirau setan dengan matematika yang diajarkannya, saya cuma mau menikmati mukanya, memeluk badannya yang besar semampai, mengecup bibirnya, dan… saya juga berkhayal sangat jauh, tetapi seluruh itu tidak bisa jadi. Dengan pacarku yang seumur denganku saja, saya tidak berani, terlebih dengan Rany.


Pendek cerita, saya melaju dengan motorku. Hari telah sore saya wajib cepat- cepat hingga di rumah. Dalam ekspedisi kulihat bu Rany. Saya memberanikan diri menyudahi serta menghampirinya. Sehabis sedikit berbasa- basi ia menceritakan kalau dirinya baru saja pindah kost serta tempat kost yang saat ini posisinya pas di tengah- tengah antara sekolahku dengan rumahnya. Sehingga tiap sore saya mengantarkannya ke tempat kost- nya. Peristiwa itu berlangsung tiap hari sepanjang 1 minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, apalagi nantinya sangat akrab.


Semacam umumnya, saya membawakan Bunda Rany kembali ke kost- nya. Anehnya dikala itu, ia tidak mau langsung kembali tetapi mengajakku jalan- jalan di pertokoan di wilayah Alun- Alun Bandung. Sehabis puas kami juga kembali mengarah ke kost Bunda Rany.


Serta kala kupamit Bunda Rany memegang tanganku dan…“ Jangan kembali dahulu, dong!” Bunda Rany menahanku, tetapi memanglah inilah yang sepanjang ini kuharapkan.


“ Udah malam Bu, khawatir entar dimarahi…” Perkataanku terhenti memandang ia melekatkan jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.“ Jangan panggil saya Bunda Rany, coba tebak berapa umurku?” nyatanya usianya terpaut 5 tahun dengan umurku yang dikala itu 17 tahun.


“ Panggil saya Rany.” Saya cuma menganggukkan kepalaku.“ Mari ayo, saya memiliki pakaian baru yang hendak saya pamerkan kepadamu.” Ditariknya tanganku mengarah kamarnya, jantungku mulai berdetak kencang.


Sesampainya di kamar, ia menyuruhku duduk di depan tv yang memperlihatkan pahlawan kesayanganku, McGyver. Rany setelah itu mendatangi lemari baju di samping tv.


“ Saya memiliki 3 buah pakaian baru, coba kalian nilai mana yang sangat bagus.” Kujawab dengan pendek,“ OK!” kemudian kembali saya menyaksikan McGyver kesayanganku.


Meski mataku tertuju ke pesawat tv, tetapi saya bisa memandang dengan jelas betapa ia dengan santainya membuka pakaian seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras.


Rany cuma menyisakan BH bercorak gelap serta celana dalam gelap. Ia melaksanakan gerakan seakan lagi mencari baju di tumpukan bajunya yang tersusun apik di dalam lemari.


“ Saya tidak dapat menciptakan pakaian baruku, kemana ya?” Saya cuma terdiam pura- pura menyaksikan Televisi, tetapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang cuma tertutup kain tipis.


Sesekali ia membalikkan badannya sehingga saya dapat memandang 2 buah barang yang menggunung di balik BH- nya. Kesimpulannya ia menggunakan gaun tidur bercorak pink yang sangat tipis, Kemudian ia menghampiriku, serta kami berdua duduk berhadapan.


“ Kalian mengapa, kok pucat”, saya terdiam.“ Kalian khawatir ya?” Saya senantiasa terdiam.“ Saya tau kalian suka saya.” Saya terdiam.“ Hey, ngomong dong.” Saya senantiasa terdiam.





Dalam kediamanku sepanjang itu saya menaruh suatu di dadaku yang berdetak sangat kencang serta keras serasa mau meledak kala ia melekatkan bibir mungilnya ke bibirku.


Ia melumat bibirku, sedikit buas tetapi mesra. Saya mulai memberanikan diri buat membalasnya.


Kugerakkan bibirku serta kulumat kembali bibirnya. Tidak lama setelah itu, telapak tangan Rany yang hangat mencapai pergelangan tanganku. Dibawanya tanganku ke arah buah dadanya.


Jantungku dikala itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak sangat besar tetapi tidak pula sangat kecil, tetapi saya bisa merasakan betapa kencangnya kedua gunung surga itu.


Lidah kami juga mulai bermain. Seketika ia mendorongku, terus mendorongku sehingga saya telentang di atas karpet kamarnya. Saya cuma bagi serta tidak bergerak.


Rany membuka pakaian tidurnya yang tipis. Kali ini ia tidak menyudahi kala cuma BH serta CD- nya saja yang menempel di badannya, tetapi BH- nya setelah itu terjatuh ke karpet.


Belum pernah saya bergerak, Rany menjatuhkan badannya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.“ Kalian suka, ya?” saya mengangguk.


Saya tidak kuasa menahan diri, kala saya mengangkut kepalaku buat melumat bibirnya kembali, ia menahan kepalaku, saya heran.“ Ke.. ke… mengapa Ran?” kataku terbata- bata. Ia cuma tersenyum, kemudian dengan santainya ia memanjat turun tubuhku.


Saya cuma terdiam, saya tidak berani bergerak. Saya bagaikan seseorang prajurit yang cuma bergerak bersumber pada komando dari Rany. Ia mulai membelai pahaku serta sedikit mempermainkan selangkanganku.


Sesekali ia menciumi celana seragam abu- abuku pas pada bagian batang kejantananku. Saya memejamkan mata, saya pasrah,“ Aku… aku… ah…!” Saya membiarkannya, kala Rany mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat pinggangku serta bersinambung dengan menyingkapkan CD- ku.


Ia mencapai batang kemaluanku dengan mesranya.“ Ah… crot… crot… crot…!” Saya tidak kuasa menahan diriku kala bibirnya yang mungil memegang kepala kemaluanku.





Saya malu, malu separuh mati.“ Tenang, itu biasa kok.” Senyumnya membuat rasa maluku lenyap, senyum dari wajah si bidadari itu membuat keberanianku timbul,“ Ya saya berani, saya nekat!” Saya menarik kepalanya serta membalikkan tubuhku, sehingga saya terletak pas di atasnya.


Ia sedikit kaget, tetapi perihal itu membuat saya suka serta kian berani. Saya beranjak ke dasar, kubuka CD- nya. Dikala itu yang terdapat dipikiranku cuma satu, saya wajib mencontoh film- film biru yang sempat kutonton.“ Kalian mulai bandel, ya.”“ Bunda guru tidak suka.” Saya tidak memperdulikan candanya.


Kuturunkan CD- nya lama- lama, kulihat sekilas rumput kecil yang menutupi celah surganya.


Mendadak kucumbu serta kumainkan lidahku di celah surga itu. Tangan kananku terus menarik CD- nya hingga ke ujung kakinya serta kulempar entah jatuh di mana.


Saya menghentikan sejenak game lidahku, kuangkat pinggul yang indah itu serta kugendong ia mengarah ke tempat tidur yang terletak pas di balik kami berdua.


Kuletakkan badan semampai dengan besar 173cm itu pas di pinggir tempat tidur. Saya setelah itu berjongkok, serta kembali memainkan lidahku di dekat celah surganya, apalagi saya sukses menciptakan batu kecil di antara celah itu yang tiap kutempelkan lidahku ia senantiasa mengerang, mendesah, apalagi berteriak kecil.


Tangan kiriku turut bermain bersama lidahku, serta tangan kananku mensterilkan sisa air sperma yang baru saja keluar. Wow… batang kejantananku telah keras lagi.


Kala saya lagi asik bermain di celah surganya, ia menarik kepalaku.“ Buka celana kalian, semuanya…!” Saya bagi serta kembali menindih badannya.


Sehabis kepala kami bersebelahan ia mencium bibirku sekali serta setelah itu ia tersenyum, cuma dikala itu matanya telah sayu, tidak lagi bundar penuh dengan sinar yang sangat menyilaukan.


Ia mengangkut kepalanya diiringi tangan kananya mencapai batangku serta mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Tetapi kala batangku memegang bibir lubang kemaluannya,“ Crot… cret… creeett…!” Kembali saya mencapai puncakku, ia juga tersenyum.


Cuma dikala itu saya tidak lagi malu, yang terdapat dipikiranku cumalah saya mau dapat memuaskannya saat sebelum orgasmeku yang ketiga. Saya heran sehabis orgasme yang awal ini batang kejantananku tidak lagi lemas, kubiarkan Rany mengocok- ngocok batanganku, dengan cuma memandang garis wajah kepunyaan si bidadari di depanku serta pula membelai rambutnya yang gelap legam, saya kembali bernafsu.


“ Pelan- pelan aja tidak harus khawatir.” Ia berbisik serta tersenyum padaku. Tidak karuan perasaanku dikala itu, terlebih kala kepala kemaluanku dioles- oleskannya ke bibir kemaluannya.


Tangannya yang kecil mungil itu kesimpulannya menarik batang kemaluanku serta membimbingnya buat merambah lubang kewanitaannya.“ Bles… sss… sek!” Batangku telah seratus persen tertanam di lubang surganya.


Rasa yakin diriku terus menjadi bertambah kala saya menyadari kalau saya tidak lagi hadapi orgasme. Saya mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar serta membenamkannya lagi, terus menerus kesekian.


Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.“ Oh Dig…!” Ia mulai memanggil nama akrabku, saya terpanggil Jedig oleh sahabat- sahabatku. Sepanjang ini Rany cuma memanggil nama asliku semacam yang tertera di dalam absen kelasku.


“ Dig, terus… kalian mulai pintar…” Saya tidak hirau, saya terus bergerak naik turun. Saya merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga kepunyaan Rany.


Naik serta turun cuma itu yang kulakukan. Sesekali saya mencium bibirnya, sesekali tanganku mempermainkan bibir serta buah dadanya.“ Ah… ah… ah, ah… oh!” Nafasnya memburu.


“ Ah Dig… ah… ah… ooowww!” Ia berteriak kecil, matanya sedikit melotot serta setelah itu ia kembali tersenyum. Saya terdiam sejenak, saya heran mengapa ia melaksanakan itu.


Yang kuingat, dikala itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat kala masih terdapat di dalam lubang kemaluannya.“ Ntar dahulu ya Jedig Sayang.” Ia mengangkut badannya sehingga kemaluanku terlepas, saya menahan badannya.


Saya tidak mau kemaluanku terlepas saya masih mau terus bermain.“ Eit… tabah dong, kita belum berakhir kok.” Kulihat dirinya memutar badannya setelah itu nungging di depan mataku.


Saya sangat paham apa yang wajib kulakukan, ya… semacam di film- film itu. Saya mendekatinya dengan batang kemaluanku yang telah siap menghunus lubang kemaluannya. Saya berupaya memasukannya, tetapi saya hadapi kesusahan.


Satu, 2, ya 2 kali saya kandas memasukan batangku. Kesimpulannya ia memakai tangan mungilnya buat membimbing batangku.“ Blesss…” Batangku masuk dengan lama- lama. Berbeda dengan tadi, saat ini saya tidak lagi naik turun namun maju mundur. Kami berdua mendesah. Napas kami silih memburu.


Terus serta terus lagi.“ Ah… oh… uh… terus Dig…, ah… oooww!” Kembali ia berteriak kecil, dikala ini saya paham, tiap kali ia berteriak tentu setelah itu ia merubah letaknya. Benar saja posisi kami kembali semacam posisi dini. Ia telentang di dasar serta saya menindihnya di atas.


Saya tidak lagi membutuhkan tangan mungilnya buat membimbingku. Saya telah dapat memasukan batang kemaluanku sendiri pas mengarah lubang surga yang sesekali beraroma harum bunga itu.


Kembali saya melaksanakan naik serta turun. Kali ini saya jadi siswa yang betul- betul aktif, tidak cuma di sekolah tetapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa cacat itu sembari terus menggerakan pinggulku.


Sebagian dikala setelah itu, saya merasakan darahku mengalir dengan keras, terdapat suatu di dalam tubuhku yang siap buat meledak. Gerakanku terus menjadi kencang, kilat, serta tidak tertib.


“ Terus Dig, lebih kilat lagi… terus lebih kilat lagi Dig, terus.”


Gerakanku terus menjadi kilat. Kami berdua telah semacam kuda liar yang silih kejar- mengejar sehingga terdengar suara napas yang keras serta silih sambut menyongsong.


“ Terus Dig, terus… ah… uh… oh…!”


“ Oban sayang… ah… dig… dig… dig… aaoowww!”


Dikala ini teriakannya sangat keras serta kulihat matanya sedikit melotot serta giginya terkatup dengan sangat keras. Setelah itu ia terjatuh.


Dig cepetan ya sayang…!”“


Saya letih.” Saya tidak dapat menyudahi menggerakan tubuhku, kayaknya terdapat sesuatu kekuatan yang mendesak serta menarik pinggulku.


“ Ah… oh… Ufff… aaah…!”“ Crot… cret… cret…!”


Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Saya terjatuh di sampingnya, saya puas! Ia tersenyum padaku serta memelukku, ia menyimpan kepalanya di dadaku. Sehabis mengecup bibirku kami berdua juga tertidur pulas.


Sebagian bulan sehabis percintaanku dengan Bunda Rany… Perpisahaan juga diawali, sehabis saya memainkan sebagian lagu di panggung perpisahaan buat menunjukkan berakhirnya masa kerja praktek mahasiswa- mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bis bertuliskan IKIP di pinggirnya. Saya mencari Rany, bidadari yang merenggut keperjakaanku.


“ Rany… hey…!” Rany menengok serta matanya melotot.“ Ups… Bunda Rany!” Saya kurang ingat, ia kan guruku.


“ Hingga ketemu lagi ya, jangan kurang ingat belajar!” sembari menaiki tangga bis ia menyerahkan pesan padaku.


Saya langsung membaca serta tidak paham apa iktikad dari tuRanyn itu.


Kesimpulannya bis itu berangkat serta dikala seperti itu dikala terakhir saya melihatnya. Saya tidak hendak sempat kurang ingat meski cuma sekali saya melaksanakannya dengan Rany. Tetapi itu sangat berbekas. Saya senantiasa merindukannya. Apalagi saya senantiasa berkhayal saya terdapat di dekat ia tiap saya dekat dengan wanita. Saat ini kala saya telah duduk di bangku kuliah saya baru paham apa makna dari pesan Rany. 



Posting Komentar

0 Komentar