INDOSEXASIA - Wanita itu.. Besar tubuhnya 170cm dengan bentuk badan badan yang proporsional hemm.. Lekuk bodinya yang sangat gitar itu sangat memicu. Belum lagi pakaiannya yang tertutup tetapi terbuka. He he hee.. Maksudku ia menggunakan blus merah yang tertutup dari lehernya dengan berkerah shang- hai dengan kancing- kancing corak emas yang manis serta tertib berbaris dari leher sampai bagian dasar pinggangnya. Mengenakan rok corak gelap yang 10cm dari lutut, bersepatu mirip pantovel dengan tali yang melintang di dasar pergelangan kakinya.. Payudaranya yang berdimensi 36B itu.. Rambutnya terurai panjang sampai punggung, mukanya yang menawan hampir seragam dengan penyiar suatu stasiun Televisi Fifi Aleyda Yahya.
Marissa namanya, senantiasa mengusik kalbuku sampai saat ini. Saya mulai mengenalnya dalam suatu pertemuan, ia merupakan supervisor bagian valas disebuah bank terkemuka di ibukota. Kebetulan waktu itu tampak dalam business gathering bagaikan penyanyi dari trio 3 wanita, sahabat sekerjanya.
Saya merupakan seseorang eksekutif.. Sempat kandas dalam perkawinan jadi saat ini sendiri jika orang bilang sih duren, duda keren he he he. Semenjak pertemuan business gathering, saya terus menjadi tertarik padanya; dengan seluruh usahaku mencari ketahui no ponselnya, setelah itu saya jadi nasabahnya.. He he he butuh modal pula nich buat pe de ka te sehingga diam- diam saya dapat tiap hari menelponnya buat turut main valas. Pada sesuatu peluang yang baik, saya sukses mengundangnya makan siang, keluar sebentar dari kantornya. Berupaya saya melaporkan ketertarikanku.. Serta ia menolaknya lumayan halus tetapi sangat tegas bahasanya sampai hati ini tersinggung, sakit rasanya hatiku dikala cintaku nyata- nyata ditolaknya.
Dipeluang lain dikala saya menelponnya guna menanyakan keadaan valas hari itu, dilayaninya dengan dingin sehingga yang tumbuh dari dalam hati ini merupakan amarah yang begitu besar sebab merasa harga diriku sudah terinjak- injak.
Marissa tidak berkutik, matanya mendelik memandang wajahku.
“ Haa.. Ha.. Ha.. Haa!!”
Percuma saja ia sebab saya mengenakan topeng twinky winky teletubbies. Tangannya telah terikat erat ke balik oleh tali plastik corak kuning yang melilit serta melingkari buah dadanya yang menyembul. Menggenakan‘ kostum sexynya’ semacam dikala saya memandangnya awal kali itu. Blus merah itu lho.. Kakinya yang panjang serta sexy itupun telah tidak berdaya serta terikat jadi satu mulai dari kedua lututnya, setelah itu kakinya yang bersepatu sexy itu.
Poker Duit Asli
Oh.. Saya sangat sangat terangsang memandang keadaannya yang sangat tidak berdaya itu. Saya merupakan penggemar berat shibari hogtie ala Jepang yang sangat indah serta cermat dalam ikat mengikat. Hemh.. Ini pula salah satu kegagalan pernikahanku sebab mantan istriku sangat tidak suka buat saya ikat. Marissa masih meronta- ronta tidak berdaya di apartemanku. Matanya kesimpulannya saya tutup dengan lakban sebagaimana saya menutup mulutnya. Gimana ia dapat terdapat di kamarku? Supaya pembaca tidak penasaran.. Beginilah ceritanya.
Waktu itu menampilkan kira- kira jam 23. 00. Atmosfer di jalur relatif hening di Senin malam itu. Lama sudah saya pelajari kalau di akhir bulan Marissa umumnya kembali jam 23. 00 serta mengendarai taxi. Saya sudah memarkirkan Mitsubishi Kudaku 10 m saat sebelum kantornya.. Umumnya Marissa tentu berjalan sepanjang itu buat mencari taxi sebab tidak mau bersaing dengan pemakai taxi yang lain. Saya berdiri di sisi jalur dengan kepala bertopi serta berkacamata gelap. Sedini kilat saya menyambar mulutnya dengan saputangan yang memiliki cloroform. Marissa langsung lemas.. Langsung saya angkut ke dalam jok mobil balik. Dan dengan langkah dini pengamanan saya sumbat mulutnya dengan lakban dan mengikat tangannya ke balik dengan lakban yang sama.
Saya bergerak meninggalkan tempat itu, melarikan mobilku ketempat yang lebih hening. Ku parkir sejenak.. Kulihat Marissa masih belum siuman.. Hemm langsung saya pindahkan ke dalam suatu koper besar yang telah kusiapkan dibagasi. Kemudian meluncurlah Kudaku mengarah apartemant. Tanpa curiga apa- apa pihak keamanan cuma tersenyum dikala saya datang serta mendesak koperku itu masuk ke lift.. Naik ke lantai 14 masuk ke apartemanku 1404. Kubuka koperku, Marissa yang masih belum siuman itu saya ikat ulang dengan tali plastik kuning.. Yach begitulah ceritanya.
“ Mmmpphh.. Mmmpphh.. Praanngg!!”
Lamunanku buyar dikala kulihat Marissa meronta- ronta sampai kakinya menendang gelas wineku sampai terjatuh serta rusak!
“ Crreett..”
Lakban yang menutup matanya saya lepas. Sedangkan saya telah membebaskan topeng teletubbies yang kupakai. Siuman Marissa kalau ia diculik olehku, matanya menampilkan kebencian serta kemarahan tetapi cuma mmpphh.. mmpphh.. saja yang terdengar di kamarku.
“ Oh Chachaku sayang.. Jika kalian tidak menolak cintaku, kejadiannya tidak hendak semacam ini..”
Wajahku menampilkan penyesalan padanya kemudian lama- lama saya cabut lakban yang membungkamnya sembari mengecam.
“ Awas jika kalian berteriak..”.
“ Mmmpphh.. Haah.. Haah..” Marissa mengambil napas.
“ Apa yang kalian jalani Mas Dody.. Di mana saya saat ini.. Lepaskan saya.. Lepaskan ugh.. Ugh,” kalimat yang tentu hendak keluar dari mulut Marissa sembari meronta- ronta.
“ Wallah.. Kalian ini lucu sekali.. Mana bisa jadi saya lepasin kalian ha.. Ha.. Ha.. Haa..!”
“ Tenanglah Chacha, kalian nyaman di mari.. Salahmu menolak cintaku beginilah dampaknya..!”
“ Apa yang Mas ingin dari aku? Mengapa Mas menculik aku?” tanyanya
“ Telah..!! Kalian diam dahulu.. Jika enggak saya lakban lagi mulutmu!!” ancamku seraya bersiap- siap merobek lakban..
“ Jangan Mas.. Jangan”
Kemudian saya bopong Marissaku yang terikat itu ke kamar tidur yang satu lagi di apartemanku. Saya baringkan ia di tempat tidur itu dan menutup tirai- tirai yang terdapat di kamar itu dan membiarkannya terikat disana dengan lampu menyala.
“ Selamat istirahat Chacha.. Mudah- mudahan kalian betah disini..” ledekku setelah itu mengunci kamar itu dari luar.
Jadilah Marissa terikat erat serta disekap di salah satu kamar di apartemanku. Di kamar itu telah saya siapkan kamera Kamera pengaman yang sangat kecil terpasang pas menyoroti tempat tidur sehingga saya dengan gampang memonitor keberadaannya dari kamar tidurku. Malam itu saya membiarkan Marissa‘ menikmati’ keberadaannya di kamar itu. Saya cuma mengamatinya dari kamarku dikala melihatnya bergerak meronta- ronta di kamarnya.
Pagi itu saya pernah menengoknya di kamarnya kemudian kusuapi dirinya dengan makan pagi pagi nasi goreng buatanku.
“ Siapa yang masak Mas..” Marissa yang telah agak tenang, dalam kondisi terikat erat, mulai membuka pembicaraan.
“ Siapa lagi?” balasku bertanya.
“ Mas.. Saya mesti ke kantor nich.. Lepasin dong..”
“ Kalian bohong.. Kalian khan baru mulai cuti 2( 2) minggu..” sergahku.
“ Wah kok Mas ketahui??”
“ Senin siang saya telpon kalian ingin tanya Euro, semacam biasa kalian dengan sombongnya menolak telponku.. Tanpa terencana kolegamu bilang kalian ingin cuti esok.. Nah berliburlah kami disini haa.. Ha.. Ha.. Haa..!”
Sejenak wajah menawan yang agak tenang itu berganti takut.. Saya memanglah telah menekuni kehidupannya. Marissa yang mandiri ini memanglah hidup jauh dari Bapaknya di Surabaya. Ibunya telah meninggal 5 tahun yang kemudian serta Bapaknya kawin lagi. Marissa mengontrak di salah satu rumah susun yang lumayan representatif di kawasan Benhil. Jadi bagiku sangat pas momentum yang kudapatkan buat menculiknya. Usai makan pagi serta minum teh hangat, mulutnya saya jejali saputangan yang masih memiliki cloroform.. Kemudian saya sumbat lagi dengan lakban, kembali Marissa tertidur kemudian saya mengunci kamarnya serta meninggalkannya buat berangkat ke kantor.
Bagaikan seseorang eksekutif, jam kerjaku lebih fleksible. Jam 13. 00 saya mampir ke rumah buat memandang kondisi tawananku.
“ Halo Chacha.. Kalian tidak bandel di rumah khan??” sapaku.
“ Mmmpphh.. Mmpphh..” jawabnya.
“ Bentar.. Bentaarr..” kemudian saya buka lakbannya.“ Lapar yaa?”
Marissa cuma mengangguk.. Kemudian“ Ingin berkemih..” lanjutnya.
Langsung saya membopongnya dipundakku, membawanya ke wc.. Menyingkapkan roknya ke atas, merendahkan pantynya dalam kondisi kaki masih terikat dan menunggunya.
“ Maass, telah..”
Saya bantu ia mensterilkan vaginanya kemudian saya bopong kembali ke kamarnya.
“ Chacha.. Baik- baik ya kalian di mari.. Jangan macem- macem, nanti jam 18. 00 saya kembali,” ujarku sembari membiarkannya terikat tanpa menutup mulutnya.
2 hari telah saya menyekap Marissa di rumahku. Hari- hari dijalaninya dengan ketidak berdayaan. Saya belum bernazar melaksanakan apa- apa pada dirinya, sampai pada sesuatu hari. Saya kembali agak malam serta agak mabuk sebab sangat asik dengan mitra kerjaku. Saya sangat bernafsu dikala melihatnya tertidur pasrah terikat di kamarnya. Mulutnya hari ittu kembali saya lakban.. Ough naluriku bangkit dikala melihatnya hari itu senantiasa nampak sexy. Tanpa dia sadari.. Saya lepaskan jalinan di kakinya tetapi melipat serta mengikatnya ke betis tiap- tiap, sehabis tadinya celana dalamnya saya lepaskan.
“ Aaarrgghh..” suara Marissa kaget dikala tanpa basa- basi saya memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih kencang itu serta disambut darah fresh keperawanannya. Dan merta saya menggenjot badan Marissa mulai dari lama- lama sampai terus menjadi kilat berirama.
“ Ooh.. Oh.. Ooohh..!” desah Marissa.
“ Aaahh..” puas diriku berejakulasi pada rahim Marissa bersamaan sprema yang menyembur tumpah ruah ke rahimnya kemudian terkulai lemas di sisi Marissa.
Kemudian saya membelai- belai rambutnya yang panjang terurai itu sembari berbisik,
“ Saya tentu mengawinimu Chacha.. Saya hendak jadi bapak buat anakmu”
Marissa cuma dapat menangis terisak- isak.
Semenjak kenikmatan itu, saya senantiasa memuaskan nafsuku buat selalu memperkosa Marissaku yang sexy itu. Hidup yang penuh kesendirian ini jadi begitu bergairah. Tiap hari itu pula saya tunjukkan cintaku serta perhatianku padanya, walaupun tidak sempat saya lepaskan jalinan di badannya. Dalam masa penculikan itu, Marissa mulai ketagihan serta tidak tidak sering ia yang mulai memohon.
“ Mas Dody.. Perkosa saya dong..” Saya amati Marissa tidak lagi pura- pura; hampir seminggu ia disekap di apartemanku buatnya ketagihan dengan style pemerkosaanku.
Sekali ini buat awal kalinya saya‘ memperkosa’ nya dengan foreplay, he he he mana dapat begitu ya.. Tetapi hari kian hari bisa jadi Marissa merasakan sayang dariku walaupun segalanya berawal dari suatu penculikan. Tetapi saya dapat rasakan kalau ia mulai mencintaiku. Tidak adalagi permintaannya buat membebaskan ikatannya sebab hari ke 2 ke 3 saya pernah melepasnya buat mandi serta cuma terbelenggu borgol pada kedua tangannya ataupun kadangkala cuma mengikat kakinya dengan rantai yang biasa dipakai buat anjing.. Ataupun sesekali membiarkannya terikat rantai anjing itu di suatu pilar yang terdapat di apartemanku. Jadi tidak selamanya Marissa terikat semacam manakala awal kali saya culik. Memanglah saya belum sangat percaya 100% jika ia tidak hendak melarikan diri. Tetapi yang saya ketahui tentu, saya bahagia melihatnya terikat sebab gairahku hendak bangkit serta pada kesimpulannya dapat membahagiakannya.
Merambah minggu kedua.. Sisa 4 hari lagi Marissa hendak kembali bekerja; saya mengembalikan keberadaannya sebagaimana korban penculikan.. Saya jadi sangat tidak mau melepaskannya.. Saya bernazar menculiknya serta mengikatnya selama- lamanya.
0 Komentar