Ticker

6/recent/ticker-posts

Ibu Dosenku Yang Genit



INDOSEXASIA -  Cerita ini bermula pada waktu itu saya lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya dikala itu saya lagi putus dengan pacarku serta memanglah ia tidak ketahui diri, telah dicintai malah bertingkah, kesimpulannya dari cerita cintaku hanya berusia 2 tahun saja. Waktu itu saya tinggal berlima dengan sahabat satu kuliah pula, kita tinggal serumah ataupun ngontrak satu rumah buat berlima. Kebetulan di rumah itu cuma saya yang pria.

Mulanya saya bilang sama kakak perempuanku,“ Telah, saya pisah rumah saja ataupun kos di tempat”, tetapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya aku tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita juga tinggal serumah dengan 3 sahabat perempuan kakakku.


MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI

>> HAWAIPOKER <<



Terdapat satu diantara mereka telah jadi dosen tetapi di Universitas lain, Bunda Vina namanya. Kita seluruh memanggilnya Bunda maklum telah usia 40 tahun tetapi belum pula menikah. Bunda Vina bertanya,

“ Eh, kalian akhir- akhir ini kok kerap ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan- jangan ngelamunin yang itu..”

“ Itu apanya Bu?” tanyaku.

Memanglah dalam kesehari- harianku, bunda Vina ketahui sebab saya kerap pula curhat sama ia sebab ia telah kuanggap lebih tua serta ketahui banyak perihal. Saya mulai cerita,

“ Ketahui tidak permasalahan yang kuhadapi? Saat ini saya baru putus sama pacarku”, kataku.

“ Oh…. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin sedih hati aja serta kerap ngalamun sendiri”, kata Bunda Vina.

Begitu dekatnya saya sama Bunda Vina hingga sesuatu waktu saya hadapi peristiwa ini. Entah mengapa saya tidak terencana telah mulai terdapat atensi sama Bunda Vina. Waktu itu tepatnya siang- siang seluruhnya pada kuliah, saya lagi sakit kepala jadinya saya bolos dari kuliah. Siang itu pas jam 11: 00 siang saaat saya bangun, eh agak sedikit heran kok masih terdapat orang di rumah, umumnya jika siang- siang bolong begini telah pada tidak terdapat orang di rumah tetapi kok hari ini kayaknya terdapat sahabat di rumah nih. Saya berangkat ke arah dapur.






“ Eh Bunda Vina, tidak ngajar Bu?” tanyaku.

“ Kalian kok tidak kuliah?” tanya ia.

“ Habis sakit Bu”, kataku.

“ Sakit apa sakit?” goda Bunda Vina.

“ Ah… Bunda Vina dapat aja”, kataku.

“ Telah makan belum?” tanyanya.

“ Belum Bu”, kataku.

“ Telah Bunda Masakin aja sekaligus sama kalian ya”, katanya.

Dengan cekatan Bunda Vina memasak, kita juga langsung makan berdua sembari ngobrol ngalor ngidul sampai- sampai kita mangulas cerita yang agak berbau seks. Kukira Bunda Vina tidak suka yang namanya cerita seks, eh tau- taunya ia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita juga telah terus menjadi jauh ngomongnya. Pas dikala itu saya ngomongin tentang wanita yang telah lama tidak merasakan ikatan dengan lain jenisnya.

“ Apa masih terdapat gitu keinginannya buat itu?” tanyaku.

“ Lezat aja, emangnya nafsu itu ngenal umur gitu”, katanya.

“ Oh jika gitu Bunda Vina masih memiliki kemauan dong buat ngerasain gimana ikatan dengan lain tipe”, kataku.

“ So tentu dong”, katanya.

“ Terus dengan siapa Bunda buat itu, Bunda kan belum kawin”, dengan enaknya saya nyeletuk.

“ Saya bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sembari kutatap mukanya.

Bunda Vina agak merah pudar entah apa yang bawa keberanianku terus menjadi membludak serta entah kapan mulainya saya mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Bunda Vina kebimbangan sembari menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha saya wajib merayu terus hingga ia betul- betul bersedia melaksanakannya.

“ Okey, sorry ya Bu, saya telah sangat lancang terhadap Bunda Vina”, kataku.

“ Tidak, saya kok yang salah mengawalinya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.

Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sembari kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Bunda Vina terbawa dengan suasana yang kubuat, ia menutup matanya dengan lembut. Pula kukecup sedikit di dasar kupingnya dengan lembut sembari kubisikkan,

“ Saya sayang kalian, Bunda Vina”, tetapi ia tidak menanggapi sedikitpun.

Dengan sedikit agak ragu pula kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup… dengan begitu lembutnya saya merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan saya telah menarik badannya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyongsong dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh… tanpa kuduga ia balas kecupanku. Peluang itu tidak kusia- siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup,“ Aah… cup… cup… cup…” ia pula mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, terdapat dekat 10 menitan kami melaksanakannya, tetapi kali ini ia telah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos- ngosan seperti habis kerja keras saja.







“ Aah… jangan panggil Bunda, panggil Vina aja ya!”

Kubisikkan Bunda Vina,“ Vina kita ke kamarku aja ayo!”.

Dengan sedikit agak kaget pula tetapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun ia ke kamarku. Kuajak ia duduk di tepi tempat tidurku. Saya telah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu- tunggu. Dengan lama- lama kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi badannya. Ala mak… indahnya badan ini, kok tidak terdapat sih pria yang kepengin buat mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama- tama belahan gunung kembarnya.

“ Ah… ssh… terus Roy”, Bunda Vina tidak tabah lagi,

BH- nya kubuka, terpampang telah buah kembar yang montok dimensi 34 B. Kukecup ganti- gantRoy,

“ Aah… sssh…” dengan sedikit agak ke dasar kutelusuri sebab dikala itu ia pas memakai celana pendek yang kainnya agak tipis serta celananya pula tipis, kuelus dengan lembut,“ Aah… saya pula telah mulai terangsang.

Kusikapkan celana pendeknya hingga terlepas sekalian dengan celana dalamnya, hu… cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus- elus gundukan itu,

“ Aah… uh… sssh… Roy kalian kok pintar sih, saya pula telah tidak tahan lagi”,

Sesungguhnya memanglah ini merupakan pendatang baru untuk saya, eh warnanya Vina pula telah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas telah celana pendek sekalian celana dalamku.

“ Oh… besar amat”, katanya. Kira- kira 18 centimeter dengan diameter 2 centimeter, dengan lembut ia mengelus zakarku,

“ Uuh… uh… shhh..” dengan teliti saya berganti posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan tentu serta lembut. Saya mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke dasar, kulumat kewanitaannya dengan lembut, saya berupaya memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya,

“ Aah… uh… ssh….. terus Roy”, Vina mengerang.

“ Saya pula lezat Vina”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut,

“ Assh… oh… ah…. Vina terus sayang”,

Dengan lahap pula kusapu seluruh bilik lubang kemaluannya,“ Aahk… uh… ssh…..” dekat 15 menit kami melaksanakan posisi 69, telah kepengin berupaya yang namanya bersetubuh. Kuubah posisi, kembali memanggut bibirnya.

Telah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, ditunjukan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku,

“ Aakh… sshh… pelan- pelan ya Roy, saya masih perawan”, katanya.

“ Haaa…” saya kaget, benar rupa- rupanya ia masih suci.

Dengan sekali dorong lagi telah terasa licin. Blessst,

“ Aahk…” teriak Vina,

kudiamkan sebentar buat melenyapkan rasa sakitnya, sehabis 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Bisa jadi sebab baru awal kali cuma dengan waktu 7 menit Vina…

“ Aakh… ushh… usssh… ahhhkk… saya ingin keluar Roy”, katanya.

“ Tunggu, saya pula telah ingin keluar akh…” kataku.

Seketika mengencang telah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku serta terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kokoh lagi memuntahkan…“ Crot… crot… cret…” banyak pula air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya.

“ Aakh…” saya lemas habis, saya tergeletak di sampingnya.

Dengan lembut ia cium bibirku,“ Kalian menyesal Roy?” tanyanya.

“ Ah tidak, kitakan bersama ingin.”

Kami cepat- cepat berberes- beres biar tidak terdapat kecurigaan, serta semenjak peristiwa itu saya kerap bermain cinta dengan Bunda Vina perihal ini pasti saja kami jalani bila di rumah lagi hening, ataupun di tempat penginapan apabila kami telah lagi kebelet serta di rumah lagi ramai. semenjak peristiwa itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih- benih cinta, serta saat ini Bunda Vina jadi pacar gelapku. 

 


Posting Komentar

0 Komentar