Ticker

6/recent/ticker-posts

Diriku Jadi Budak Napsu Keluargaku



INDOSEXASIA -  Diriku Jadi Budak Napsu Keluargaku Saya dibilang anak dari keluarga broken home kayaknya tidak dapat, meski bapak serta ibuku berpisah dikala saya baru saja diterima di akademi besar. Terdapatnya ketidakcocokan dan pertengkaranpertengkaran yang kerap kali terjalin terpaksa meluluhlantakkan perkawinan mereka yang dikala itu sudah berumur 18 tahun dengan saya bagaikan gadis tunggal mereka

Keluargaku dikala itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan bagaikan seseorang pejabat teras suatu kementerian memanglah membagikan nafkah yang lumayan bagiku serta ibuku, meski dia bekerja secara jujur serta jauh dari korupsi, tidak semacam pejabatpejabat lain pada biasanya.

Dari segi modul, memanglah saya tidak mempunyai permasalahan, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang menawan, mata indah, hidung bangir, dan dada yang membusung walaupun tidak sangat besar ukurannya. Seluruh itu ditambah dengan tubuhku yang besar semampai, sedikit lebih besar dari ratarata wanita seusiaku, memanglah membuatku lebih menonjol dibanding yang lain. Apalagi saya jadi mahasiswi baru primadona di kampus.


MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI

>> HAWAIPOKER <<



Hendak namun sebab pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pembelajaran agamaku yang lumayan kokoh, saya jadi semacam anak mama. Tidak semacam remajaremaja pada biasanya, saya tidak sempat berangkat keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani bapak ataupun bunda.

Birahi Membara Keluargaku Tetapi sehabis perceraian itu terjalin, serta saya turut ibuku yang menikah lagi 2 bulan setelah itu dengan duda berputra satu, seseorang pengusaha restoran yang lumayan sukses, saya mulai berani berangkat keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih tidak sering sekali. Apalagi ke diskotik juga saya cuma sempat satu kali. Itu pula sehabis dibujuk rayu oleh seseorang lakilaki sahabat kuliahku. Sehabis itu saya kapok. Bisa jadi sebab baru awal kali ini saya berangkat ke diskotik, baru saja duduk 10 menit, saya telah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentamdentam, ditambah dengan bau asap rokok yang penuhi ruangan diskotik tersebut.






Don, kepala gue pusing. Kita kembali aja ayo.

Alaa, Mer. Kita kan baru hingga di mari. Masa belum apaapa udah ingin kembali. Rugi kan. Lagian kan masih sore.

Tetapi gue udah tidak tahan lagi.

Ini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.

Temanku itu memberikanku tablet yang bercorak putih. Saya juga langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.

Gimana saat ini rasanya? Lezat kan?

Saya mengangguk. Memanglah rasanya kepalaku telah mulai tidak sakit lagi. Tetapi sekonyongkonyong mataku berkunangkunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Antara siuman serta tidak siuman, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan dia memapahku keluar diskotik. Ini wanita lagi mabuk, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Kemudian dia melaksanakan mobilnya ke suatu motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyunghuyung masuk ke dalam suatu kamar. Dia membaringkan tubuhku yang nampak menggeliatgeliat di atas ranjang. Setelah itu dia menindih tubuhku yang tergeletak tidak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Kedua belah buah dadaku yang ranum serta kenyal merapat pada dadanya. Darah kelakilakiannya dengan kilat terus menjadi tergugah buat menggagahiku. Ouuhh.. Don! desahku.

Temanku mencapai tubuhku yang ramping. Dia lekas mendekapku serta mengulum bibirku yang ranum. Kemudian diciuminya bagian kuping serta leherku. Saya mulai menggerinjalgerinjal. Sedangkan itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Setelah itu dengan sekali sentakan agresif, dia menarik lepas tali BHku, sehingga badan bagian atasku terbuka lebar, siap buat dijelajahi. Tangannya mulai merabaraba buah dadaku yang berdimensi lumayan besar itu. Terasa sesuatu kenikmatan tertentu pada syarafku kala buah dadaku dipermainkan olehnya. Don.. Ouuhh.. Ouuhh.. rintihku dikala tangan temanku lagi asik menjamah buah dadaku.

Tidak lama setelah itu tangannya sehabis puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, saat ini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sebaliknya lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciumanciumannya yang penuh desakan nafsu yang terus menjadi menjadijadi. Kemudian dia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih serta lembut itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang bercorak kuning muda. Ia mulai meremasremas kedua belah gumpalan pantatku yang memanglah montok itu.

Ouh.. Ouuh.. Jangan, Don! Jangan! Ouuhh.. jeritku kala jarijemari temanku mulai memegang bibir kewanitaanku. Tetapi jeritanku itu tidak diindahkannya, kebalikannya dia jadi terus menjadi bergairah. Bunda jarinya menguruturut klitorisku dari atas ke dasar berulangulang. Saya terus menjadi menggerinjalgerinjal serta kesekian kali menjerit.

Kepala temanku turun ke arah dadaku. Dia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara 2 buah gunung yang menjulang besar. Saya yang semacam tersihir, terus menjadi menggerinjalgerinjal serta merintih tatkala dia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tibatiba saya semacam kaget kala lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak sangat besar tetapi mulai membeku serta nampak menggiurkan. Semacam menemukan kekuatanku kembali, lekas kutampar mukanya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Saya lekas menggunakan pakaianku kembali serta berlari ke luar kamar. Dia cuma terpana memandangiku. Semenjak dikala itu saya bersumpah tidak hendak sempat ingin ke tempattempat semacam itu lagi.

Telah 2 tahun lalu saya serta ibuku hidup bersama dengan bapak serta adik tiriku, Rio, yang usianya 3 tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan wajar semacam seperti keluarga senang. Saya juga yang dikala itu telah di semester 6 kuliahku, diterima bekerja bagaikan teller di suatu bank swasta nasional papan atas. Walaupun saya belum berakhir kuliah, tetapi berkat penampilanku yang menarik serta keramahtamahanku, saya dapat diterima di sana, sehingga saya juga berhak menggunakan baju seragam pakaian atas bercorak putih agak krem, dengan blazer merah yang seragam dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.

Hingga sesuatu dikala, tibatiba ibuku terserang serbuan jantung. Sehabis diopname sepanjang 2 hari, ibuku meninggal meninggalkan saya. Rasanya semacam langit runtuh menimpaku dikala itu. Semenjak itu, saya cuma tinggal bertiga dengan bapak tiriku serta Rio.

Sepeninggal ibuku, perilaku Rio serta bapaknya mulai berganti. Mereka berdua sebagian kali mulai berlagak kurang ajar terhadapku, paling utama Rio. Apalagi sesuatu hari dikala saya ketiduran di kursi sebab kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari dia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai serta meraba paha serta selangkanganku. Kala saya terpelihara serta memarahinya, Rio malah mengancamku. Setelah itu dia apalagi membebaskan celana dalamku. Namun untung saja, sehabis itu dia tidak berbuat lebih jauh. Dia cuma memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sembari menelan air liurnya. Kemudian dia berangkat begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Tidak hanya itu, Rio kerap kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil lagi mandi lewat lubang angin kamar mandi. Saya masih berlapang dada menerima seluruh perlakuan itu. Pada dikala itu saya baru saja kembali kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini letih sekali. Tadi di kantor seharian saya padat jadwal melayani nasabahnasabah bank tempatku bekerja yang menarik duit secara besarbesaran. Entah sebab apa, hari ini bank tempatku bekerja terserang rush. Mau rasanya saya langsung mandi. Namun kulihat pintu kamar mandi tertutup serta lagi terdapat orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku buat mandi. Kupikir sembari menunggu kamar mandi kosong, lebih baik saya tiduran dahulu membebaskan penat di kamar. Kesimpulannya sehabis melepas sepatu serta menanggalkan blazer yang kukenakan, saya juga langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tidak terasa, sebab rasa kantuk yang tidak tertahankan lagi, saya juga tertidur tanpa pernah berganti posisi.

Saya tidak menyadari terdapat seorang membuka pintu kamarku dengan perlahanlahan, nyaris tidak memunculkan suara. Orang itu kemudian dengan mengendapendap menghampiriku yang masih terlelap. Setelah itu dia naik ke atas tempat tidur. Tibatiba dia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sedangkan tangannya meremasremas belahan pantatku. Saya mendadak itu pula bangun serta merontaronta sekuat tenaga. Tetapi orang itu lebih kokoh, dia membebaskan rok yang kukenakan. Setelah itu dengan sedini kilat, dia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, dia meremasremas gumpalan pantatku yang montok. Saya terus menjadi memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekalisekali saya mendelikdelik dikala jari telunjuknya dengan terencana kesekian kali menyentilnyentil klitorisku.

Aahh! Jangaann! Aaahh..! saya berteriakteriak keras kala orang itu menyodokkan jari telunjuk serta jari tengahnya sekalian ke dalam kewanitaanku yang masih kecil itu, sehabis celana dalamku ditanggalkannya. Hendak namun dia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan saya yang terus merontaronta sembari menjeritjerit kesakitan, jarijarinya terusmenerus merambahi lubang kenikmatanku itu, terus menjadi lama terus menjadi besar intensitasnya





Saya bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Hendak namun tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan agresif, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Saya terperanjat sekali mengenali siapa orang itu sesungguhnya.

Rio.. Kalian.. Rio cuma menggerenyotkan bibir buas.

Eh, Mer. Saat ini elu boleh berteriakteriak sepuasnya, tidak terdapat lagi orang yang bakalan membantu elu. Terlebih sang nenek tua itu telah mampus!

Astaga Rio menyebut ibuku, bunda tirinya sendiri, bagaikan nenek tua. Keparat.

Rio! Jangan, Rio! Jangan jalani ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!

Kakak? Denger, Mer. Gue tidak sempat nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau hanya papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!

Rio!

Elu kan wanita, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup serta kuliah. Kan tidak terdapat salahnya gue bagaikan anaknya ngewakilin ia buat memohon imbalan dari elu. Bales budi dong!

Iya, Rio. Tetapi bukan begini triknya!

Heh, yang gue butuhin cuman badan molek elu, tidak ingin yang lain. Gue tidak ingin tau, elu ingin kasih apa tidak!

Errgh..

Saya tidak bisa berbuat apaapa lagi. Mulut Rio sedini kilat memagut mulutku. Dengan memforsir dia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku nyaris tidak dapat bernafas. Saya berupaya merontaronta membebaskan diri. Tetapi cekalan tangan Rio jauh lebih kokoh, membuatku tidak berdaya. Akh! Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan lumayan keras. Tetapi, Plak! Dia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunangkunang. Kugelenggelengkan kepalaku yang terasa semacam berputarputar.

Tanpa ingin membuangbuang waktu lagi, Rio menghasilkan sebagian utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Setelah itu dia membentangkan kedua tanganku, serta mengikatnya masingmasing di ujung kiri serta kanan tempat tidur. Demikian pula kedua kakiku, tidak luput diikatnya, sehingga tubuhku jadi terpentang tidak berdaya diikat di keempat arah. Oleh sebab kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik lumayan kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Memandang panorama alam yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalangnyalang bernafsu.

Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Sehabis kancingkancing blusku terbuka seluruh, ditariknya blusku itu ke atas. Setelah itu dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BHku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar leluasa di depannya.

Wow! Elu memiliki toket bagus ini kok tidak bilangbilang, Mer! Auum! Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikangelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjalgerinjal kegelian. Tetapi saya tidak sanggup berbuat apaapa. Terus menjadi keras saya merontaronta tampaknya jalinan tanganku terus menjadi kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi saya cuma membiarkan buah dada serta puting susuku dilumat Rio sebebas yang dia suka. Saya cuma dapat menengadahkan kepalaku menghadap langitlangit, memikirkan nasibku yang sial ini.

Aaarrghh.. Rio! Jangaann..! Lamunanku buyar kala terasa sakit di selangkanganku. Nyatanya Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama meningkat kilat, membuat tubuhku tersentaksentak ke atas. Memandang saya yang telah tergeletak pasrah, membagikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga dia menaikkan dorongan kemaluannya masukkeluar dalam kewanitaanku. Membuatku merontaronta tidak karuan.

Urrgh.. Kesimpulannya Rio telah tidak bisa menahan lagi gejolak nafsu di dalam badannya. Kemaluannya menyemprotkan cairancairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu dia menghasilkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menunjukkan selaput daraku telah robek olehnya. Sebab keletihan, badan Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan napas terengahengah.

Braak! Saya serta Rio kaget mendengar pintu kamar terbuka ditendang lumayan keras. Lega hatiku memandang siapa yang melaksanakannya.

Papa!

Rio! Apaapa sih kalian ini?! Kilat kalian bebaskan Merry!

Ah, kesimpulannya neraka jahanam ini berakhir pula, pikirku. Rio mematuhi perintah bapaknya. Lekas dibukanya segala jalinan di tangan serta kakiku. Saya bangkit serta lekas berlari menghambur ke arah bapak tiriku.

Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan telah terjalin, kata bapak tiriku menenangkan saya yang terus menangis dalam dekapannya.

Tetapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh.. Papaa! tangisanku berganti jadi jeritan mendadak itu pula tatkala bapak tiriku mengangkut tubuhku sedikit ke atas setelah itu dia menghujamkan kemaluannya yang telah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.

Aaahh.. Papaa.. Jangaan! Saya merontaronta keras. Tetapi pelukan bapak tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apaapa untuk dirinya. Bapak tiriku terus menjadi ganas menyodoknyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Bapak serta anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak serta kakak tiri mereka sendiri.

Saya menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang telah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Saya merasakan rasa sakit yang nyaris tidak tertahankan lagi. Bapak serta kakak tiriku itu samasama menghunjam tubuhku yang tidak berdaya dari kedua arah, depan serta balik. Akibat keletihan bercampur dengan kesakitan yang tidak terhingga kesimpulannya saya tidak merasakan apaapa lagi, tidak sadarkan diri. Saya telah tidak ingat lagi apakah Rio serta bapaknya masih mengagahiku ataupun tidak sehabis itu.

Sebagian bulan sudah lalu. Saya merasa mual serta berkalikali muntah di kamar mandi. Kesimpulannya saya periksakan diriku ke dokter. Nyatanya saya dinyatakan positif berbadan dua. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Saya memiliki? Kebingungankebingungan terusmenerus menyelimuti benakku. Saya tidak ketahui secara tentu, siapa bapak dari anak yang saat ini terdapat di kandunganku ini. Bapak tiriku ataupun Rio. Cuma mereka berdua yang sempat menyetubuhiku. Saya bimbang, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang tentu dia merupakan anakku. Kemudian apakah dia pula sekalian adikku alias anak bapak tiriku? Ataukah dia pula sekalian keponakanku karena dia merupakan anak adik tiriku sendiri? 


 

Posting Komentar

0 Komentar