Ticker

6/recent/ticker-posts

Guruku Pasrah Menjadi Bahan Onaniku



INDOSEXASIA -  Namaku Arif, bukan nama sesungguhnya. Ini merupakan cerita yang baru saja saya natural. Saya merupakan siswa dari salah satu SMA negara populer. Dikala ini saya duduk di kelas 3 jurusan IPS. Merambah tahun ajaran baru berarti persiapan buatku untk lebih sungguh- sungguh belajar mengalami tes akhir.


Saya ketahui saya tidak begitu pintar, hingga itu saya senantiasa mencari metode supaya guru- guru dapat membantuku dengan nilai. Metode yang saya pakai merupakan senantiasa mengajukan diri buat jadi kordinator pelajaran di sekolah.


Pengalaman jadi kordinator di kelas 3 inilah yang bawa diriku ke pengalaman yang tidak hendak sempat kulupakan seumur hidup. Awal mulanya saya biasa- biasa saja kala mendengar saya diseleksi jadi koordinator pelajaran Pembelajaran Pancasila. Tetapi lambat- laun saya bahagia sebab nyatanya bu Mumum lah yang kembali mengajar kelasku.


MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI>> HAWAIPOKER <<



Ya, bu Mumum merupakan guru pancasila dikala saya kelas 2. Di kelas 2, bu Mumum kerap jadi bahan bisik- bisik sahabat laki2 ku. Gimana tidak, di kelasku itu, meja guru yang menghadap ke arah murid- murid, di depannya umumnya khan tertutup, sehingga kaki guru tidak nampak dari arah murid, nah, di kelasku mejanya depannya tidak tertutup, jadi tiap guru yang duduk senantiasa nampak kaki serta posisi duduknya.


Diantara seluruh guru, bu Yosi, bu Rahma, bu Tati serta sebagainya, mereka seluruh siuman hendak kondisi meja itu serta siuman gimana wajib duduk di sofa itu, cuma bu Mumum mutmainah lah yang tidak siuman.


Dia senantiasa mengajar sembari duduk serta membagikan pelajaran menimpa moral pancasila. Bu Mumum tidak siuman, bila dia duduk senantiasa agak mengangkang serta nyaris tiap ia mengajar kanak- kanak cowo senantiasa memforsir duduk di depan biar dapat lebih jelas memandang paha bu Mumum serta celana dalamnya yang bercorak krem.




Ba
nyak sahabat yang diam- diam mengambil gambar selangkangan bu Mumum dari dasar meja dengan Hp, tetapi hasilnya senantiasa tidak memuaskan sebab hitam. Saya juga tercantum salah seseorang dari mereka yang senantiasa horny amati paha bu Mumum. Bu Mumum berumur 43 tahun, dari logat bicaranya, dia orang sunda. Kulitnya putih agak keriput serta kemerahan. Terus menjadi ia tidak mengenakan make- up, terus menjadi nafsu teman- temanku melihatnya. Sebab kulitnya jadi agak mengkilat.


Kembali ke ceritaku, saya juga terus menjadi kerap berbicara dengan bu Mumum. Serta saya mencari metode supaya saya dapat menarik perhatiannya. Sisi positifnya membuat saya terpaksa membaca- baca hal- hal soal moral serta pancasila serta berupaya mencari- cari persoalan buat hanya saya tanyakan kepada bu Mumum,


Ini biar dapat jadi alibi untukku lebih dekat dengannya. Bila berdialog lebih dekat dengan bu Mumum, saya amati dari dekat kulitnya yang putih agak berbintik kemerahan serta keriput sedikit disitu mari. Pantas saja bu Mumum senantiasa mengenakan bedak sebab kulitnya hendak mengkilat serta berminyak bila polos. Tetapi terus menjadi membuatku bernafsu, sebab benak ku udah terkotori dengan pengalaman dikala kelas 2.


Semaksimal bisa jadi kubuat bu Mumum beranggapan kalau saya merupakan siswa yang sangat tertarik dengan apa yang dia ajarkan, meski sesungguhnya tujuanku merupakan dekat dengan dirinya.


Sesuatu hari saya bertanya apakah saya boleh meminjam sebagian novel menimpa nasionalisme yang kerap bu Mumum ceritakan padaku. Bu Mumum bilang boleh saja, jika ingin ke rumah. Yes! kesimpulannya sukses strategiku. Bu Mumum membagikan alamat rumahnya yang terletak di Perumnas dekat SMA 3 di kotaku.


Malamnya saya tidak dapat tidur, mengendalikan rencana semacam apa nanti jika saya di rumah bu Mumum, mudah- mudahan suaminya belum kembali. Esok saya hendak ke rumah bu Mumum sepulang sekolah, kudengar suami bu Mumum PNS di kementerian pembelajaran wilayah, mudah- mudahan suaminya belum kembali dekat jam 2 hingga jam 4.





Esoknya sepulang sekolah saya langsung ke rumah bu Mumum. Tidak disangka, dikala saya lagi menyetop angkot buat berangkat ke rumah bu Mumum, nyatanya bu Mumum pula tengah menunggu angkot.


“ Eh, Rif, mo krumah bunda? ya telah bareng saja”, saya bahagia sekali saya dapat berangkat sama bu Mumum. Saya duduk berdekatan bu Mumum di sofa depan angkot. Ooh, pahaku bersentuhan dengan pahanya yang lembut, saya khawatir ketahuan jika penisku telah mulai membeku, hingga saya tutupi dengan tasku.


Sejauh ekspedisi bu Mumum cerita tentang keluarganya serta terkadang sedikit menanyakan tentang keluargaku. Saya berbohong kalau saya telah lama tidak menemukan kasih sayang seseorang bunda, sebab saya hidup terpisah, kemudian saya bilang bahagia sebab saya merasa dapat memperoleh kenyamanan bila berdialog serta ngobrol dengan bu Mumum, rasanya bu Mumum telah kuanggap bunda sendiri.


Bu Mumum terharu serta Memegang tanganku!! Kata dia, dia bahagia mencermatinya lagian baginya saya anak yang baik. Dalam benakku, ya, saya memanglah anak“ baik”, yang siap menikmati badan bunda. Aduh penisku hingga keluar pelumas dikala itu, basah sekali.


2 puluh menit setelah itu, sampailah kami di rumah dia. Nyatanya dugaanku benar, tidak terdapat seorangpun di rumah dia. Saya dipersilahkan duduk di ruang tamu. Bu Mumum bilang tunggu sebentar buat ubah pakaian.


Ubah pakaian??! dalam benakku aduh mau sekali saya mengintip dia ubah pakaian. Saya deg- degan, mataku menuju kemana bu Mumum berangkat. Sebagian menit bu Mumum keluar. Masih mengenakan pakaian gurnya sembari bawa novel. Yah, nyatanya hari itu belum waktunya untukku, tetapi ini merupakan dini dari pengalaman yang sesungguhnya.


Semenjak itu saya jadi kerap ke rumah bu Mumum serta tahu dengan keluarganya. Kesimpulannya puncak pegalaman ini, dikala saya pura- pura menangis pilu frustasi akibat ayahku ingin menikah lagi serta saya tidak sepakat, sebab itu ayahku mengusirku serta tidak boleh kembali ke rumah. Pasti saja ceritanya saya karang sendiri.


Bu Mumum sangat bersimpati padaku, dikala saya cerita panjang lebar di rumahnya tidak terdapat siapa- siapa, bu Mumum dikala itu mengenakan daster serta tanpa make- up duduk disebelaku sembari memegang pundakku. Saya menangis pura- pura, bu Mumum menenangkan ku dengan memelukku.


Mmh, saya memegang pinggiran buah dada bu Mumum. Kesimpulannya saya mencium aroma badannya. Saya mempererat pelukanku serta kepalaku saya sandarkan di leher bu Mumum. saya dapat menghisap aroma lehernya. Bu Mumum memelukku erat pula. Secara nekat kuberanikan diriku buat mencium pipi bu Mumum secara lembut. Serta bilang jika saya memohon maaf tetapi saya merasa hanya dapat tenang bila dekat bunda Mumum.


Bu Mumum bilang tidak apa- apa. Saya juga memberanikan mencium pipinya lagi, tetapi kali ini lebih dekat ke pinggiran bibir, lumayan lama kutempelkan bibirku di pinggiran bibirnya. Bu Mumum diam saja sembari terus memelukku serta mengelus- elus punggunggu sembari menenangkan. Apakah bu Mumum terasa kalau penisku yang telah mengencang kutempelkan di pahanya.


Ku coba menggesek- gesekkan lama- lama penisku ke paha bu Mumum. Bu Mumum ketahui. Tetapi dia diam saja. Saya pegang pipi dia, pastinya air mataku masih mengalir, sembari saya lekatkan bibirku dengan bibirnya sembari mengatakan“ Ibu…”, bibir bu Mumum tidak terbuka, dia senantiasa diam, meski bibirku bergerak- gerak mencium bibirnya.


Berbarengan dengan itu, saya tekan serta gesekkan terus penisku yang telah basah ke paha bu Mumum. Kami berdua duduk di kursi. Bu Mumum ketahui saya lagi apa serta dia diam saja, mebiarkan ku beronani dengan memakai paha serta bibirnya bagaikan media masturbasiku.


Saya gesek- gesekkan terus serta terus, bu Mumun tampaknya memejamkan mata serta tidak mengatakan apa- apa. OOh pembaca, mukanya saya ciumi, nafasnya saya hisap, serta pahanya yang besar serta lembut saya tekan- telan dengan penis, gesek terus.. Ooh.. terus… Serta kesimpulannya ouuhh.. Kilat sekali saya ejakulasi,


Saya juga lemas sembari memeluk bunda Mumum yang nyaris letaknya separuh tertidur di kursi akibat saya tekan terus. Bu Mumum pelan- pelan bilang,“ udah..? hektometer?”, kata bu Mumum pelan serta terdengar sayang sekali denganku. Saya memohon maaf sekali lagi serta bu Mumum bilang dia paham. Pastinya sehabis peristiwa itu, saya terus menjadi dekat dengan bunda, hingga detik ini.. Suaminya serta teman- temanku tidak ketahui ikatan kami.


Meski saya belum hingga berhubungan seks dengan bu Mumum, tetapi bu Mumum senantiasa ketahui serta bersedia jadi media onaniku, dengan ketentuan baju kami masih kami kenakan, bu Mumum cuma sediakan pahanya serta memperbolehkan saya menindihnya serta menekan- nekan penisku ke paha dekat selangkangannya hingga saya bisa klimaks.


Hingga itu, saya senantiasa bawa celana dalam cadangan dikala saya bilang ke bu Mumum jika saya mau ke rumah bunda Mumum. 

 


Posting Komentar

0 Komentar