Pemerkosaan Gadis Alfamart Hingga Pingsan



INDOSEXASIA -  Martha yang masih berusia 21 tahun tidak menyadari bahaya nya bekerja bagaikan kasir di suatu toko serba terdapat yang beroperasi 24 jam di Bandung. Tetapi sebab semangat serta kemauan buat mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa kuatir memandang putriya kerap menemukan giliran jaga di malam hari sampai pagi hari.

Martha lebih suka bekerja pada shift di jam tersebut, Sebab dari dikala tengah malam hingga pagi umumnya tidak sering sekali terdapat pembeli, sehingga Martha dapat belajar buat modul kuliahnya siang nanti. Hingga kesimpulannya pada sesuatu malam terjadilah pemerkosaan itu.

Martha mengalami dirinya ditodong oleh sepucuk pistol pas di depan matanya. Yang berambut Gondrong( sebut saja Budi), serta yang satu lagi badannya Kurus( sebut saja sang Rudi). Mereka berdua, menerobos masuk membuat Martha yang lagi berkonsentrasi pada bukunya kaget.


MENANGKAN KESEMPATAN MERAIH UANG SEBESAR Rp 40.000.000 SEKARANG JUGA DARI MEGA JACKPOT DI PERMAINAN ( QQ,POKER,CAPSA,SAKONG ) DENGAN MINIMAL DEPOSIT | WITHDRAW Rp 20.000 !! || HANYA DI>> HAWAIPOKER <<




“ Keluarin uangnya cepet!” perintah sang Budi, sedangkan sang Rudi memutuskan seluruh kabel video serta telepon yang terdapat di toko itu. Tangan Martha gemetar berupaya membuka laci kasir yang terdapat di depannya, saking takutnya kunci itu hingga terjatuh sebagian kali. Sehabis sebagian dikala,

Martha sukses membuka laci itu serta memerikan seluruh duit yang terdapat di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada sang Budi, Martha tidak diperkenankan menaruh duit lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Sebab itu tiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Sehabis sang Budi merampas duit itu, Martha langsung mundur ke balik, dia sangat ketakutan kakinya lemas, nyaris jatuh.






“ Masa hanya segini?!” bentak sang Budi.

“ Buka lemari besinya! Saat ini!” Mereka berdua menggiring Martha masuk ke kantor manajernya serta mendorongnya sampai jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Martha mulai menangis, dia tidak ketahui no campuran lemari besi itu, dia cuma menyelipkan duit masuk ke dalam lemari besi lewat celah pintunya.

“ Kilat!!!” bentak sang Rudi,

Martha merasakan pistol melekat di balik kepalanya. Martha berupaya buat menarangkan jika dia tidak mengenali no lemari besi itu. Untunglah, memandang mata Martha yang ketakutan, mereka berdua yakin.

“ Brengsek!!!! Tidak sebanding sama resikonya! Ayo…Iket ia, supaya ia tidak dapat panggil polisi!!!” Martha di dudukkan di sofa manajernya dengan tangan diikat ke balik. Setelah itu kedua kaki Martha pula diikat ke kaki sofa yang dia duduki. sang Rudi setelah itu mengambil plester serta menempelkannya ke mulut Martha.

“ Beres! Mari cabut!”

“ Tunggu! Tunggu dahulu rud! Liat ia, ia boleh pula ya?!”.

“ Cepetan! Ntar terdapat yang tau! Kita hanya dapet 100 ribu, cepetan!”.

“ Saya pengen liat bentar aja!”.

Mata Martha terbelalak kala sang Budi mendekat serta menarik t- shirt merah muda yang dia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t- shirt itu robek membuat BH- nya nampak. Buah dada Martha yang berdimensi lagi, bergoyang- goyang sebab Martha meronta- ronta dalam ikatannya.

“ Wow, oke banget!” sang Budi berseru kagum.

“ Oke, saat ini kita berangkat!” ajak sang Rudi, tidak begitu tertarik pada Martha sebab padat jadwal mengawasi kondisi depan toko.

Tetapi sang Budi tidak hirau, dia saat ini meraba- raba puting susu Martha melalui BH- nya, sehabis itu dia memasukkan jarinya ke belahan buah dada Martha. Serta seketika, dengan satu tarikan BH Martha ditariknya, badan Martha turut tertarik ke depan, tetapi kesimpulannya tali BH Martha terputus serta saat ini buah dada Martha bergoyang leluasa tanpa ditutupi selembar benangpun.

“ Jangan!” teriak Martha. Tetapi yang tedengar hanya suara gumaman. Terasa oleh Martha mulut sang Budi menghisapi puting susunya awal yang kiri kemudian saat ini pindah ke kanan. Setelah itu Martha menjerit kala sang Budi mengigit puting susunya.

“ diam! Jangan berisik!” sang Budi menampar Martha, sampai berkunang- kunang. Martha cuma dapat menangis.

“ Saya bilang diam!”, Sembari mengatakan itu sang Budi menampar buah dada Martha, hingga suatu cap tangan bercorak merah tercipta di buah dada kiri Martha.

Setelah itu sang Budi beralih serta menampar duit sebelah kanan. Martha terus menjerit- jerit dengan mulut diplester, sedangkan sang Budi terus memukuli buah dada Martha hingga kesimpulannya bulatan buah dada Martha bercorak merah.

“ Mari, cepetan!”, sang Rudi menarik tangan sang Budi.

“ Kita musti cepet minggat dari mari!” Martha bersyukur kala memandang sang Budi diseret keluar ruangan oleh sang Rudi.

Payudaranya terasa sangat sakit, tetapi Martha bersyukur dia masih hidup. Memandang sekelilingnya, Martha berupaya menciptakan suatu buat melepaskan dirinya. Di meja terdapat gunting, tetapi dia tidak dapat bergerak sama sekali.

“ Hey, Brooo! Tokonya kosong!”.

“ Masa, cepetan ambil permen!”.

“ Goblok Banget lo, cepetan ambil bir tolol!”.

Badan Martha mengencang, mendengar suara sebagian kanak- kanak di bagian depan toko. Dari suaranya dia mengenali kalau itu merupakan kanak- kanak berandal yang terdapat di area itu. Mereka baru berumur dekat 12 hingga 15 tahun. Martha menghasilkan suara memohon tolong.

“ ssssstt! Lo denger tidak?!”.

“ Cepetan kembaliin seluruh!”.

“ Ayooo…. lari, lari! Kita ketauan!”.

Seketika salah seseorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Dia terperangah memandang Martha, terikat di sofa, dengan t- shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.

“ Buset!” berandal itu nampak kaget sekali, tetapi sesaat setelah itu dia menggerenyotkan bibir.

“ Hei, liat nih! Terdapat kejutan!”

Martha berupaya menarangkan pada mereka, menggeleng- gelengkan kepalanya. Dia berupaya menarangkan kalau dirinya baru saja dirampok. Dia berupaya memohon tolong supaya mereka memanggil polisi. Dia berupaya meminta supaya mereka membebaskan dirinya serta menutupi dadanya. Tetapi yang keluar cuma suara gumanan sebab mulutnya masih tertutup plester.

Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, setelah itu 2, kemudian 3. 4. 5! 5 wajah- wajah dengan senyum menggerenyotkan bibir saat ini mengamati badan Martha, yang terus meronta- ronta berupaya menutupi badannya dari pemikiran mereka. Berandalan, yang berusia dekat 15 tahun itu terpukau dengan temuan mereka.

“ Edan! Wanita nih!”.

“ Ia telanjang!”.

“ Tu liat susunya! susu!”.

“ Mana, mana Saya pengen liat!”.

“ Saya pengen pegang!”.

“ Tentu alus tuh!”.

“ Bawahnya seperti apa yaaa?!”.

Mereka seluruh berpendapat bertepatan, kegirangan menciptakan Martha yang telah terikat erat. Kelima berandal itu maju serta merubung Martha, tangan- tangan mencapai badan Martha. Martha tidak ketahui lagi, kepunyaan siapa tanga- tangan tersebut, seluruhnya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seorang menjepit serta menarik- narik puting susunya. Setelah itu, salah satu dari mereka menjilati pipinya serta memasukan ujung lidahnya ke lubang kuping Martha.

“ Ayooo, kita lepasin ia dari sofa!” Mereka setelah itu membebaskan jalinan pada kaki Martha, tetapi dengan tangan masih terikat di balik, sembari terus meraba serta meremas badan Martha. Memandang ruangan kantor itu sangat kecil mereka menyeret Martha keluar mengarah bagian depan toko. Martha meronta- ronta kala merasa terdapat yang berupaya membebaskan kancing jeansnya.

Mereka menarik- narik celana jeans Martha hingga kesimpulannya turun hingga ke lutut. Martha terus meronta- ronta, serta kesimpulannya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Saat sebelum Martha pernah membalikkan tubuhnya, seketika terdengar suara lecutan, serta sesaat setelah itu Martha merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Martha memandang salah seseorang berandal tadi memegang suatu ikat pinggang kulit serta bersiap- siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!






“ Hei…. Bangun! Bangun!” dia berteriak. Martha berupaya berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tetapi berandal tadi tidak hirau, dia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang saat ini menghajar perut Martha.

“ Bangun! naik ke mari!” berandal tadi menyapu beberapa barang yang terdapat di atas meja layan sampai berjatuhan ke lantai. Martha berupaya bangun tetapi tidak sukses. Lagi, suatu pukulan menghajar buah dadanya. Martha berguling serta berupaya berdiri serta sukses berlutut serta berdiri. Berandal tadi membagikan ikat pinggang tadi kepada temannya.“ Kalo ia gerak, jam aja!”

Langsung saja Martha menemukan pukulan di pantatnya. Berandal- berandal yang lain tertawa serta bersorak. Mereka kemudian mendesak serta menarik badannya, membuat dia bergerak- gerak sehingga mereka memiliki alibi lagi buat memukulnya. Berandal yang awal tadi kembali dengan bawa segulung plester besar. Dia mendesak Martha sampai tiduran telentang di atas meja.

Awal dia membebaskan tangan Martha setelah itu langsung mengikatnya dengan plester di sudut- sudut meja, tangan Martha saat ini terikat erat dengan plester hingga ke kaki meja. Berikutnya dia membebaskan sepatu, jeans serta celana dalam Martha serta mengikatkan kaki- kaki Martha ke kaki- kaki meja yang lain. Saat ini Martha tiduran telentang, telanjang bundar dengan tangan serta kaki terbuka lebar menyamai huruf X.

“ Waktu Acara!” berandal tadi kemudian merendahkan celana serta celana dalamnya. Mata Martha terbelalak memandang penisnya menggantung, separuh keras sejauh 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Martha serta menariknya sampai mendekati pinggir meja. Setelah itu dia menggosok- gosok penisnya sampai berdiri mengacung tegang.

“ Waktunya masuk!” dia bersorak sedangkan sahabat yang lain bersorak serta tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke Miss V Martha. Martha melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sedangkan berandal tadi mulai bergerak keluar masuk.

Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Martha, membuat Martha susah bernafas. Setelah itu dia membebaskan celananya, menghasilkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Martha ditariknya sampai lepas. Martha berupaya berteriak, tetapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang terdapat di atasnya.

Langsung saja, penis tadi membeku serta membengkak bertepatan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Martha. Pemikiran Martha langsung berkunang- kunang serta merasa hendak pingsan, kala seketika saja mulutnya dipadati cairan kental, yang terasa asin serta getir sekali. Semprotan demi semprotan masuk ke mulut Martha, tanpa dapat dimuntahkan lagi oleh Martha. Dia terus menelan cairan tadi supaya dapat terus bernafas.

Seketika saja Berandal yang duduk di atas dada Martha turun, kemudian berandal memasukkan penisnya ke Miss V Martha serta mendesak Martha di pinggir meja kemudian menggenjot memek Martha Dengan tempo kian kilat. Dia pula memukuli perut Martha, membuat Martha mengejang serta vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Dia setelah itu memegang buah dada Martha sembari terus bergerak kian kilat, dia mengerang- erang mendekati klimaks.

Tangannya langsung meremas serta menarik buah dada Martha kala badannya bergetar serta mani seketika menyemprot keluar, selalu mengalir masuk di Miss V Martha. Sebaliknya berandal yang yang lain berdiri di samping meja serta melaksanakan masturbasi, Serta kala pimpinan mereka menggapai puncaknya mereka pula hadapi ejakulasi bertepatan. Mani mereka menyemprot keluar serta jatuh di muka, rambut serta dada Martha.

Sebagian dikala lalu serta Martha tidak ketahui apa yang terjalin berikutnya, kala tahu- tahu dia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Dia tersadar kala menyadari dirinya nampak jelas, bila terdapat orang melalui di depan tokonya.

Martha meronta- ronta membuat buah dadanya bergoyang- goyang. Dia menangis serta meronta berupaya membebaskan diri dari plester yang mengikatnya. Sehabis sebagian lama berupaya Martha sukses membebaskan tangan kanannya. Setelah itu dia membebaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi nih.

“ Wah, wah, waaaaah!!!” terdengar suara pria yang berdiri di pintu depan. Martha sangat kaget serta berupaya menutupi buah dada serta vaginanya dengan kedua tangannya.

“ Tolong aku!” ratap Martha.

“ Tolong aku Pak! Toko aku dirampok, aku diikat serta diperkosa Pak! Tolong aku Pak, kilat panggilkan polisi!”

“ Nama lu Martha kan?” tanya pria tadi.

“ Ba…bagaimana ayah ketahui nama aku?” Martha bimbang serta khawatir.

“ Saya Tomy. Orang yang tadinya kerja di toko ini saat sebelum kau rebut!”.

“ Tetapi aku tidak merebut pekerjaan ayah. Aku tahunya dari iklan di koran. Aku betul- betul tidak ketahui pak! Tolonglah aku pak!”.

“ Gara- gara kalian ngelamar ke mari Saya jadi dipecat! Saya tidak heran kalian diterima kalo liat bodi mu”.

Martha kembali merasa ketakutan dikala memandang Tomy, seorang yang belum sempat dilihat serta dikenalnya tetapi telah membencinya. Martha kembali berupaya membebaskan jalinan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Dia menyambar tangan Martha serta menekuknya ke balik serta kembali diikatnya dengan plester, serta plester itu terus dilitkan hingga mengikat ke bahu, sampai Martha betul- betul terikat erat. Jalinan itu membuat Martha kesakitan, dia menggeliat serta buah dadanya terus menjadi membusung keluar.

“ Lepaskannnn!! Sakittt!! adhh!! Aku tidak memecat kalian!!!! Tetapi mengapa aku diikat?!!”

“ Sesungguhnya Saya sebelumnya ingin ngerampok nih toko, hanya kayaknya Saya udah keduluan. Jadi baiknya Saya rusak aja deh nih toko”.

Dia setelah itu membebaskan jalinan kaki Martha sehingga saat ini Martha duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di balik. Serta diikatnya lagi dengan plester.

Serta Tomy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak- rak ditendang jatuh. Kemudian Tomy pula menghancurkan kotak pendingin es krim yang terdapat di kanan Martha. Es krim beterbangan dilempar oleh Tomy. Sebagian di antara lain menimpa badan Martha, setelah itu meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya.

Di depan, Es tadi mengalir lewat belahan buah dadanya, turun ke perut serta mengalir ke Miss V Martha. Rasa dingin langsung melekat di buah dada Martha, membuat putingnya membeku san mengacung. Kala Tomy berakhir, badan Martha bergetar kedinginan serta lengket sebab es krim yang meleleh.

“ Kalian keliatannya kedinginan!” ejek sang Tomy sembari menyentil puting susu Martha yang membeku kaku.

“ Saya wajib ngasihh kalian suatu yang anget.”

Tomy setelah itu mendekati wajan buat mengoreng hot dog yang terdapat di tengah ruangan. Martha memandang Tomy mendekat bawa sebagian buah sosis yang berasap.

“ Jaaaangaann!” Martha berteriak kala Tomy membuka bibir vaginanya serta memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin sebab es tadi. Setelah itu dia memasukan sosis yang kedua, serta ketiga. Sosis yang keempat putus kala hendak dimasukan. Miss V Martha saat ini diisi oleh 3 buah sosis yang masih berasap. Martha menangis sebab kesakitan akibat uap panas dari sosis tersebut.

“ Keliatannya nikmat Nih…. Ha.. Ha…!” Tomy tertawa.

“ Tetapi Saya lebih suka bermain dengan mustard!” Setelah itu Dia mengambil botol mustard serta menekan botol itu.

Cairan mustard langsung keluar menyemprot ke Miss V Martha. Martha menangis terus, memandang dirinya disiksa dengan metode yang tidak terbayangkan olehnya.

Sembari tertawa Tomy melanjutkan usahanya dengan menghancurkan isi toko itu. Martha berupaya membebaskan diri, tetapi tidak sukses. Nafasnya sangat tersengal- sengal, dia tidak kokoh menahan seluruh ini. Badan Martha bergerak lunglai jatuh.

“ Hei!! Kalian kalo kerja jangan tidur!” bentak Tomy sembari menampar pipi Martha.

Kalian tau tidak, wilayah mari tidak nyaman jadi butuh terdapat alarm.”

Marthapun meronta ketakutan memandang Tomy yang memegang 2 buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam serta jepitannya sangat keras sekali. Tomy lekas mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Martha, menekannya sampai terbuka serta melepaskannya sampai menutup kembali menjepit puting susu Martha.

Martha menjerit serta melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Setelah itu Tomy pula menjepit puting susu yang terdapat di sebelah kiri. Air mata Martha bercucuran di pipi.

Setelah itu Tomy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, kemudian mengulurnya serta setelah itu mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Kala pintu itu didorong Tomy sampai membuka keluar, Martha merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, serta membuat buah dadanya tertarik serta dia menjerit kesakitan.

“ Nah….., Hmmm… udah jadi. saat ini pintu depan ini dapat buka ke dalem ama keluar, tetapi dapat pula disetel hanya dapat dibuka dengan metode ditarik bukan didorong. Jadi Saya saat ini berangkat dahulu, terus nanti Saya pasang supaya pintu itu hanya dapat dibuka kalo ditarik. Nanti kalo terdapat orang dateng, cocok ia dorong pintu kan tidak dapat, tentu ia coba buat narik tuh pintu, nah, cocok narik itu alarmnya hendak bunyi!”

“ Jaaaaaangan! aku mohoon! Jangan! jangan! jangan! ampun!

Tomypun tidak hirau, dia keluar serta tidak kurang ingat memasang kunci pada pintu itu sampai saat ini pintu tadi cuma dapat dibuka dengan ditarik. Marthapun menangis ketakutan, Serta puting susunya telah nyaris rata, dijepit. Dia nampak meronta- ronta berupaya membebaskan jalinan. Badan Martha berkeringat sehabis berupaya membebaskan diri tanpa hasil.

Sebagian dikala setelah itu nampak suatu bayangan di depan pintu, Martha memandang nyatanya bayangan itu kepunyaan gelandangan yang kerap melalui serta meminta- minta. Gelandangan itu memandang badan Martha, telanjang dengan buah dada mengacung. Lekas saja Gelandang itu mendesak pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Sang Gelandangan langsung mencapai pegangan pintu serta mulai menariknya.

Martha langsung menjerit“ Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tetapi gelandangan tadi senantiasa menarik pintu, yang setelah itu menarik kawat serta menarik jepitan yang terdapat di puting susunya. Gigi- gigi yang telah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Martha menjerit keras sekali saat sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

Tetapi Martha tersadar serta menjerit. Saat ini dia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Serta kakinya pula terikat terbuka lebar pada kaki- kaki meja kasir. Dia merasa kesakitan. Puting susunya saat ini bercorak ungu, serta jadi sangat sensitif. Hawa dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang.

Memar- memar menghiasi segala badannya, mulai pinggang, dada serta pinggulnya. Martha merasakan sejoli tangan berupaya membuka belahan pantatnya dari balik.

Suatu yang dingin serta keras berupaya masuk ke liang anusnya. Martha menoleh ke balik, serta dia memandang gelandangan tadi berlutut di belakangnya lagi memegang suatu botol bir.

“ Ja…Jangan, ampun! Lepaskan aku pak! Aku telah diperkosa serta dipukuli! Aku tidak tahan lagi.”

“ Habisnya pantat Mbak kan belom diituin.” gelandangan itu mengatakan tidak jelas.

“ Jangaaaaan!” Martha meronta, kala penis sang gelandangan tadi mulai berupaya masuk ke anusnya.

Sehabis sebagian kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak dapat masuk ke dalam anusnya Martha. Kemudian dia langsung berlutut lagi, mengambil suatu botol bir dari rak serta mulai mendesak serta memutar- mutarnya masuk ke liang anus Martha.

Martha menjerit- jerit serta meronta- ronta kala leher botol bir tadi mulai masuk dengan kondisi masih memiliki tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Martha tersayat- sayat kala gelandangan tadi memutar- mutar botol dengan harapan liang anus Martha dapat membengkak.

Sehabis sebagian Lama seketika gelandangan tadi mencabut botol tersebut. Tutup botol bir itu telah dilapisi darah dari dalam anus Martha, tetapi dia tidak hirau. Gelandang itu kembali berupaya memasukan penisnya ke dalam anus

Martha yang saat ini telah membengkak sebab dimasuki botol bir. Gelandangan tadi mulai bergerak kesenangan, rasanya telah lama sekali dia tidak meniduri wanita, dia bergerak kilat serta keras sehingga Martha merasa dirinya hendak terlepar ke depan tiap gelandangan tadi bergerak maju. Martha terus menangis memandang dirinya disodomi oleh gelandangan yang bisa jadi bawa penyakit kelamin,

tetapi gelandangan tadi terus bergerak kian kian kilat, tangannya meremas buah dada Martha, membuat Martha menjerit sebab puting susunya yang terluka turut diremas serta dipilih- pilin.

Kesimpulannya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, serta Martha merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, hingga gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di balik Martha.

“ Makasih yaaa Mbak! Aku puas sekaliiiii! Makasih.” gelandangan tadi membebaskan jalinan Martha. Setelah itu dia mendesak Martha duduk serta kembali mengikat tangan Martha ke balik, setelah itu mengikat kaki Martha erat- erat. Setelah itu badan Martha didorongnya ke dasar meja kasir sampai tidak nampak dari luar.

Sambi terus mengumam terima kasih Serta sigelandangan tadi berjalan sempoyongan sembari bawa sebagian botol bir keluar dari toko. Martha terus saja menangis, merintih merasakan mani gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama setelah itu Martha jatuh pingsan sebab keletihan serta shock Berat. Serta tersadar kala Dia ditemui oleh rekan kerjanya yang masuk jam 7 pagi. 


 


Posting Komentar

0 Komentar